Kitab As-Sanatir: Kisah Perjuangan Para Ulama saat Jadi Santri
Mencari ilmu merupakan salah satu kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap umat Islam. Dalam melaksanakannya, terkadang cobaan kadang silih berganti yang mungkin saja bagi sebagian pencari ilmu tidak kuat untuk menghadapinya.
Upaya yang ditempuh untuk kuat menghadapi berbagai macam cobaan saat mencari ilmu pun bermacam-macam. Salah satunya adalah dengan membaca sejarah para ulama terdahulu saat menjadi santri untuk mencari ilmu, tujuannya agar dapat mengambil contoh dari mereka dalam menghadapi berbagai macam cobaan dan tantangan tersebut.
Salah satu kitab yang patut dibaca, khususnya bagi santri agar semangat dalam mencari ilmu semakin membara adalah kitab karya Kiai Musa Musthafa at-Tamani yang berjudul As-Sanatir (beberapa santri).
Latar Belakang Penulisan
Dalam mukadimah kitabnya, Kiai Musa Musthafa mengatakan alasannya menulis kitab ini dengan menggunakan metode cerita (kisah). Menurutnya, kitab dengan metode cerita akan lebih disukai dan diterima oleh para santri yang menjadi sasaran utama dari kitab As-Sanatir ini.
Kiai Musa bahkan berargumen dengan mengutip maqalah dari Imam Junaid: “Kisah adalah salah satu bala tentara Allah swt. yang dapat menguatkan hati para murid.”
Diharapkan, dengan membaca kitab ini para santri bisa tergugah semangatnya sehingga mereka dapat meniru kisah-kisah para ulama yang ada dalam kitab ini.
Isi Kitab
Secara garis besar, kitab As-Sanatir ini berisi tentang sejumlah kisah para ulama saat masih menjalani masa nyantri di ‘pesantren’ mereka masing-masing. Total ada sekitar dua puluh sembilan kisah para ulama yang beliau kutip dari dua puluh tujuh macam referensi kitab.
Kedua puluh sembilan kisah tersebut, secara berurutan adalah sebagai berikut:
- Kisah tentang keutamaan orang berilmu dan husnul khatimah di akhir hayatnya
- Kisah tentang ulama yang tetap mencari ilmu walau tidak mempunyai uang saku
- Kisah tentang ulama yang sabar ketika sedang mencari ilmu
- Kisah tentang pantang malu dalam mencari ilmu
- Kisah tentang larangan lalai terhadap Sang Khalik
- Kisah tentang hubungan batin antara guru dan muridnya
- Kisah tentang akibat khianat kepada guru
- Kisah tentang tirakat (riyadhah) saat mencari ilmu
- Kisah tentang cara mencari guru yang dapat dipercaya
- Kisah tentang menjaga adab (tata krama)
- Kisah tentang semangat mencari ilmu walau patah hati
- Kisah tentang berbagai macam permasalahan ilmiah
- Kisah tentang murid yang bermalas-malasan
- Kisah tentang keutamaan ridha guru
- Kisah tentang keyakinan bahwa guru
- Kisah tentang keyakinan pada kebenaran sang guru
- Kisah tentang larangan membangkang pada guru
- Kisah tentang tawasul murid terhadap gurunya
- Kisah tentang belajar ilmu adab
- Kisah tentang pentingnya ilmu alat
- Kisah tentang semangat ngaji meskipun sedang sakit
- Kisah tentang muthala’ah (membaca ulang pelajaran)
- Kisah tentang perhatian guru terhadap muridnya
- Kisah tentang pentingnya menjaga waktu
- Kisah tentang mengagungkan ilmu
- Kisah tentang semangat mencari ilmu meskipun awalnya tidak ikhlas
- Kisah tentang menerima kebenaran meskipun datangnya dari anak kecil
- Kisah tentang cara agar hati sang guru tidak berpaling dari murid
- Kisah tentang baiknya tata krama seorang guru terhadap muridnya
Semangat Mencari Ilmu walau Patah Hati
Untuk memperjelas isi dari kitab as-Sanatir ini, berikut penulis paparkan salah satu kisah yang diceritakan oleh Kiai Musa Musthafa tentang sebab musabab julukan ‘Syaikhul Islam’ pada diri Syekh Zakaria al-Anshari
Mengutip kitab Kunuzus Sa’adah, Kiai Musa Musthafa mengisahkan perjalanan mondok Syekh Zakariya al-Anshari dalam kitab As-Sanatir (hal. 16-17). Dikisahkan, Syekh Zakariya tetap semangat mencari ilmu meskipun sebelumnya patah hati karena terkena ‘gojlokan’ dari seseorang yang pada waktu itu sedang berkumpul membahas suatu permasalahan ilmiah.
Pada saat itu, Syekh Zakariya baru saja masuk ke Masjid Al-Azhar dengan memakai imamah yang cukup besar. Tak disangka, tiba-tiba ada seseorang yang ‘gojlok’ beliau dengan nada meremehkan, “Syaikhul Islam telah masuk.”
Mendengar ‘gojlokan’ itu, Zakariya al-Anshari sakit hati dengan perkataan seseorang itu. Beliau bahkan bersumpah tidak akan keluar dari Universitas al-Azhar kecuali jika ia memang telah benar-benar dipanggil dengan ‘Syaikhul Islam’. Jika tidak demikian, lebih baik ia meninggal.
Berawal dari ‘gojlokan’ tersebut, beliau malah jadi bersemangat dan mengerahkan segala kemampuannya untuk mencari ilmu. Pada akhirnya beliau mendapatkan apa yang diinginkan. Sekarang beliau memang benar-benar dijuluki Syaikhul Islam.
Dari kisah Syekh Zakaria al-Anshari tersebut, para pencari ilmu, khususnya para santri dapat mengambil petikan pelajaran bahwa apapun cobaan saat mencari ilmu, entah itu masalah finansial, keluarga, atau bahkan seperti Syekh Zakaria, yakni ‘gojlokan’ atau cemoohan dari teman, santri harus menghadapinya dengan sabar dan menjadikannya sebagai motivasi. Wallahu a‘lam.
Identitas Kitab
Judul: As-Sanatir
Penulis: Kiai Musa Musthofa At-Tamani
Penerbit: Maktabah Al-Dihan
Tebal: 39 halaman
Terbit: Cetakan Ketiga, 1 Juni 2019
M Ryan Romadhon, Alumnus Ma’had Aly Al-Iman Bulus Purworejo.
https://www.nu.or.id/pustaka/kitab-as-sanatir-kisah-perjuangan-para-ulama-saat-jadi-santri-I7TQR