Melihat Pendidikan Pesantren Tempo Dulu dan Kini

Laduni.ID, Jakarta – Ketika membaca catatan sejarah, sungguh benar jika pesantren telah memberikan darmabakti kepada negara yang sangat besar. Dari rahim pesantren banyak terlahir tokoh-tokoh besar bangsa yang dengan gagah memperjuangkan dan mengisi kemerdekaan Indonesia.

Dengan ilmu agama yang tinggi, para ulama pesantren terbukti mampu menggerakkan diri dan masyarakat luas untuk bertempur melawan pejajah. Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari ialah contoh konkretnya. Pendiri sekaligus pengasuh pertama Pesantren Tebuireng, Jombang, ini berhasil menggerakkan hati para santri dan ratusan ribu masyarakat sipil untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia bersama dengan 20 ribu tentara.

Semangat perjuangan pada pertempuran terberat sekaligus terbesar dalam sejarah Revolusi Nasional Indonesia pada 10 November 1945, tak lepas dari hasil bincang-bincang Presiden Soekarno dengan KH. Hasyim dalam menghadapi sekutu yang akan kembali merebut kemerdekaan Indonesia.

Maka, KH. Hasyim beserta kyai-kyai lain berunding hingga menghasilkan fatwa perang suci (resolusi jihad). Resolusi jihad inilah yang mampu menggerakkan hati para santri dan ratusan ribu masyarakat sipil untuk berperang melawan penjajah dengan mempertaruhkan nyawa secara ikhlas.

Pada masa KH. Hasyim, jamak diketahui bahwa pendidikan pesantren sangat sederhana (baca: seadanya). Fasilitas pendidikan jauh dari memadai. Sering kali, pesantren tidak memiliki ruang kelas khusus untuk belajar. Kyai dan santri belajar di masjid, musholla, atau bahkan

https://www.laduni.id/post/read/71930/melihat-pendidikan-pesantren-tempo-dulu-dan-kini.html