ARRAHMAH.CO.ID – Aku setuju bahwa setiap orang adalah guru sekaligus murid Madrasah Kehidupan. Karenanya, di samping belajar, kita juga perlu mengajar seumur hidup. Minimal mengajar diri sendiri, dan minimal mengajar orang lainnya melalui tindakan sehari-hari.
Meski berprofesi sebagai dosen, nyatanya aku sering dapat kesempatan menimba pengetahuan dan pengalaman baru dari mahasiswa. Tidak hanya lewat pertanyaan dan pendapat yang mereka lontarkan, tapi juga dari proses perkembangan mereka sejak pertama ketemu di kelas hingga saat ketemu mereka lagi pasca lulus dengan profesi beragam!
Jika misi Islam adalah mendatangkan anugerah bagi semesta (rahmatan lil alamin), maka misi Madrasah Kehidupan juga adalah memampukan kita untuk menjadi bagian dari anugerah, bukan musibah, bagi semesta. Begitu pun, jika misi Islam adalah menyempurnakan akhlak mulia manusia (liutammima makarimal akhlaq), maka misi Madrasah Kehidupan juga adalah memampukan kita untuk berakhlak mulia, tidak mengurangi akhlak mulia, apalagi menggantinya dengan akhlak buruk.
Menjadi bagian dari anugerah dan berakhlak mulia adalah proses tak berkesudahan seumur hidup. Begitulah masa sekolah di Madrasah Kehidupan, yakni minal Mahdi (dari buaian) ilal Lahdi (sampai liang lahad). Setiap orang adalah guru sekaligus murid Madrasah Kehidupan yang mesti berproses bersama seumur hidup.
Sebagian orang datang pada kehidupan kita sebagai anugerah. Sementara sebagian lainnya datang sebagai pelajaran, dawuhnya Bunda Theresa. Kadang kita pun menjadi anugerah, kadang juga menjadi musibah, bahkan bagi diri sendiri. Namanya juga manusia. Namun Madrasah Kehidupan selalu terbuka untuk kita berproses terus-menerus.
Yang penting adalah proses yang kita lalui terus bergerak pada ikhtiyar berakhlak mulia sehingga bisa menjadi bagian dari anugerah bagi semesta, semampu kita, baik bagi diri sendiri maupun pihak lain. Mbuh piye carane (entah bagaimana caranya, red.) agar pada akhirnya kita bisa menjadi figur protagonis dalam film kehidupan kita masing-masing kelak setelah wafat. Kuyaqin kesimpulan akhir sebagai figur protagonis inilah yang disebut dengan husnul khotimah.
Murid dan guru terbaik madrasah Kehidupan adalah mereka yang mampu menyikapi “musibah” dengan cara tertentu sehingga menjadi “anugerah” bagi diri bahkan orang lain. Mereka yang terpuruk lalu bangkit berdaya bahkan memberdayakan lainnya. Mereka yang mampu menjadikan batu yang sengaja orang lain lempar untuk mencelakai, justru mereka jadikan pijakan untuk loncat lebih tinggi.
Salam hormat pada siapa pun yang pernah jadi korban kezaliman dan kini jadi pendamping untuk mencegah orang lain agar tidak menjadi korban maupun pelaku kezaliman tsb. Anda adalah Guru Besar Kehidupan!.
Semoga Allah memampukan kita untuk menjadi murid sekaligus guru yang baik bagi kehidupan bersama. Aamiin yra
Pamulang, 24 Juli 2022
Salam KGI.
https://www.arrahmah.co.id/2022/07/madrasah-kehidupan-dr-nur-rofiah.html