Laduni.ID, Jakarta – Islam merupakan agama yang paling sempurna, di dalamnya mengatur segala setiap sendi kehidupan manusia, mulai bangun tidur sampai tidur kembali. Aturan-aturan itu tidak lain merupakan wujud kasih sayang Allah terhadap mahluk-Nya bukan untuk mempersulit melainkan untuk memudahkan dan menyelamatkan manusia agar tidak tersesat dan berujung pada siksaan api neraka nantinya.
Segala sesuatunya Allah atur, termasuk cara mandi dan macam-macamnya. Manusia hidup butuh bersuci atau membersihkan diri, bisa dengan berwudhu atau dengan mandi. Mandi di sini ada 2 macam, mandi wajib atau mandi besar dan mandi biasa.
Mandi biasa bisa diartikan sebagai mandi keseharian yang biasa dilakukan untuk membersihkan dan menyegarkan badan. Sedangkan mandi besar merujuk pada mandi wajib yang dilakukan untuk menghilangkan hadats besar karena bersetubuh atau keluar mani.
Kedua hal inilah yang dalam istilah fiqih disebut al-jinabat. Dinamakan jinabat karena keduanya baik bersetubuh ataupun keluar mani menghalangi seseorang untuk melaksanakan ibadah (sholat, thowaf baca al-qur’an) atau dalam keterangan al-Munawi dinamakan jinabat karena jauh dari suci dan hanya bisa kembali suci setelah mandi.
Jika demikian pemahamannya, maka mandi besar jauh lebih luas dari sekedar mandi junub. Karena masih ada empat hal lagi yang mengharuskan seseorang mandi wajib yaitu ketika Haidh (datang bulan), Nifas (mengeluarkan darah setelah melahirkan),Melahirkan dan juga Mati (bukan mati syahid).
Adapun tata cara mandi harus sesuai dengan fardhunya yang tiga hal: pertama Niat, kedua menghilangkan najis bila terdapat pada tubuhnya, ketiga meratakan air ke seluruh rambut dan kulit.
Adapun dalam melaksanakan mandi itu ada beberapa kesunahan yang hendaknya dilaksanakan untuk mendapatkan keutamaan, yaitu:
- Membaca bismillah.
- Berwudhu sebelum mandi.
- Menggosokkan tangan keseluruh tubuh.
- Tidak memutus aliran air pada badan pada saat meratakannya.
- Mendahulukan bagian tubuh sebelah kanan.
Selain mandi junub dan mandi besar yang hukumnya wajib, juga ada mandi sunnah yang hendaknya dilakukan, meskipun tak mengapa jika ditinggalkan, yaitu:
- Mandi untuk shalat jum’at.
- Mandi untuk shalat hari raya idul fitri dan idul adha.
- Mandi hendak sholat istisqo’ (mohon hujan).
- Mandi hendak sholat gerhana bulan.
- Mandi hendak sholat gerhana matahari.
- Mandi sehabis memandikan mayit.
- Mandi bagi orang kafir yang masuk Islam.
- Mandi setelah sembuh dari gila.
- Mandi setelah saar dari pingsan.
- Mandi hendak Ihram (haji ataupun umrah).
- Mandi hendak masuk kota Mekkah.
- Mandi hendak wuquf di Arafah.
- Mandi hendak bermalam di Muzdalifah.
- Mandi hendak melontar jumroh.
- Mandi hendak thowaf.
- Mandi hendak sa’I.
- Mandi hendak masuk kota Madinah.
Sumber :
- Fathul Al-Qarib
- Al-Imtaa’ bi Syarh Matan Abi Syuja’ fii Al-Fiqh Asy-Syafii, hlm. 43
- At-Tadzhiib fii Adillah Matn Al-Ghayah wa At-Taqrib, hlm. 27
____________________
Catatan: Tulisan ini terbit pertama kali pada Sabtu, 17 Juli 2021. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan.
https://www.laduni.id/post/read/57417/macam-macam-mandi-diatur-dalam-islam.html