Kitab Tanbih al-Muta’allim, Adab-Adab yang Perlu Diperhatikan Para Pelajar

Dalam Islam, belajar bukan hanya sekadar aktivitas akademis atau intelektual semata, tetapi sebuah perintah dan panggilan yang mendalam. Islam memandang belajar sebagai suatu kewajiban yang harus dipenuhi oleh setiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan, sepanjang hayat mereka. Dalam proses belajar, tidak cukup hanya mengandalkan kecerdasan semata, akan tetapi ada adab-adab yang perlu diperhatikan oleh seorang pelajar supaya ilmu yang diperoleh nantinya betul-betul bermanfaat untuk dirinya dan orang banyak. Salah satu kitab yang membahas tentang adab yang perlu diperhatikan dan dipraktikkan oleh seorang pelajar adalah kitab Tanbih al-Muta’allim fi Adab at-Ta’allum.

Sekilas Profil Muallif

Kitab Tanbih al-Muta’allim fi Adab at-Ta’allum adalah karya KH. Ahmad Maisur Sindi Syarbini ath-Thursyidi. Beliau merupakan seorang ulama kelahiran Purworejo Jawa Tengah tepatnya di desa Thursyidi lor, Kecamatan pituruh pada 18 juni 1925M/1344 H dan wafat pada 09 Shofar 1416H/08 Juli 1995/1996M. Beliau memiliki istri bernama Nyai Umahatun yaitu putri dari Nyai Zainatun binti Nyai Syafa’atun binti  Nyai Sapurah binti Kiai Imam Nawawi yang merupakan pendiri pertama Pondok Pesantren Mahir ar-Riyadl Ringinanggung Keling Kepung Kediri. Dalam pernikahannya, Kiai Ahmad Maisur diberikan keturunan empat orang anak yaitu Nyai Sri Rof’ah tinggal di Banten, Kiai Munif Abdul Kafi tinggal di Purworejo Jawa Tengah, Kiai Muhammad Munshif Abdul Haqqi, dan Kiai Irfan Hamid. Putra ketiga dan keempat ini yang tinggal di pondok pesantren Mahir ar-Riyadl Ringinangung dan sebagai bagian dari beberapa pengasuh yang masuk pada periode ke empat dari Kiai Imam Nawawi.

Perjalanan Intelektual Kiai Ahmad Maisur

Kiai Maisur semasa kecil langsung berada di bawah pengawasan dan didikan orang tuanya yang Bernama Kiai Syarbini. Kepada Kiai Syarbini, beliau mempelajari beberapa ilmu agama Islam yang meliputi al-Qur’an, hadits, dan beberapa kitab-kitab dasar lainnya sampai benar-benar memahami dengan sempurna. Setelah tamat dari Pendidikan formal Sekolah Rakyat—kurang lebih pada usia 9 tahun—beliau memulai rihlah ‘ilmiyahnya di beberapa pesantren tanah Jawa. Pesantren pertama yang beliau jelajahi yaitu Pondok Pesantren Lirap Kebumen, Jawa Tengah. Di Pondok Pesantren Lirap, Kiai Maisur memperdalam ilmu alat semisal nahwu dan shorf di bawah asuhan Kiai Ibrahim.

Setelah kurang lebih tiga tahun belajar dan menjadi santri di Pondok Pesantren Lirap (±1353H/1934M sampai ±1356H/1937M), Kiai Maisur melanjutkan studinya di Pondok Pesantren Tebuireng Jombang. Di Tebuireng ini, Kiai Maisur belajar berbagai macam disiplin keilmuan di bawah asuhan Kiai Hasyim Asy’ari. Saat itu, usia Kiai Hasyim Asy’ari sudah memasuki umur 60 tahunan. Setelah dirasa cukup menuntut ilmu di Tebuireng (±1356H/1937M sampai ±1361H/1941M), Kiai Maisur kemudian melanjutkan pendidikannya ke Pondok Pesantren Jampes (al-Ihsan Jampes) Kediri. Kala itu, pesantren tersebut diasuh oleh Kiai Ihsan bin Kiai Dahlan—seorang alim allamah pengarang kitab Siroj ath-Tholibin. Kitab-kitab yang diajarkan Kiai Ihsan kepada para santrinya antara lain kitab Ihya’ Ulumiddin, kitab Tafsir al-Jalalain, dan kitab Tuhfah al-Muhtaj. Sedangkan khusus pada bulan Ramadlan, beliau rutin membacakan dua kitab yaitu kitab Fathul Mu’in dan kitab al-Hikam karya Ibn ‘Atha’illah as-Sakandari.

