Membuat Bahagia Sesama

Laduni.ID, Jakarta – Setiap orang memiliki pandangan berbeda tentang apa dan bagaimana itu bahagia. Pada dasarnya, bahagia adalah kumpulan dari perasaan senang, tenang, nyaman dan indah yang lahir dari hati dan pikiran.

Manusia sebagai makhluk perasa, bahagia bisa menjadi hal yang sangat berpengaruh dalam menentukan kondisi dan keadaan seorang manusia. Tak heran, bila semua orang ingin bahagia, seolah-olah kebahagiaan merupakan tujuan dari hidup mereka. Dan cara merasakan kebahagiaan masing-masing orang tentu berbeda, tergantung cara pandang menikmati hidup yang dimiliki, dan pikiran positif dan menyikapi kehidupannya.

Dalam islam pun bahagia atau kebahagiaan, menjadi salah satu elemen hidup terpenting, yang layak untuk diraih dan dipertahankan oleh setiap orang, bagi orang yang beriman, muncul kesadaran bahwa tak hanya bahagia di dunia semata, melainkan juga di kehidupan selanjutnya yang abadi, yaitu kebahagiaan ukhrawi.

Baca Juga: Alangkah Bahagianya Berbakti  kepada Orang Tua

Menjalankan hidup, tidak hanya bagaimana hidupnya bisa bahagia, juga termasuk bagaimana bisa memberikan kebahagiaan kepada orang lain, sebab membahagiakan orang lain, manfaatnya adalah bisa meringankan beban yang ada di pikiran. Hal itu, dikarenakan oleh energi positif yang lahir dari hati saat menyenangkan orang lain, akan ikut mempengaruhi pikiran kita, sehingga beban yang ada di dalam pikiran akan menjadi lebih ringan dari sebelumnya.

Orang yang membuat orang lain bahagia, tentunya akan mendapat pahala dari Allah subhanahu wa ta’ala, karena telah melakukan perbuatan terpuji kepada sesamanya. Sebagaimana yang telah banyak dijelaskan sebelumnya, bahwa membuat orang lain bahagia merupakan akhlak terpuji yang dicintai oleh Allah subhanahu wa ta’ala.

Dalam kitab Mu’jamul Ausath karya Imam Ath Thabrani rahimahullah (wafat Kamis 28 Dzulqo’dah 360 H / 26 September 971 M di Isfahan Iran), ada hadis riwayat Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhu (619 M, Mekkah –  687 M, Masjid Tha’if, Arab Saudi) yang menyatakan bahwa Baginda Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam bersabda:

عَنْ اِبْنِ عَبَّاسٍ رَضِىَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُمَا  قَالَ : إِنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ إِنَّ اَحَبَّ الْاَعْمَالِ اِلَى اللهِ بَعْدَ الْفَرَائِضِ إِدْخَالُ السُّرُوْرِ عَلَى الْمُسْلِمِ.

“Sesungguhnya amal yang paling disukai Allah subhanahu wa ta’ala, setelah melaksanakan berbagai hal yang wajib adalah menggembirakan muslim yang lain.”

Dalam keterangan lainnya, ada riwayat hadits yang ke 21 dalam Kitab Al-Mawaidh Al-‘Ushfuriyah atau lebih dikenal dengan nama Ushfuriyah, membahas tentang ganjaran membuat orang lain bahagia atau senang. Karya seorang ulama dan budayawan muslim, Al-Imam Muhammad Bin Abu Bakar al-Masyhur al-‘Ushfury rahimahullah (wafat 1103 H / 1692 M Mesir) menyebutkan bahwa hadits ini diriwayatkan dari Sayyidina Ibnu Abbas radliyallahu anhuma, bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wasallam telah bersabda :

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا اَنَّهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ أَدْخَلَ عَلَى قَلْبِ أَخِيْهِ الْمُسْلِمُ فَرَحًا وَسُرُورًا فِي دَارِ الدُّنْيَا خَلَقَ اللَّهُ تَعَالَى مَلَكًا يَدْفَعُ عَنْهُ الْآفَاتِ فَإِذَا كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ جَاءَ مَعَهُ قَرِيْنًا فَإِذَا مَرَّ بِهِ هَوْلٌ يَفْزَعُهُ قَالَ لَا تَخَفْ فَيَقُوْلُ مَنْ أَنْتَ فَيَقُوْلُ أَنَا الْفَرَحُ وَالسُّرُوْرُ الَّذِي أَدْخَلْتَهُ عَلَى أَخِيْكَ الْمُسْلِمُ فِي دَارِ الدُّنْيَا

