sufinews.com. Perayaan Maulid Akbar dilaksanakan oleh Majelis Pengkajian Tauhid Tasawuf Indonesia atau MPTT-I. Acara yang berlangsung di Posko Pusat Tauhid Irfani Keude Paya, Blangpidie, Abdya, Aceh ini dihadiri oleh Abuya Syech H Amran Waly al-Khalidy yang merupakan pimpinan MPTT-I se Asia Tenggara
Dalam sambutannya Abuya Syech H Amran Waly al-Khalidy mengajak para jamaah untuk saling bersatu padu dan tidak ada lagi kebencian-kebencian sesama umat Islam. “Saya menginginkan Abdya ini tempat untuk mencintai agama dengan baik dan juga saya melakukan bukan hanya di Abdya saja tetapi juga di Tapaktuan, tujuanya untuk kita berkumpul mengadakan pengajian memberikan pemahaman bagaimana syariat, bagaimana tarekat, hakikat dan makrifat,” katanya seperti dikutip laman jatman. or.id.
Selain itu menurut Abuya Amran meminta untuk lebih menggerakkan masyarakat untuk berzikir. “Tujuannya adalah semata-mata untuk mengingat dan mendekatkan diri kepada Allah SWT yang saat ini dikenal dengan zikir Rateb Siribee dalam wadah naungan Majelis Pengkajian Tauhid Tasawwuf Indonesia (MPTT-I),” ungkapnya.
Sekretaris Awwal Idarah Aliyyah Jam’iyyah Ahlith Thariqah al-Mu’tabarah an-Nahdliyyah (JATMAN) ini mengatakan berkah memperingati Maulid Nabi Allah telah memberikan kemudahan bagi kita untuk berdakwah mempertahankan akidah ahli sunnah waljamaah, menghilangkan prasangka yang tidak baik dan perselisihan antar sesama. Selain itu Abuya Amran juga menyampaikan pentingnya zikir yang dapat menghilangkan penyakit-penyakit hati seperti iri dengki dan sebagainya.
Sementara itu, KH Abdul Manan, menyampaikan bahwa pentingnya hidup rukun antarsesama, saling menghormati dan menghargai dalam bingkai Ahli Sunnah Wal Jamaah dengan mengamalkan sifat-sifat 20 yang menunjukkan sifat-sifat Allah subhanahu wa ta’ala.
Sedangkan Sekretaris Komisi Pengkajian dan Penelitian Majelis Ulama Indonesia (MUI), Dr KH Ali M Abdillah MA menjelaskan sejarah lahirnya Nabi Muhammad SAW hingga hijrah ke Madinah, sejarah Nabi melakukan Suluk hingga zikir dari sir (dalam hati) hingga jahar (bersuara). “Semua ada dasar dan dalilnya yang dimulai dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam Ketika Nabi berhijrah dan sampai di Madinah, disitulah zikir jahar mulai dilakukan,” jelasnya.