Laduni.ID, Jakarta – Al-Imam Qadiy ‘Iyad berkata dalam kitabnya As-Syifa’, “Berkata Wahab bin Munabbih, “Aku telah membaca sebanyak 71 buku, dan kutemukan di semua buku tersebut bahwa Nabi Muhammad adalah sebaik-baik pribadi yang memiliki pendapat dan dan juga pemikiran.’”
Dalam riwayat lain disebutkan, “Telah kutemukan dalam buku tersebut, bahwa Allah SWT belum pernah menganugerahkan kepada hamba-Nya dari permulaan dunia hingga akhirnya seperti akal yang telah dikaruniakan kepada Rasulullah SAW ibarat butir pasir dari segala pasir yang berada di dunia.”
Al-Imam Al-Qustulaniy berkata dalam buku Al-Mawahib dinukil dari buku Awariful Ma’arif, “Akal dan pikiran memiliki 100 bagian, 99 ada pada Nabi Muhammad SAW dan 1 ada pada seluruh orang beriman.”
Akhlaq Rasulullah SAW adalah Al-Qur’an. Al-Imam Al-Ghazali berkata dalam karyanya Ihya’ Ulumiddin, “Berkata Sa’ad bin Hisyam, aku bertemu dengan Sayyidah Aisyah r.a. dan bertanya tentang Ahklaq Rasulullah SAW. Beliau bertanya padaku ‘Tidakah kau membaca Al-Qur’an?’ Aku menjawab, ‘Ya.’ Beliau pun memberi tahu tentang Ahklaq Rasulullah, dan berkata, ‘Akhlaq beliau adalah Al-Qur’an.’”
Rasulullah SAW adalah tujuan pertama dari sebuah pendidikan, dari beliau lah terpancarnya cahaya ke segala kelompok manusia, beliau di didik dengan Al-Qur’an dan beretika dengan itu, kemudian mendidik umat manusia dengan itu. Karena hal itulah Nabi SAW bersabda,
إنما بعثت لأتمم مكارم الأخلاق
“Sungguh Aku (Rasulullah SAW) diutus untuk menyempurnakan Ahklaq.”
Ketika Allah SWT telah menyempurnakan beliau dengan Akhlaqnya, Allah SWT puji beliau dalam Al Quran yang berbunyi:
وَاِنَّكَ لَعَلٰى خُلُقٍ عَظِيْمٍ
Artinya: “Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur.” (QS. Al-Qalam: 4)
Ahklaq/Etika beliau yang baik sangatlah banyak, menyempitkan kertas serta membuat pena menjadi habis jikalau menulis segala Etika beliau yang baik serta mulia. Maka dari itu, kita ambil beberapa sifat mulia dari beliau yang sekiranya bisa di praktekkan dengan mudah dalam kehidupan sehari-hari oleh umatnya. Sifat apa saja? Rendah hati, dapat dipercaya, dan sayang dengan istri.
Rendah Hati
Dari Sahabat Umar bin Khattab ia berkata, Rasul SAW bersabda, “Kalian jangan berlebihan dalam memujiku seperti orang nasrani memuji Nabi Isa a.s. Aku hanyalah seorang hamba, maka dari itu panggilah aku Hamba Allah dan juga Rasul-Nya.”
Tidaklah seorang merdeka, budak, dan miskin datang kepada Rasulullah SAW melainkan beliau ikut andil dalam memenuhi keperluan yang mereka butuhkan.
Beliau tidak sombong dalam menjawab panggilan dari orang miskin dan juga budak, memperbanyak dzikir, tidak banyak melakukan perkara sia-sia, memanjangkan sholat, meringkas khutbah, tidak merasa mulia atau menganggap remeh ketika jalan bersama budak, orang miskin, janda, sampai beliau tuntaskan kebutuhan mereka.
Selepas sholat subuh, Rasul SAW berbalik badan dan menghadap para jama’ah dengan wajahnya seraya bertanya, “Apa ada dari kalian yang sedang sakit? akan ku jenguk.” Jika mereka menjawab tidak, bertanya lagi “Apa ada dari keluarga kalian yang wafat? akan ku giring jenazahnya.” Jawaban yang mereka keluarkan pun sama. Pertanyaan ketiga beliau lontarkan “Siapa dari kalian yang bermimpi indah? Kalau ada, ceritankan kepada kami.”