Setelah kurang lebih empat tahun belajar di Jampes, Kiai Maisur memiliki kehendak untuk pindah belajar ke Pondok Pesantren Darul Hikam Bendo, Pare yang diasuh oleh Kiai Khozin (kira-kira kepindahan Kiai Maisur dari Pondok Pesantren Jampes ke Pondok Pesantren Darul Hikam Bendo terjadi pada tahun 1945/1946 M). Setelah 7 tahun lamanya (Sebagian mengatakan 4 tahun) beliau bermukim dan belajar di Pondok Pesantren Darul Hikam, beliau terkena sakit mata. Karena sebab inilah, Kiai Khozin memerintahkan beliau untuk hijrah ke Pondok Pesantren ar-Riyadl Ringinagung—nama pesantren ini kemudian menjadi PP. Mahir ar-Riyadl Ringinagung—untuk mencari obat dan penyembuhan. Atas perintah sang guru, kemudian Kiai Maisur datang ke Ringinagung kira-kira pada tahun 1950 M. Mula-mula kedatangan beliau ke pesantren ar-Riyadl Ringinagung hanya bertujuan tirah untuk kesembuhan sakit mata yang sedang beliau sandang, namun singkat cerita pada waktu itu kemudian beliau diangkat mantu dan menjadi salah satu pengasuh generasi ketiga Pondok Pesantren ar-Riyadl Ringinagung yang memiliki pengaruh dan memberikan sumbangsih besar pada masanya.

Karya-Karya

               Kiai Ahmad Maisur Sindi Syarbini ath-Thursyidi merupakan salah satu ulama’ Nusantara yang sangat produktif di zamannya. Kebanyakan kitab-kitab beliau berupa nadzom/susunan kalam syi’ir yang disertai penjelasan-penjelasan. Kemampuannya dalam menulis dan menyusun karya tersebut kemungkinan besar adalah keteladanan yang diwariskan oleh guru-guru beliau semisal Kiai Hasyim ‘Asy’ari dan Kiai Ihsan bin Dahlan—yang mana dua ulama’ ini sangat produktif. Di antara karya-karya beliau sebagaimana penulis nukil dari muqoddimah kitab Tanbih al-Muta’allim fi Adab at-Ta’allum hal. 3-4 cet. Pesantren Mahir ar-Riyadl/Maktabah Kitab Nusantara, sebagaimana berikut:

  1. Tanbih al-Muta’allim fi Adab at-Ta’allum
  2. Nailul Amali fi Qawa’id al-I’lali
  3. Tadrib an-Nujaba’ fi Ba’dl Isthilahat al-Fuqaha’
  4. Al-Hawashil al-Munadldlirot fi Abniyat al-Awqat wa al-Jihat fi Ilmayi al-Falak wa al-Hisab
  5. Al-Ikmal fi Bayan Qawa’id al-I’lal
  6. Tamhid al-Bayan fi Tajwid ash-Shibyan
  7. Tahdzib al-Lisan fi Kaifiyyah Tadris Tamhid al-Bayan
  8. Ats-Tsamaraat adz-Dzahirah bi Tarjamati al-Waraqat az-Zahirah fi Ushul al-Fiqh
  9. At-Tamridl fi Bayani Kaifiyyati Tajhiz al-Maridl wa Ma Yata’allaqu bi al-Mayyit wa al-Mayyitah mi al-Umur al-Muhimmah
  10. Syarh Tadrib an-Nujaba’ fi Ba’dl Isthilahat al-Fuqaha’
  11. Risalah Syi’ri Pekorlas: al-Intibah ila ash-Sholah ‘an al-Gharar fiha wa al-Isytibah

Ket: Pekorlas “Pemberantasan Korupsi Lahiriyah Sholat”

