Kisah Silsilah Nabi Nuh AS sampai Nabi Adam AS

Laduni.ID, Jakarta – Imaduddin Abu Fida’ Ismail bin Katsir Al-Quraisy Ad-Dimasyqi dalam bukunya Qashashul Anbiya’ menyatakan bahwa dalam sebuah kitab yang beredar di kalangan Ahli Kitab yang mereka klaim sebagai kitab Taurat; Allah SWT memberi waktu dan melihat apa yang dilakukan Qabil. Qabil tinggal di kawasan Nud, sebelah timur Eden yang mereka sebut sebagai Qanin. Qabil kemudian memiliki anak bernama Khanukh, Khanukh memiliki anak bernama Andar, Andar memiliki anak bernama Mahawil, Mahawil memiliki anak bernama Matusyail, Matusyail memiliki anak bernama Lamik.

Lamik menikahi dua wanita bernama Ada dan Shala. Ada kemudian melahirkan seorang anak bernama Abal. Abal adalah orang pertama yang tinggal di dalam tenda kubah dan memiliki harta. Ada juga melahirkan anak yang lain bernama Naubal. Naubal adalah orang pertama yang menabuh simbal dan gendang. Shala melahirkan anak laki-laki bernama Taubalqin. Taubalqin adalah orang pertama yang membuat peralatan dari perunggu dan besi. Dan seorang anak perempuan bernama Ni’ma.

Selain itu, disebutkan pula dalam kitab yang sama; Adam menggauli istrinya lalu melahirkan seorang anak laki-laki. Hawa memberinya nama Syits dan mengatakan, “Aku memberi nama itu karena aku diberi pengganti Habil yang telah dibunuh Qabil.” Syits kemudian melahirkan Anusy.

Pada Ahli Kitab menyatakan bahwa, “Saat Syits lahir, Adam berusaha 130 tahun, dan setelah itu Adam hidup selama 800 tahun. Saat Anusy lahir, Syits berusia 165 tahun, dan setelah itu ia hidup selama 807 tahun. Ia juga memiliki sejumlah anak laki-laki dan anak perempuan lain.

Anusy kemudian memiliki anak yang bernama Qainan. Saat itu Anusy berusia 90 tahun, dan setelah itu ia hidup selama 815 tahun. Ia juga memiliki sejumlah anak laki-laki dan anak perempuan lain.

Setelah menginjak usia 70 tahun, Qainan memiliki anak bernama Mahlayil, dan setelah itu ia hidup selama 840 tahun. Ia juga memiliki sejumlah anak laki-laki dan anak perempuan lain.

Setelah menginjak umur 65 tahun Mahlayil memiliki anak bernama Yarid, dan setelah itu ia hidup selama 830 tahun. Ia juga memiliki sejumlah anak laki-laki dan anak perempuan lain.

Setelah menginjak usia 162 tahun, Yarid memiliki anak bernama Khanukh, dan setelah itu ia hidup selama 800 tahun. Ia juga memiliki sejumlah anak laki-laki dan anak perempuan lain.

Setelah menginjak usia 65 tahun, Khanukh memiliki anak bernama Mutawsyalakh, dan setelah itu ia hidup selama 800 tahun. Ia juga memiliki sejumlah anak laki-laki dan anak perempuan lain.

Setelah menginjak umur 65 tahun, Mutawsyalakh memiliki anak bernama lamik, dan setelah itu ia hidup selama 788 tahun. Ia juga memiliki sejumlah anak laki-laki dan anak perempuan lain.

Setelah menginjak usia 182, Lamik memiliki anak bernama Nuh, da setelah itu ia hidup selama 595 tahun. Ia juga memiliki sejumlah anak laki-laki dan anak perempuan lain.

Setelah menginjak usia 500 tahun, Nuh memiliki sejumlah anak bernama Sam, Ham, Yafits. Demikian dijelaskan dalam kitab mereka secara gamblang. Yang jelas, penjelasan seperti ini diselipkan dalam kitab mereka sebagai tambahan dan penafsiran. Banyak sekali terdapat kekeliruan di sana.

