Laduni.ID, Jakarta – Perihal kisah yang terjadi antara Nuh dan kaumnya berdasarkan penjelasan Al-Qur’an, sunnah, atsar, seperti yang telah disebutkan di dalam buku Qishashul Anbiya’ karya Imaduddin Abu Fida’ Isma’il bin Katsir Al-Quraisyi Ad-Dimasyqi melalui riwayat Ibnu Abbas, rentang waktu antara Adam dan Nuh terpaut sepuluh generasi, mereka semua memeluk Islam, seperti yang diriwayatkan Imam Bukhari. Juga sudah pernah disampaikan, qarn yang dimaksud dalam hadis ini adalah generasi atau masa lalu.
Setelah generasi-generasi saleh berlalu, terjadi sejumlah hal yang pada akhirnya memicu manusia yang ada pada saat itu menyembah berhala.
Pemicu penyembahan berhala ini disebutkan dalam riwayat Imam Bukhari dari hadis Ibnu Juraij, dari Atha’, dari Ibnu Abbas saat menafsirkan firman Allah SWT, “Dan mereka berkata, ‘Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula Suwa’, Yaghuts, Ya’uq, dan Nasr’.”
Ibnu Abbas mengatakan, “Ini adalah nama-nama orang saleh di antara kaum Nuh. Setelah mereka meninggal dunia, setan membisikkan pikiran jahat kepada kaum mereka untuk membuat sejumlah patung yang diberi nama-nama mereka di majlis-majlis yang dulunya biasa mereka hadiri. Mereka mewujudkan bisikan jahat setan itu, hanya saja patung-patung tersebut belum disembah. Setelah mereka semua mati dan ilmu agama lenyap, patung-patung tersebut disembah.”