Beliau juga menunggangi kendaraan apa saja yang bisa ditunggangi, dengan kuda, di waktu lain dengan unta, kuda kecil, keledai, terkadang jalan tanpa alas kaki, selendang dan juga kopyah, dengan tujuan menjenguk orang sakit di ujung kota Madinah.
Al-Imam At-Tabariy juga berkata, “Bahwa suatu ketika Rasulullah SAW ingin berpergian, kemudian beliau memberi perintah kepada para Sahabat untuk merawat sebuah domba, mereka pun menerima perintah Rasul SAW dan masing-masing dari mereka meminta bagian dari tugas ini, ada yang berkata, ‘Aku yang akan menyembelihnya’, ‘Aku yang akan mengulitinya’, ‘Aku yang akan memasaknya’, ‘Aku yang mengumpulkan kayu bakarnya’. Setelah itu mereka berkata, ‘Kami akan menuntaskan tugasmu wahai Rasulullah.’ Beliau menjawab, ‘Aku tau bahwa kalian akan menyelesaikannya, tetapi aku tak senang membeda-bedakan antara kalian, karena Allah SWT tak senang melihat hamba-Nya membedakan antara satu dengan yang lainnya.’”
Dapat Dipercaya
Beliau merupakan pribadi yang paling bisa untuk dipercaya, dan yang paling benar dalam berbicara sejak dahulu. Allah SWT berfirman dalam kitabn-Nya:
مُّطَاعٍ ثَمَّ اَمِيْنٍۗ
Artinya: “Yang di sana (di alam malaikat) ditaati dan dipercaya.” (QS. Al-Takwir:21)
Mayoritas penafsir Al-Qur’an berkata bahwa maksud dari ayat ini adalah Nabi Muhammad SAW.
Dahulu suku Quraisy memberinya nama “Al-Amin” (Dapat dipercaya) sebelum diutus menjadi Nabi. Ketika timbul perbedaan pendapat antara mereka dalam pembangunan Ka’bah, siapakah yang berhak untuk meletakan Hajar Aswad? akhirnya mereka sepakat dengan satu pendapat, orang yang pertama kali memasuki Ka’bah ialah yang berhak untuk meletakannya.
Pada saat itu Nabi Muhammad SAW berada di dalamnya, kejadian ini terjadi sebelum beliau diutus menjadi Nabi, dan Suku Quraisy berkata, “Inilah Muhammad Al-Amin, kami ridho dengannya.”
Nabi SAW bersabda, “Demi Allah SWT, akulah orang yang terpercaya di langit dan bumi.”
Diriwayatkan bahwa Abu Jahal pernah berkata kepada Nabi SAW, “Kami tak akan mendustakanmu, engkau bukanlah pembohong di mata kami, tetapi dusta terhadap apa yang engkau bawa (Agama Islam).” Karena itulah Allah SWT turunkan firmannya Surah Al-An’am ayat 33 yang berbunyi,
قَدْ نَعْلَمُ اِنَّهٗ لَيَحْزُنُكَ الَّذِيْ يَقُوْلُوْنَ فَاِنَّهُمْ لَا يُكَذِّبُوْنَكَ وَلٰكِنَّ الظّٰلِمِيْنَ بِاٰيٰتِ اللّٰهِ يَجْحَدُوْنَ
Artinya: “Sungguh, Kami mengetahui bahwa apa yang mereka katakan itu menyedihkan hatimu (Muhammad), (janganlah bersedih hati) karena sebenarnya mereka bukan mendustakan engkau, tetapi orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah.” (QS. Al-An’am: 33)
Diriwayatkan juga, bahwa Akhnas bin Syariq bertemu Abu Jahal pada hari terjadinya perang Badar dan bertanya, “Wahai Aba Hakam, tiada seorang pun yang mendengar ucapan kita di sini, maka dari itu kabarilah aku tentang Muhammad, apakah ia orang yang jujur atau dusta?” Abu Jahal menjawab, “Demi Allah, sungguh Muhammad adalah orang yang benar, dan tak pernah berdusta sedikit pun.”
