Mbah Harun: Seorang Pelaut Sederhana yang Dermawan

Laduni.ID, Jakarta – Mbah Harun adalah seorang nelayan yang tinggal di desa Karangmangu, Sarang, Rembang, Jawa Tengah. Setiap ba’da Subuh, beliau berangkat melaut dengan sebuah perahu kecil yang akrab disebut “cukrik” kemudia ia kembali ke darat ketika memasuki waktu shalat Dhuha.

Kehidupan di laut telah mendarah daging dalam jiwanya sejak kecil. Wilayah Sarang, yang berbatasan langsung dengan pesisir pantai Utara Jawa, terkenal dengan kekayaan sumber lautnya, dan hal ini telah membentuk jiwa pelaut Mbah Harun meski dengan cara yang tradisional.

KH. Yahya Cholil Staquf, pengasuh Pesantren Raudlatut Thalibin, Rembang, dan Katib Syuriah PBNU, mengisahkan bahwa hasil tangkapan Mbah Harun setiap hari digunakan untuk mencukupi kebutuhan hari itu juga. Istrinya, Mbah Sintho’, sering membagikan kelebihan rezeki kepada tetangga yang membutuhkan, terutama mereka yang kurang mampu.

Mereka hidup dengan prinsip kesederhanaan dan keikhlasan, tanpa menyimpan kelebihan rezeki untuk hari esok, percaya sepenuhnya kepada Allah SWT untuk mencukupi rezeki mereka setiap hari.

Sebagai seorang kyai yang juga seorang pelaut sederhana, Mbah Harun menunjukkan keberanian luar biasa saat mengarungi lautan setiap pagi. Ia tidak pernah takut menghadapi ombak dan badai, simbol keberanian dan ketabahan seorang pelaut.

Spirit kehidupan Mbah Harun menjadi teladan bagi kita semua, perjuangan gigih dan keberanian dalam menjalani hidup dengan penuh keikhlasan, tanpa rasa takut akan hari esok. Sikapnya yang menerima apa adanya dan berbagi dengan sesama mengajarkan kita kebesaran hati dan kepercayaan kepada Allah SWT.

https://www.laduni.id/post/read/526160/mbah-harun-seorang-pelaut-sederhana-yang-dermawan.html