Oleh A. Rusdiana*)
Gerakan literasi merupakan suatu gerakan yang digagas oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2015 yang awalnya timbul akibat keprihatinan terhadap rendahnya kemampuan literasi dan minat baca masyarakat Indonesia.
Gerakan Literasi merupakan suatu usaha atau kegiatan yang bersifat partisipatif dengan melibatkan warga sekolah akademisi, penerbit, media massa, masyarakat dan pemangku kepentingan di bawah koordinasi Dirjendikdasmen-Kemdikbud.
Oleh karena itu pihak sekolah harus mengadakan program Gerakan Literasi sebagai upaya untuk meningkatkan minat baca peserta didik dengan cara mengembangkan pengelolaan perpustakaan sekolah.
Dalam pelaksanaan program Gerakan Literasi ini dapat dilihat dari kedisiplinan siswa, Gerakan Literasi dilaksanakan dalam tiga tahap yaitu tahap pembiasaan, tahap pengembangan, dan tahap pembelajaran. Wiedarti (2016) memandang gerakan Literasi dibagi menjadi tiga tahapan yaitu:
Pertama: Pembiasaan
Pembiasaan bertujuan untuk menumbuhkan minat terhadap bacaan dan terhadap kegiatan membaca dalam diri warga sekolah. Penumbuhan minat baca merupakan hal fundamental bagi pengembangan kemampuan literasi siswa.
Fokus kegiatan dalam tahap pembiasaan antara lain:
- 15 menit membaca setiap hari sebelum jam pelajaran melalui kegiatan membacakan buku dengan nyaring (read aloud) atau seluruh warga sekolah membaca dalam hati (sustained silent reading).
- Membangun lingkungan fisik sekolah yang kaya literasi antara lain: (a) menyediakan perpustakaan sekolah, sudut baca, dan area baca yang nyaman; (b) pengembangan sarana lain (UKS, kantin, kebun sekolah); (c) penyediaan koleksi teks cetak, visual, digital, maupun multimodal yang mudah diakses oleh seluruh warga sekolah; (d) pembuatan bahan kaya teks (print-rich materials).
Berdasarkan penjabarannya GLS dalam tahap pembiasaan ditandai dengan penumbuhan kegiatan minat membaca yang menyenangkan di bacaan dan terhadap kegiatan membaca dalam diri warga sekolah.
Kedua: Pengembangan
Kegiatan literasi pada tahap ini bertujuan mengembangkan kemampuan memahami bacaan dan mengaitkannya dengan pengalaman pribadi, berpikir kritis, dan mengolah kemampuan komunikasi secara kreatif melalui kegiatan menanggapi bacaan pengayaan.
Fokus kegiatan dalam tahap pengembangan antara lain:
- 15 menit membaca setiap hari sebelum jam pelajaran melalui kegiatan membacakan buku dengan nyaring, membaca dalam hati, membaca bersama, dan membaca terpandu diikuti kegiatan lain dengan tagihan nonakademik, contoh: membuat peta cerita (story map), menggunakan graphic organizers, bincang buku.
- Mengembangkan lingkungan fisik, sosial, afektif sekolah yang kaya literasi dan menciptakan ekosistem sekolah yang menghargai keterbukaan dan kegemaran terhadap pengetahuan dengan berbagai kegiatan antara lain: (1) memberikan penghargaan kepada capaian perilaku positif, kepedulian sosial, dan semangat belajar peserta didik. Penghargaan ini dapat dilakukan setiap upacara bendera Hari Senin dan/atau peringatan lain; (2) kegiatan- kegiatan akademik lain yang mendukung terciptanya budaya literasi di sekolah (belajar dikebun sekolah, belajar di lingkungan luar sekolah, wisata perpustakaan kota/daerah dan taman bacaan masyarakat, dan lain lain.
- Pengembangan kemampuan literasi melalui kegiatan di perpustakaan sekolah/perpustakaan kota/daerah atau taman bacaan masyarakat atau sudut baca kelas dengan berbagai kegiatan antara lain: (1) membacakan buku dengan nyaring, membaca dalam hati membaca bersama membaca terpandu, menonton film pendek, dan/atau membaca teks visual/digital (materi dari internet); (2) peserta didik merespon teks (cetak/visual/digital), fiksi dan nonfiksi, melalui beberapakegiatan sederhana seperti menggambar, membuat peta konsep, berdiskusi, dan berbincang tentang buku.
Sesuai penjelasan di atas dalam tahap pengembangan Gerakan Literasi adanya proses mengembangkan kemampuan dalam memahami bacaan, dan kemampuan mengolah komunikasi secara kreatif dengan menanggapi bacaan pengayaan.
Ketiga: Pembelajaran
Dalam bukunya Sugandi, dkk (2004) menyatakan bahwa pembelajaran terjemahan dari kata “instruction” yang berarti self instruction (dari internal) dan eksternal instructions (dari eksternal). Pembelajaran yang bersifat eksternal antara lain datang dari guru yang disebut teacing atau pengajaran. Dalam pembelajaran yang bersifat eksternal prinsip-prinsip belajar dengan sendirinya akan menjadi prinsip-prinsip pembelajaran.
Fokus kegiatan dalam tahap pembelajaran ini antara lain:
- 15 menit membaca setiap hari sebelum jam pelajaran melalui kegiatan membacakan buku dengan nyaring, membaca dalam hati, membaca bersama, dan/atau membaca terpandu diikuti kegiatan lain dengan tagihan nonakademik dan akademik. (b) Kegiatan literasi dalam pembelajaran, disesuaikan dengan tagihan akademik di kurikulum 2013.
- Melaksanakan berbagai strategi untuk memahami teks dalam semua mata pelajaran (misalnya, dengan menggunakan graphic organizers).
- Menggunakan lingkungan fisik, sosial afektif, dan akademik disertai beragam bacaan. (cetak, visual, auditori, digital) yang kaya literasi di luar buku teks pelajaran untuk memperkaya pengetahuan dalam mata pelajaran. Pada tahap ini sudah masuk kedalam pembelajaran yang mendukung Kurikulum 2013 karena dengan membiasakan membaca buku-buku non pelajaran para siswanya diharapkan dapat menumbuhkan minat baca dalam proses pembelajarannya. Wallahu A’lam Bishowab.
*) Ahmad Rusdiana, Guru Besar Manajemen Pendidikan UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Peneliti PerguruanTinggi Keagamaan Islam Swasta (PTKIS) sejak tahun 2010 sampai sekarang. Pendiri dan pembina Yayasan Sosial Dana Pendidikan Al-Misbah Cipadung-Bandung yang mengem-bangkan pendidikan Diniah, RA, MI, dan MTs, sejak tahun 1984, serta garapan khusus Bina Desa, melalui Yayasan Pengembangan Swadaya Masyarakat Tresna Bhakti, yang didirikannya sejak tahun 1994 dan sekaligus sebagai Pendiri/Ketua Yayasan.
Kegiatannya pembinaan dan pengembangan asrama mahasiswa pada setiap tahunnya tidak kurang dari 50 mahasiswa di Asrama Tresna Bhakti Cibiru Bandung. Membina dan mengembangkan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) TK-TPA-Paket A-B-C. Rumah Baca Masyarakat Tresna Bhakti sejak tahun 2007 di Desa Cinyasag Kecamatan. Panawangan Kabupaten Ciamis.
Karya lengkap s.d. tahun 2022 dapat di akses melalui: (1) http://digilib.uinsgd.ac.id/view/creators. (2) https://www.google.com/search?q=buku+ a.rusdiana+ shopee& source (3) https://play.google.com/ store/books/author?id.