Kisah Penciptaan Akal dan Nafsu

Laduni.ID, Jakarta – Ustman bin Hasan bin Ahmad Asy-Syaakir Alkhaubawiyi ulama yang hidup dalam abad ke 13 Hijriah pengarang Kitab Durratun Naasihiin meriwayatkan bahwa sebelum Allah SWT menciptakan akal dan nafsu yang hendak diletakkan dalam diri Adam As. terlebih dahulu Allah menguji keduanya agar kelak dikemudian hari Adam As. dan anak cucunya tahu fungsi dari keduanya, cara menggunakan dan menaklukkan keduanya.

Di dalam kitab tersebut dinyatakan bahwa setelah Allah menciptakan akal dan nafsu, lalu Allah memerintahkan mereka menghadap-Nya. Kemudian ditanya satu persatu.

Akal pun datang menghadap dan ketika disuruh berbalik, berbaliklah ia. Lalu Allah pun bertanya kepadanya, “Man ana wa man anta?( siapa Aku dan siapa kamu?)”.Maka dengan rasa penuh tawadhu’, akal menjawab, “Anta Rabbi wa ana ‘abduka adhdhoif (Engkau Tuhanku dan aku hamba-Mu yang lemah)”. Karena itu Allah memberikan kemuliaan kepada akal.

kemudian giliran nafsu, ketika diperintahkan untuk menghadap, ia diam saja, tidak menjawab. Ketika ditanya dengan pertanyaan yang sama “Man ana wa man anta?( siapa Aku dan siapa kamu?)”, dengan sombongnya nafsu menjawab, “Ana wa ana, Anta wa Anta” (aku adalah aku, Engkau adalah Engkau).

Karena jawaban itulah maka Allah menghukumnya dengan memasukkan nafsu ke dalam neraka Jahim selama 100 tahun. Setelah dikeluarkan dari neraka Jahiim dan ditanya lagi oleh Allah “Man ana wa man anta?( siapa Aku dan siapa kamu?)”, diapun menjawap dengan jawapan yang sama. “Ana wa ana, Anta wa Anta” (aku adalah aku, Engkau adalah Engkau).Akhirnya Allah memasukkan lagi nafsu ke neraka Juu’ (neraka yang penuh dengan rasa lapar yang amat sangat) selama 100 tahun pula.

Nafsu dibiarkan tanpa makan dan minum. setelah nafsu tidak diberi makan dan minum ( puasa) membuat nafsu sadar dan tak berdaya. Nafsu menyerah dan mengakui bahawa Allah adalah Tuhan yang menciptakannya.

Dalam kitab tersebut diterangkan bahwa dengan sebab itulah maka Allah Ta’ala mewajibkan puasa. Kisah ini memberi kita hikmah betapa membangkangnya Nafsu. Apabila seseorang tidak bisa mengendalikan (menundukkan) nafsunya, maka ia akan mendapat kerugian yang amat besar.

Imam Al-Ghazali dalam Kitab Ihya’ ‘Ulumiddin berkata, “Kebahagiaan adalah ketika seseorang mampu menguasai nafsunya. Kesengsaraan adalah saat seseorang dikuasai nafsunya.”

Mengenai Nafsu ini, Rasulullah SAW bersabda: “Tidaklah beriman salah seorang di antara kalian sampai ia menundukkan hawa nafsunya untuk tunduk pada ajaran yang aku bawa”. (Imam An-Nawawi)

Demikian kisah penciptaan Akal dan Nafsu. Semoga Allah Ta’ala memberi kita taufik-Nya sehingga bisa mengendalikan dan menundukkan Nafsu. Wallahu A’lam Bishawab


Sumber: Kitab Durratun Naasihiin karangan Ustman bin Hasan bin Ahmad Asy-Syaakir Alkhaubawiyi ulama yang hidup dalam abad ke 13 Hijriah
Editor: Nasirudin Latif

https://www.laduni.id/post/read/74040/kisah-penciptaan-akal-dan-nafsu.html