Makrifat secara bahasa adalah mengetahui. Sedangkan menurut ahli hakikat makrifat adalah mengetahui asmaillah (nama-nama Allah) mengetahui sifat-sifat Allah, dan membersihkan diri dari segala perilaku dan sifat yang tercela.
Syekh Muhammad bin Abi Bakar bin Abdul Al-Qadir Syamsuddin Ar-Razi Al-Hanafi dalam karyanya Hada’iq Al- Haqa’iq Fi Al-Mau’idhah Wa Al-Tashawuf Juz, 1, Hlm. 133, mengulas tentang macam-macam makrifat. Beliau menegaskan:
المعرفة معرفتان، معرفة حق، ومعرفة حقيقة
Makrifat (pengetahuan) itu ada dua, yaitu, pengetahuan tentang suatu kebenaran, dan pengetahuan sejati.
Adapun makrifat kebenaran, yaitu, mengetahui tentang keesaan Allah dengan adanya segala ciptaannya, baik mengetahui melalui asmaillah (nama-nama Allah) dan sifat-sifat Allah. Sedangkan makrifat sejati tidak bisa diketahui karena mengeliputi berbagai ilmu pengetahuan. Allah SWT berfirman:
يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلَا يُحِيطُونَ بِهِۦ عِلْمًا
Artinya: “Dia mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada di belakang mereka, sedang ilmu mereka tidak dapat meliputi ilmu-Nya”. (QS. Thaha:110)
Adapun tanda-tanda orang yang sudah sampai kepada maqam makrifat itu terbagi menjadi tiga bagian. Pertama, amal yang paling ia sukai adalah berzikir mengingat Allah. Kedua, faidah yang paling ia sukai adalah faidah yang telah ditunjukkan oleh Allah. Ketiga, orang yang paling ia sukai adalah orang yang mengajak untuk dekat dengan Allah.
Perumpaan orang yang telah sampai kepada maqam makrifat, andaikan ia diberi anugerah kerajaan seperti kerajaan Nabi Sulaiman bin Daud, ia selalu menyibukkan diri untuk selalu mengingat Allah, ia tidak melupakan Allah walaupun seukuran kedipan mata. Dan orang yang telah sampai kepada maqam makrifat ia akan mendapat cahaya ilmu pengerahuan sehingga ia mengetahui perkara yang ghaib atau samar.
Selanjutnya Syekh Muhammad bin Abi Bakar bin ‘Abdul Al-Qadir Syamsuddin Ar-Razi menjelaskan, bahwa makrifat itu lebih mulia derajatnya dibandingkan dengan maqam fakir, maqam muhabbah, dan maqam tauhid. Karena makrifat telah sampai kepada kefanaan (meleburnya jiwa) untuk selalu dekat dengan Allah.
Maqam fakir secara zahir masih butuh kepada sesusatu, dalam kefakiran haus akan musyahadah, (penyaksian terhadap kekuasaan dan keagungan Allah) Maqam muhabbah, dan maqam tauhid masih merasakan kenikmatan yaitu, kenikmatan musyahadah (penyaksian terhadap kekuasaan dan keagungan Allah) Sedangkan maqam makrifat tidak butuh kepada merasakan sesuatu yang ada, seperti, kenikmatan musyahadah (penyaksian terhadap kekuasaan dan keagungan Allah) Wallahu A’lam Bissawab.
https://alif.id/read/hosi/mengenal-arti-makrifat-dalam-ilmu-tasawuf-b248039p/