Terkait kebenaran apakah penjelasan sejarah ini turun dari langit, masih perlu dikaji lebih jauh, seperti yang disampaikan sejumlah ulama yang memberikan kritikan tajam terkait sejarah tersebut.

Imam Abu Ja’far bin Jarir menyebutkan dalam kitab At-Tarikh dari sebagian ulama, Hawa melahirkan 40 anak dalam 20 kali kehamilan. Demikian yang disampaikan Ibnu Ishaq. Ibnu Ishaq menyebutkan semua nama anak-anak Adam tersebut. Menurut sumber lain, Hawa melahirkan sebanyak 120 kali, setiap kelahiran dua anak sepasang; laki-laki dan perempuan, yang paling tua Qabil dan saudarinya, Qalima, dan yang terakhir bernama Abdul Mughits dan saudarinya Ummul Mughits.

Setelah itu, populasi manusia menyebar di berbagai belahan bumi dan berkembang biak, sebagaimana yang telah disampaikan Allah dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa’ ayat 1:

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَّفْسٍ وَّاحِدَةٍ وَّخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيْرًا وَّنِسَاۤءً ۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ الَّذِيْ تَسَاۤءَلُوْنَ بِهٖ وَالْاَرْحَامَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا ١

“Wahai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakanmu dari diri yang satu (Adam) dan Dia menciptakan darinya pasangannya (Hawa). Dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak). Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu.”

Ayat ini menegaskan bahwa Nabi Adam AS dan Hawa tidak diciptakan melalui proses evolusi hayati seperti makhluk hidup lainnya, tetapi diciptakan secara khusus seorang diri, lalu diciptakanlah pasangannya dari dirinya. Mekanismenya tidak dapat dijelaskan secara sains. Selanjutnya, barulah anak-anaknya lahir dari proses biologis secara berpasangan-pasangan sesuai kehendak-Nya.

Para ahli sejarah menyebutkan, Adam sebelum meninggal dunia sempat melihat 400.000 keturunannya (anak-anak dan cucu-cucunya). Allah berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-A’raf ayat 189:

هُوَ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَّفْسٍ وَّاحِدَةٍ وَّجَعَلَ مِنْهَا زَوْجَهَا لِيَسْكُنَ اِلَيْهَاۚ فَلَمَّا تَغَشّٰىهَا حَمَلَتْ حَمْلًا خَفِيْفًا فَمَرَّتْ بِهٖ ۚفَلَمَّآ اَثْقَلَتْ دَّعَوَا اللّٰهَ رَبَّهُمَا لَىِٕنْ اٰتَيْتَنَا صَالِحًا لَّنَكُوْنَنَّ مِنَ الشّٰكِرِيْنَ ١٨٩

“Dialah yang menciptakan kamu dari jiwa yang satu (Adam) dan darinya Dia menjadikan pasangannya agar dia cenderung dan merasa tenteram kepadanya. Kemudian, setelah ia mencampurinya, dia (istrinya) mengandung dengan ringan. Maka, ia pun melewatinya dengan mudah. Kemudian, ketika dia merasa berat, keduanya (suami istri) memohon kepada Allah, Tuhan mereka, “Sungguh, jika Engkau memberi kami anak yang saleh, pasti kami termasuk orang-orang yang bersyukur.”

Ayat ini lebih dulu menyebut Adam, setelah itu menyebut jenis, sama seperti firman Allah dalam Al-Qur’an Surat Al-Mukminun ayat 12-13; Al-Mulk ayat 5:

وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ مِنْ سُلٰلَةٍ مِّنْ طِيْنٍ ۚ ١٢ ثُمَّ جَعَلْنٰهُ نُطْفَةً فِيْ قَرَارٍ مَّكِيْنٍ ۖ ١٣

“  Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari sari pati (yang berasal) dari tanah. Kemudian, Kami menjadikannya air mani di dalam tempat yang kukuh (rahim).”

وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّمَاۤءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيْحَ وَجَعَلْنٰهَا رُجُوْمًا لِّلشَّيٰطِيْنِ وَاَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابَ السَّعِيْرِ ٥

“Sungguh, Kami benar-benar telah menghiasi langit dunia dengan bintang-bintang, menjadikannya (bintang-bintang itu) sebagai alat pelempar terhadap setan, dan menyediakan bagi mereka (setan-setan itu) azab (neraka) Sa‘ir (yang menyala-nyala).”

Terkait Hadis yang diriwayatkan Imam Ahmad; Abdus Shamad bercerita kepada kami, Umar bin Ibrahim bercerita kepada kami, Qatadah bercerita kepada kami, dari Hasan, dari Samurah, dari Nabi Saw beliau bersabda:

“Saat Hawa melahirkan anak, Iblis datang mengelilinginya. Anak yang dilahirkan Hawa biasanya tidak hidup, lalu Iblis berkata, “Berilah dia nama Abdul Harits, dia pasti hidup.” Hawa kemudian memberi nama Abdul Harits, dan anak itu hidup. Itu berasal dari bisikan dan perintah setan.”

Seperti itu juga yang diriwayatkan At-Tirmidzi, Ibnu Jarir, Abu Hatim, dan Ibnu Mardawih dalam kitab tafsir mereka masing-masing saat menafsirkan ayat di atas. Juga ditakhrij Hakim dalam Al-Mustadrak, semua berasal dari hadis Abdush Shamad bin Abdul Waris dengan matan yang sama. Hakim mengatakan, “Sanadnya shahih, hanya saja Imam Bukhari dan Muslim tidak men-takhrij-nya.” At-Tirmidzi mengatakan, “Hadis ini hasan-gharib. Kami hanya mengetahui dari hadis Umar bin Ibrahim. Sebagian lainnya meriwayatkan hadis ini dari Abdush Shamad dengan sanad yang tidak terhubung hingga Nabi SAW.

Cacat semacam ini menodai hadis, karena meriwayatkan secara mauquf, sanadnya hanya terhubung sampai sahabat. Inilah yang lebih tepat. Nampaknya, kisah di atas bersumber dari kisah-kisah israiliyat. Juga diriwayatkan secara mauquf dari Ibnu Abbas, dan sepertinya kisah tersebut bersumber dari Ka’ab Al-Ahbar dan rekan-rekannya.

Hasan Al-Bashri memiliki penafsiran berbeda untuk ayat-ayat di atas. Andai riwayat Samurah menurutnya marfu’, tentu tidak akan beralih pada yang lain. Selain itu, Allah menciptakan Adam dan Hawa tidak lain untuk menjadi asal-usul manusia, mengembangbiakkan laki-laki dan perempuan dalam jumlah besar. Lalu bagaimana mungkin dikatakan bahwa Hawa tidak pernah punya anak hidup seperti disebutkan dalam hadis di atas, itupun dengan asumsi jika hadis tersebut terjaga.

Besar dugaan dan bisa dipastikan keliru, jika hadis tersebut sanadnya terhubung hingga Rasulullah SAW (marfu’). Yang benar adalah mauquf (sanadnya hanya sampai pada sahabat). Masalah ini sudah dijelaskan dalam tafsir Ibnu Katsir.

Adam dan Hawa terlalu bertakwa kepada Allah untuk melakukan hal-hal seperti disebutkan dalam riwayat di atas, karena Adam adalah ayah manusia, Allah menciptakannya dengan tangan-Nya, meniupkan sebagian ruh-Nya, memerintahkan para malaikat untuk sujud kepadanya, mengajarkan nama-nama segala benda padanya, dan menempatkannya di surga. Allahu A’lam. []


Penulis: Kholaf Al Muntadar
Editor: Fahrul

https://www.laduni.id/post/read/525691/kisah-silsilah-nabi-nuh-as-sampai-nabi-adam-as.html