  1. Risalah Shaghirah: al-Ma’mum al-Masbuq wa al-Muwafiq
  2. Al-Ibda’ al-Wafi fi Ilmayi al-‘Arudl wa al-Qawafi

Alasan Penulisan Kitab Tanbih al-Muta’allim fi Adab at-Ta’allum

Kitab Tanbih al-Muta’allim fi Adab at-Ta’allum disusun atas pemikiran Kiai Maisur untuk menyairkan tanbih (peringatan/nashihat) Kiai Hasyim ‘Asy’ari dalam setiap pengajian-pengajian rutin yang disampaikan oleh Kiai Hasyim ‘Asy’ari kepada para santri di Tebuireng pada masa itu. Ide dan pemikiran beliau dalam mewujudkan syi’ir tersebut dimulai pada tahap akhir belajar al-Jauhar al-Maknun. Tanbih Kiai Hasyim ‘Asy’ari tersebut yang berupa kalam natsar (prosa)—Natsar adalah kalam yang tidak bersajak dan tidak terikat dengan wazan dan qofiyah— dicatat di buku oleh Kiai Maisur. Catatan-catatan tersebut beliau kumpulkan kembali di kemudian hari dan dirangkai menjadi bait-bait syi’ir bahar Basith. Seiring perjalanan waktu, muncul kembali dalam benak Kiai Maisur untuk menambahkan bait-bait syi’ir tersebut dengan mengambil keterangan dari beberapa kitab akhlak yang lain semisal kitab Ta’lim al-Muta’allim. Tambahan-tambahan keterangan dari beliau sendiri ditulis dengan “ziyadati” dengan penjelasan berbahasa Jawa pegon.

Tujuan Kiai Maisur menyusun kitab Tanbih al-Muta’allim fi Adab at-Ta’allum secara garis besar ada dua: pertama, untuk menjadi pegangan para tholabah (pelajar) pada umumnya dan madrasah di pondok-pondok dalam kelas pertengahan tingkatan ibtida’iyyah pada khususnya supaya kitab tersebut menjadi sullam (tangga) mereka belajar ke arah cita-cita yang mulia. Alasan kedua, supaya manfaat dan berkahnya (berkah dari tanbih Kiai Hasyim ‘Asy’ari) dimiliki dan dikenyam oleh para pelajar ahlis Sunnah wal Jama’ah lebih pesat lagi (halaman 4). Sedangkan cara mengajarkan kitab Tanbih al-Muta’allim fi Adab at-Ta’allum sesuai anjuran Kiai Maisur yaitu, pertama, cukup menghafal lafadz, makna thibaq, dan artinya. Kedua, membaca nadzom bersama setiap selesai mengajarkan. Ketiga, dihafalkan bersama setiap akan masuk sekolah. (halaman 4)

Substansi Kitab Tanbih al-Muta’allim fi Adab at-Ta’allum

Secara umum, kitab Tanbih al-Muta’allim fi Adab at-Ta’allum berisikan adab-adab atau tata krama seorang pelajar dalam perjalanan menuntut ilmu yang digubah dalam bentuk syi’ir-syi’ir (nadzom) serta penjelasan tiap baitnya. Kitab ini memuat 58 halaman selain cover, mulai dari biografi muallif sampai fihrist. Adapun perincian pembahasannya sebagaimana berikut: 1. At-Ta’rif bil Muallif 2. Al-I’lan 3. Khuthbah al-Kitab 4. Hukmu al-Jahil 5. Wujub at-Ta’allum 6. Syuruth Hushul al-‘Ilm li at-Ta’allum 7. Al-Aadab Qabla al-Hudur ila Majlis al-‘Ilm 8. Al-Aadab fi Majlis at-Ta’allum 9. Al-Aadab Ba’da al-Inshirof min Majlis at-Ta’allum 10. Al-Aadab an-Nafsiyyah 11. Tatimmah 12. Tanbih 13. Al-Aadab ma’a al-Walidain 14. Al-Aadab ma’a asy-Syaikh 15. Al-Aadab ma’a al-‘Ilm 16. Tamam an-Ni’mah min al-Mu’allim ‘ala al-Muta’allim wa min al-Muta’allim ila al-Mu’allim 17. Al-‘Ulum al-Maqshudah min ath-Tholib 18. Khotimah: Nas’alullaaha Husna al-Khotimah 19. Paweling (baca: peringatan atau pertanda) 20. Du’a Padang Ati 21. Du’a al-Fatihah 22. Fihrist. Wallahu A’lam.

Katalog Buku Alif.ID

https://alif.id/read/alj/kitab-tanbih-al-mutaallim-adab-adab-yang-perlu-diperhatikan-para-pelajar-b249517p/