Laduni.ID, Jakarta – Peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW bukan sekadar perayaan, melainkan juga merupakan kesempatan untuk menghidupkan kembali ajaran-ajaran beliau melalui pembacaan dan pemahaman tentang Sirah Nabawiyyah, yakni kisah kehidupan Rasulullah SAW. Dengan mengkaji Sirah Nabawiyyah, umat Islam dapat mendekatkan diri pada sosok Rasulullah, meneladani perilaku beliau, dan mendapatkan pelajaran moral serta spiritual dari perjalanan hidupnya yang luar biasa.
Nabi Muhammad SAW adalah sosok mulia yang sangat istimewa. Segala apa yang melekat atau mengiringinya juga ikut menjadi mulia. Demikian pula bulan Rabiul Awal memiliki kedudukan istimewa dalam kalender Islam, tidak lain karena menjadi bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW, sosok paling mulia yang membawa rahmat bagi seluruh alam.
Namun demikian, kelahiran Rasulullah SAW bukan hanya peristiwa sejarah, melainkan juga momentum spiritual yang mendorong umat Islam untuk memperdalam cinta dan penghargaan terhadap beliau. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an, Rasulullah adalah teladan terbaik bagi umat manusia (uswatun hasanah), dengan akhlak dan perilaku yang merupakan cerminan sempurna dari ajaran Al-Qur’an, seperti yang dijelaskan Sayyidah Aisyah r.ha, bahwa akhlak Rasulullah SAW adalah Al-Qur’an itu sendiri.
Adapun Sirah Nabawiyyah awalnya adalah bagian dari Hadis, yaitu kisah-kisah yang terkait dengan ucapan, tindakan, dan kehidupan Rasulullah SAW. Namun, seiring perkembangan, Sirah Nabawiyyah disusun menjadi genre khusus dalam literatur Islam. Tokoh pertama yang menyusun kitab Sirah Nabawiyyah secara sistematis adalah Imam Muhammad bin Syihab Az-Zuhri (w. 124 H). Karyanya menjadi referensi penting bagi ulama setelahnya, termasuk Imam Ibnu Ishaq (w. 151 H), yang menyusun salah satu kitab Sirah paling terkenal. Karya-karya ini kemudian disunting dan dirangkum oleh Imam Ibnu Hisyam (w. 218 H) dalam kitab