“Barangsiapa yang memberikan kebahagiaan dan kegembiraan dalam hati saudaranya yang muslim saat di dunia, maka Allah subhanahu wa ta’ala akan menciptakan malaikat yang akan menolak seluruh musibah darinya. Ketika hari kiamat sudah tiba, maka ia akan menjadi sahabat sejatinya. Ketika terjadi sesuatu yang mengerikan, maka ia akan berkata : jangan takut ! Lalu dia akan bertanya, siapakah engkau? Maka ia akan berkata lagi, aku adalah kebahagian dan kegembiraan, yang engkau berikan pada saudaramu yang muslim, waktu di dunia”.

Artinya, setiap kita membuat orang lain bahagia atau senang, maka Allah subhanahu wa ta’ala akan memberikan dua balasan. Pertama balasan akan diberikan di dunia, berupa doa malaikat. Kedua, balasan di akhirat, berupa anugerah sahabat sejati.

Balasan tersebut, bisa dirasakan mulai dari alam barzakh sampai hari kiamat, akan selalu ada  sahabat yang hadir menemani kita. Kita tidak akan sendirian di alam kubur kelak, apabila senang membuat orang lain senang dan bahagia. Semua kebahagian tersebut, akan mengubah dirinya menjadi sosok teman sejati yang tiap hari menemani kita.

Penegasan keutamaan tentang hal ini, juga termaktub dalam kitab Al ‘Athiyyatul Haniyyah wal Washiyyatul Mardhiyyah Wal Jadzwatul Mudhiyyah, karya Shohibul Masyhad Al Habib Al Imam Al Quthub Ali Bin Hasan Bin Abdullah Bin Husein Bin Quthbil Anfas Umar Bin Abdurahman Al Atthos rahimahullah (Inath Hadramaut 992 H / 1572 M – Kamis 23 Rabi’ul Akhir 1072 H / 1652 M di desa Nafhun) yang berbunyi:

رُوِيَ، مَنْ اَدْخَلَ عَلَى مُؤْمِنٍ سُرُوْرًا، خَلَقَ اللهُ مِنْ ذَلِكَ السُرُوْرِ سَبْعِيْنَ اَلْفَ مَلَكٍ، يَسْتَغْفِرُوْنَ لَهُ اِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ

“Barang siapa yang membahagiakan orang mukmin lain, Allah Ta’ala menciptakan 70.000 malaikat, yang ditugaskan memintakan ampunan baginya, sampai hari kiamat, sebab ia telah membahagiakan orang lain.”

Baca Juga: Sang Suplementer Mencapai Kebahagiaan Akhirat

Saudaraku rahimakumullah. Banyak cara, untuk membuat orang lain bahagia atau bergembira. Bisa dengan ucapan, tindakan, perhatian, dan pemberian (sedekah atau hadiah). Baik dengan ilmu, doa, nasehat, harta, tenaga dan lain sebagainya. Contoh, untuk anak kecil, berupa hadiah mobil-mobilan, atau mainan lainnya, walau hanya sekedar mainan, ia akan sangat berharga bagi anak kecil. Saat kita melakukan perjalanan jauh, setidaknya bawa oleh-oleh, walau hanya seharga 5000 ribu rupiah, untuk keluarga di rumah.

Saat bertemu dengan para sahabat, melakukan sesuatu perbuatan dan sikap dengan panggilan yang baik, ucapan salam, disertai senyuman. Karena salam, termasuk doa dan senyum termasuk bagian dari sedekah yang baik. Salam sapa dan senyum (S3) tsb, sangat berharga bagi teman-teman kita, sebagai bukti bahwa kita masih mengingatnya. Saat kita menyapa orang di pinggir jalan, sertai dengan senyuman atau muka berseri-seri. Ini sebagai pertanda, bahwa kita menyapa dengan perasaan ikhlas, senang dan gembira. Bukan formalitas atau semu belaka.

Semua ikhtiar atau usaha tersebut, yang kita lakukan, untuk membahagiakan orang lain, maka yakinlah bahwa yang demikian itu adalah menjadi salah satu pintu turunnya malaikat, untuk mendoakan kita.

