Mengenal Kiai Zen Syukri: Sufi, NU, dan Tarekat Sammaniyah di Palembang

Melanjutkan tulisan M. Daud Bengkulah “Kaum Mudo, Kaum Tuo dan NU di Palembang”. Beliau adalah Muhammad Zen Syukri lahir pada hari Senin subuh, 10 Oktober 1919, bertepatan dengan 12 Rabiul Awwal. Putra bungsu dari pasangan K.H. Hasan Syakur dengan Nyimas Hj. Sholha Azhari. Beralamat di kampung 26 Ilir, Jeramba Karang Palembang.

Kiai Zen adalah putra bungsu dari 12 bersaudara. Ayahnya bernama KH Hasan Syakur bin Kemas Haji Abdussyukur ulama terkenal di Palembang, juga seorang penulis. Ibunya bernama Nyimas Hj. Sholha Azhari, lahir dan besar di Makkah karena ayahnya; (Kakek Kiai Zen dari pihak Ibu; SyekAzhari) haji nahun; menunaikan ibadah haji dan menetap lama di Makkah.

Kiai M. Zen Syukri menikah pada tahun 1941 dengan seorang perempuan berketurunan Arab dan juga merupakan jiran di kampung 26 Ilir. Setelah pulang dari nyantrinya di Tebuireng dan beberapa Kiai di Jawa Timur. Dari pernikahan pertama dengan Solha ini beliau dikaruniai anak; Hj. Fatimah (almh); M. Husni Ateh; Amin Fauzi; Ahmad Riduan (alm); dan Helwiyah.

Kiai Zen menikah kembali setelah wafatnya istri pertama (Nyai Sholha Azhari). Pernikahan kedua beliau dengan Hj. Onah Siddik pada tanggal 13 Rajab 1834 bertepatan dengan tanggal 27 Oktober 1966. Dari pernikahan kedua ini beliau dikaruniai anak; Zainnunah (almh); Izzah; Luthfiah; Aisyah; Ramzul Ikhlas; Su’ada’; Zumroh; si kembar Ibnu dan Syukron; serta Tamam Asyro. Dari kedua pernikahan ini beliau dikaruniai lebih dari 68 cucu.

KH.M. Zen Syukri memulai pendidikan dasarnya di Madrasah Ahliyah Depaten, 27 Ilir Palembang hingga tingkat Tsanawiyyah. Kemudian Zen Syukri remaja yang hendak melanjutkan studinya ke Saudi Arabia mengurungkan niatnya karena tidak direstui ayahnya. Pelabuhan akademik selanjutnya ialah Pesantren Tebuireng.

Disinilah Zen Syukri nyantri memperdalam ilmu agama. Beliau mengabdikan diri sebagai khadam dari K.H. Hasyim Asy’ari, mengurus keperluan sehari-hari sang guru; membersihkan rumah, melipat pakaian, hingga membawa kitab sang guru ketika mengajar.

Guru-guru Kiai Zen Syukri dari berbagai disiplin ilmu agama diantaranya adalah; Ayah Beliau K.H. Hasan Syakur Guru ilmu tauhid, Ibunda tercinta, Nyimas Hj. Sholha Azhari. Guru al-Quran, H. Muhammad Akib Muara Siring. Guru tauhid, H. Zainal. Guru belajar ilmu- ilmu al-Quran, KH. Kemas Abdul Roni Azhari, paman dari ibu beliau. Ahli makrifat dan kasyaf; K.H. Masagus Nanang Masri, K.H. Abdul Qohhar, K.H. Muhammad Idrus bin H. Abdul Manan, Kiai Mattjik, K.H. Masagus Abdurrohman, Kiai Sayyid Salim Jidan. Adapun guru-guru beliau pada masa pendidikan di Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, diantara yang terekam adalah; K.H. Abdul Wahab Hasbullah, KH. Bisri Syansuri, KH. M. Hasyim Asy’ari.

Karya-karya beliau didominasi disiplin ilmu ketauhidan, dan sufisme. Adapun karya beliau sebagai berikut; a. Risalah Tauhid, Ini adalah buku pertama yang beliau tulis pada tahun 1962. Ditulis dalam dua aksara; Arab Melayu. b. Rahasia Sembahyang. c. Qutul Qalbi; Santapan Jiwa. Buku ini berbicara dimensi ketuhanan menguraikan tentang hubungan hamba dengan Allah, cara mengesakan-Nya, bermunajat kepada-Nya. Selanjutnya d. Al-Qurbah (Pendekatan diri kepada Allah) e. Melepaskan diri dari bahaya Syirik f. Iman dan Menghadapi Maut g. Menuju Haji Mabrur h. Kumpulan Do’a Manasik Haji i. Menyegarkan Iman dengan Tauhid, Jilid 1 dan 2 j. Cahaya di atas Cahaya.

Tarekat Sammaniyah

Berkaitan dengan tarekat Sammaniyah, Peeters terdapat dua petunjuk penyebaran tarekat Sammaniyyah di Palembang, Pertama terdapat hikayat Syekh Muhammad Samman di keraton Palembang serta juga ditemukan naskah “Bahr al-Ajaib” dan Hikayat kramat Shaykh Muhammad Samamman karya Muhammad Ibn Kemas Ahmad yang menulis karya tersebut atas perintah Sultan Muhammad Badaluddin

Kedua digunakan naskah al-Urwah al-Wuthqa karya Syekh. Abd Shammad al–Palimbani dalam pembacaan wirid dzikir tarekat serta ratib dalam komunitas tarekat Sammaniyyah hingga saat ini. Tarekat Sammaniyah di Palembang juga tidak bisa dilepaskan dari Shekh Muhyiddn bin Shibuddin al-Palimbani, Shekh Muhammad ‘Aqib Ibn Kgs. Hasan al-Din, Shekh Abd al-Shamad al-Palimabani dan keraton Palembang.

Selanjutnya melalui KH. M. Zen Syukri inilah komunitas tarekat Sammaniyah di Palembang mengalami kemajuan secara kuantitas cukup pesat yang tersebar di beberapa masjid di Palembang. KH. M. Zen Syukri Sendiri mendapatkan ijazah tarekat Sammaniyyah dari Ayahnya Hasan Ibn Abd Allah dari kakeknya yang bernama Shaykh Muhammad Azhari Ibn Abd Allah al-Jawi al-Palimbani. Sepeninggalnya KH. M. Zen Syukri yang lebih dulu berpulang ke Rahmatullah pada tahun 2012 praktik tarekat ini dilanjutkan oleh Kms. H. Andi Syarifuddin sampai saat ini

Sumber bacaan:

“Manaqib Shaykh Muhammad Samman al-Madani”, karya Syekh Muhammad Azhari al-Palimbani, (Makkah: Al-Mirriyah, 1331)

“Kaum Tuo-Kaum Mudo: Perubahan religius di Palembang” karya Jeroen Peeters, 1821-1942, (Jakarta: INIS, 1997)

“Rekaman Kehidupan K.H.M. Zen Syukri” karya Izzah Zen Syukri, (Jakarta; Azhar 2012)

“Reaktualisasi Pemikiran Teologi Islam di Melayu Sumatera Selatan Pada Abad XX” karya Nurseri Hasanah Nasution (Palembang; Rafah Press 2018)

Katalog Buku Alif.ID

https://alif.id/read/frz/mengenal-kiai-zen-syukri-sufi-nu-dan-tarekat-sammaniyah-di-palembang-b248445p/