Sayang dengan Istri
Rasulullah SAW ketika kumpul bersama istrinya, nampak dari beliau kepribadian yang sangat mulia serta lemah lembut, tertawa dan tersenyum ketika bersama istrinya.
Dari Sayyidah Aisyah r.a. beliau berkata, “Pernah pada suatu malam Rasulullah SAW bercerita kepada para istrinya tentang satu cerita, salah satu istri beliau berkata, ‘Nampaknya cerita ini hanyalah dongeng.’ Rasul SAW pun bertanya kepada mereka, ‘Tahukah kalian apa itu dongeng? dahulu ada seorang lelaki dari kota ‘Uzrah, ia ditangkap oleh jin pada masa jahiliyah, dan menetap di alam sana dalam jangka waktu yang cukup lama, lalu para jin itu mengembalikannya ke alam manusia, setelah ia kembali, ia pun bercerita hal-hal menakjubkan yang dilihatnya, kemudian masyarakat berkata setelah mendengarnya, ‘Ini hanya dongeng.’”
Beliau juga sering mencium kepala putrinya Sayyidah Fatimah Az-Zahra. Sayyidah Aisyah r.a. cerita kepada Rasul SAW tentang cerita yang dibawa Ummu Zar’, bahwa 11 wanita sepakat dan janji untuk tidak menutup sifat suaminya, satu per satu dari mereka mensifati suaminya, dan pensifatan yang paling bagus di antara mereka kepada suaminya adalah istri dari Abi Zar’.
Ketika Rasul SAW diberi hadiah, beliau memberi perintah untuk bawa hadiah ini ke rumah fulanah, karena ia teman Sayyidah Khadijah dan juga mencintainya.
Dari Sayyidah Aisyah r.a. beliau berkata, “Belum pernah ku cemburu terhadap wanita seperti cemburuku dengan Khadijah.” Rasul selalu menyebutnya, hal ini sering ku dengar, ketika hendak menyembelih kambing beliau menghadiahkannya untuk paman Khadijah, saudari Khadijah pun meminta izin kepada Nabi, izin itu diringankan oleh Nabi SAW.
Suatu ketika datang seorang wanita kepada Nabi SAW, wanita itu disambut oleh beliau dengan wajah ceria serta gembira, bertanya kepadanya dengan sebaik-baik metode, ketika wanita itu keluar Rasul bersabda, “Wanita itu pernah ke sini saat Khadijah masih hidup, dan sungguh menepati janji termasuk bagian dari Iman.”
Kesimpulan:
Barang siapa yang meneliti sejarah kehidupan beliau beserta keluarga, para sahabat atau selainnya dari orang fakir, yatim, janda, lemah, miskin, niscaya ia akan mengetahui bahwa Rasul SAW telah mencapai puncak kelembutan hati, dan tiada seorang pun yang bisa meraih hal itu. Di samping ini beliau tegas dan keras terhadap aturan dan Agama Allah SWT sampai pencuri pun beliau potong tangannya.
Allahu a’lam bissowab. Semoga bermanfaat.
Referensi:
Kitab Hakaza Ta’amal An-Nabi SAW. Karya Ahmad bin Abdul Malik Al-‘Iwadiy.
Kitab Gaist Sahabah Al-Mutirrah Syarh Hadiqah An-Nadirah. Karya Sayyidiy Syekh Al-Alamah Al-Murabbiy Dr. Muhammad bin Ali Ba’atiyah.
Kitab Wasailul Wusul Ila Syamail Ar-Rasul SAW. Karya As-Syekh Al-Alamah Yusuf bin Ismail An-Nabhani.
Jum’at, 21 Mei 2021 M / 8 Syawwal 1442 H
Mukalla, Hadramaut, Yaman
Oleh: Abdullah Matin as-Syatiri – Mahasiswa Tingkat 1, Fak. Syari’ah, Imam Shafie University, Mukalla, Hadhramaut, Yaman
https://www.laduni.id/post/read/72670/mengenal-lebih-dekat-nabi-muhammad-saw-bagian-3.html