Selain dua ganjaran atau balasan tersebut di atas, ada satu lagi pahala yg membuat orang lain bahagia, yakni lebih baik dari 60 tahun beribadah. Rasulullah shalallahu alaihi wasallam  bersabda :

وَفِي حَدِيْثٍ آخَرَ عَنِ النَّبِيِّ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ ذَكَرَ لَفْظًا آخَرَ : إِدْخَالُ السُّرُوْرِ فِي قَلْبِ مُؤْمِنٍ خَيْرٌ مِنْ عِبَادَةِ سِتِّيْنَ سَنَةً

Di dalam hadits yang lain dari Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam, beliau bersabda : “Memberikan kegembiraan pada hati orang mukmin lebih baik dari ibadah 60 tahun”.

Dari keterangan di atas, dapat kita disimpulkan bahwa ganjaran membuat orang lain senang dan bahagia, minimal ada 3 macam. Mulai dari terciptanya malaikat yang mendoakan kita di kehidupan dunia, hadiah teman sejati di dalam kubur dan hari kiamat, dan pahala besar seperti orang yang ibadah 60 tahun.

Yang paling penting dan essensial prilaku kita di dunia ini adalah menjadi “Manusia yang paling dicintai oleh Allah subhanahu wa ta’ala adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya”. Hal inj mudah kita pelajari secara tekstual, tetapi sulit secara kontekstual dalam ruang kehidupan, agar kita menjalani ikhtiar hidup yang bisa menghidupi kehidupan, saat ini maupun yang abadi dimasa mendatang.

Ada suatu hadits masyhur, yang diriwayatkan oleh Imam Ath-Thabarani rahimahullah dalam kitab Al-Mu’jamul Kabiir, 12/453 no. 13646, kitab Al-Mu’jamul Ausath 6/139-140 no. 6026, dan kitab Al-Mu’jamush Shaghiir sbg berikut :

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحِيمِ الشَّافِعِيُّ الْحِمْصِيُّ، ثنا الْقَاسِمُ بْنُ هَاشِمٍ السِّمْسَارُ، ثنا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ قَيْسٍ الضَّبِّيُّ، ثنا سُكَيْنُ بْنُ أَبِي سِرَاجٍ، ثنا عَمْرُو بْنُ دِينَارٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَجُلا جَاءَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ النَّاسِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ؟ وَأَيُّ الأَعْمَالِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” أَحَبُّ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ، وَأَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ سُرُورٌ تُدْخِلُهُ عَلَى مُسْلِمٍ، أَوْ تَكْشِفُ عَنْهُ كُرْبَةً، أَوْ تَقْضِي عَنْهُ دِينًا، أَوْ تَطْرُدُ عَنْهُ جُوعًا، وَلَأَنْ أَمْشِيَ مَعَ أَخٍ لِي فِي حَاجَةٍ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أَعْتَكِفَ فِي هَذَا الْمَسْجِدِ، يَعْنِي مَسْجِدَ الْمَدِينَةِ، شَهْرًا، وَمَنْ كَفَّ غَضَبَهُ سَتَرَ اللَّهُ عَوْرَتَهُ، وَمَنْ كَظَمَ غَيْظَهُ، وَلَوْ شَاءَ أَنْ يُمْضِيَهُ أَمْضَاهُ، مَلأَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ قَلْبَهُ أَمْنًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ مَشَى مَعَ أَخِيهِ فِي حَاجَةٍ حَتَّى أَثْبَتَهَا لَهُ، أَثْبَتَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ قَدَمَهُ عَلَى الصِّرَاطِ يَوْمَ تَزِلُّ فِيهِ الأَقْدَامُ “.

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin ‘Abdirrahman Asy-Syafi’i Al-Himshi rahimahullah : Telah menceritakan kepada kami Al-Qasim bin Hasyim As-Simsaar rahimahullah : Telah menceritakan kepada kami ‘Abdurrahman bin Qais Adl-Dlabbi rahimahullah : Telah menceritakan kepada kami Sukain bin Abi Siraj rahimahullah: Telah mengkhabarkan kepada kami ‘Amru bin Dinar rahimahullah dari Ibnu ‘Umar Radhiyallahu Anhu (610 – 693 M, Mekkah) : Bahwasannya ada seorang laki-laki yang mendatangi Rasulullah  shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Ia berkata : “Wahai Rasulullah, manusia apa yang paling dicintai oleh Allah?. Dan amal apa yang paling dicintai oleh Allah ‘azza wa jalla?”. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam  menjawab : “Manusia yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya, sedangkan amal yang paling dicintai oleh Allah adalah kebahagiaan yang engkau diberikan kepada diri seorang muslim atau engkau menghilangkan kesulitannya atau engkau melunasi hutangnya atau membebaskannya dari kelaparan. Dan sesungguhnya, (jika) aku berjalan bersama saudaraku untuk menunaikan satu hajat/keperluan, lebih aku sukai daripada aku beri’tikaf di masjid ini, yaitu masjid Madiinah selama sebulan. Dan barangsiapa, yang meninggalkan amarahnya, niscaya Allah akan tutup aurat (kesalahan)-nya. Barangsiapa, yg menahan amarahnya padahal ia mampu melakukannya, niscaya Allah ‘azza wa jalla akan memenuhi hatinya dgn rasa aman pada hari kiamat. Barangsiapa, yang berjalan bersama saudaranya untuk menunaikan satu keperluan, hingga keperluan itu dapat ditunaikan baginya, niscaya Allah ‘azza wa jalla akan mengokohkan kakinya di atas shiraath pada hari dimana banyak kaki yang tergelincir padanya”.

Baca Juga: Pendidikan Islam Kunci Kesuksesan dan Kebahagiaan

Hadits masyhur terakhir diatas, adalah riwayat :

1. Al-Hafidz Abu Bakar Abdullah bin Muhammad bin Ubaid bin Sufyan bin Qais al-Baghdadi al-Umawi al-Qurasyi atau Imam Ibnu Abi Dunya rahimahullah (823 – 894 M, Bagdad, Irak)

2. Al-Imam Ats-Tsiqah Al-‘Allamah As-Sufi Syaikhul Islam Ahmad ibn `Abdullah ibn Ahmad ibn Ishaq ibn Musa ibn Mahran al-Mihrani al-Asbahan Asy-Syafi’i Al-Asy’ari atau Imam Al-Asbahani atau Abu Nuaim Al-Asbahani rahimahullah (947 – 1038 M, Isfahan, Iran)

3. Al-Hafidh Abul Qasim Al-Hafidz Tsiqatuddin Ali bin Abi Muhammad Al-Husain bin Hibatullah bin Abdullah bin al-Husain ad-Dimasyqi asy-Syafi’i atau Imam Ibnu Asakir rahimahullah (wafat 25 Januari 1176 M di Damaskus, Suriah), dalam At-Taariikh 64/17.

4. Imam Muhammad Abu Ishaq Al-Muzakki rahimahullah (wafat 362 H / 973 M)

5. Abul Qasim Sulaiman bin Ahmad bin Ayyub Asy-Syami al-Lakhmiy ath-Thabrani atau Imam Ath-Thabarani rahimahullah (wafat Kamis 28 Dzulqo’dah 360 H / 26 September 971 M di Isfahan Iran, dikebumikan di samping kubur Hamamah Ad-Dausi Radhiyallahu Anhu, seorang sahabat Nabi)

6. Dan riwayat dari ulama lainnya, seperti Imam Asy-Syajriy rahimahullah dalam kitab Al-Amaali, Abu Syaikh rahimahullah dalam kitab At-Taubiikh, Ibnu Basyran rahimahullah dalam  kitab Al-Amaaliy, Al-Mu’afaa bin Zakariya rahimahullah dalam kitab  Al Jalisush Shaalih, al-Hafizh Ahmad bin ‘Ali bin Hajar al-‘Ashqalani rahimahullah, dalam kitab Al Mathalibul ‘Aliyyah Bi Zawaid Al Masanid Al Tsamaniyah, Al-Qadla’i rahimahullah dalam kitab Musnad Asy-Syihab, Imam Al-Baihaqi  rahimahullah dalam kitab Syu’abul Iman, dan lain-lain.

Dan masih banyak lagi hadist-hadits yang memerintahkan adanya kepedulian terhadap sesama terutama yang sedang dilanda musibah, membantu kesulitan dan membuat perasaan senang dan bahagia sesama manusia khususnya sesama muslim lainnya.

Semoga kita dapat kemudahan untuk mensosialisasikan dan melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari, tentunya dengan kemauan dan kemampuan kita masing-masing, dengan ikhlas mengharapkan ridho Allah subhanahu wa ta’ala, fid diini wad dunya wal akhirah ..  aamiiin.

———
Oleh: Al-Faqir Gus Ahmad Zaini Alawi Khodim Jama’ah Sarinyala Kabupaten Gresik
Editor: Nasirudin Latif

https://www.laduni.id/post/read/72677/membuat-bahagia-sesama.html