Laduni.ID, Jakarta – Mungkin kita sering mendengar istilah Wali Allah, salah satunya ialah Wali Abdal. Al Abdal memiliki pengganti/menggantikan. Dalam satu masa, hanya terdapat tujuh Wali Abdal yang tersebar di seluruh penjuru muka bumi ini. Seperti yang dikutip dari Jalan Sufi, Wali Abdal menjaga satu wilayah tertentu, jika Wali Abdal meninggal maka akan digantikan oleh yang lain.
Wali Abdal Allah angkat untuk menjaga satu wilayah untuk memberikan rasa aman, tentram dan dalam istilah jawa disebut “Memayu Hayuning Bawono”. Wali Abdala da setelah masa kenabian selesai, menggantikan sosok para nabi dengan sekelompok orang pilihan dari umat Nabi Muhammad SAW.
Mereka lebih istimewa dari kebanyakan oranglainnya, bukan karena sholatnya, puasanya, ataupun hartanya yang melimpah, melainkan dari ke-wara’an dan kezuhudannya, karena hatinya yang bersih, niatnya yang tulus, dan karena kemuliaan akhlaqnya.
Nabi Muhammad SAW pernah bersabda,
الابدال في امتي ثلاثون بهم ترزقون وبهم تمطرون وبهم تنصرون
“Wali Abdal di kalangan umatku ada 30 orang, berkat mereka kalian diberi rezeki, berkat mereka kalian diberi hujan, dan berkat mereka kalian mendapat pertolongan.” (Tafsir ibn Katsir)
Syekh Abdul Qodir Jaelani sebagai Sultonul Aulia, pemimpinya para wali, tentu termasuk yang otoritatif dalam menjelaskan istilah wali. Wali abdal menurut Beliau adalah,
والبدل لا يهتم بشيء بل يفعل الاشياء وهو في غيبته مع ربه عز وجل وفناءه فيه والبدل مسلوب الاختيار
“Mereka Tidak punya ikhtiyar, tidak memiliki keinginan pribadi. Mereka memilih untuk tidak memilih, Maslubul ikhtiyar.”
Ketika Wali Abdal ditanya mengapa memiliki semangat berdakwah yang tinggi, ngaji di pondok, baik sama semua orang mau berpayah-payah menjaga Indonesia, mereka akan menjawab bahwa ini bukan pilihan mereka melainkan pilihan Allah. Karena mengaji, beribadah, sayang pada semua orang, ikhtiar merawat Indonesia adalah perintah langsung dari Allah.
Habib Luhtfi bin Yahya Pekalongan pernah dawuh, “Ciri-cirine wali abdal nek sedo, bala mandap. contone Mbah Nur Pemalang sedo, jembatan kali comal putus, banjir, padahal mboten nate Pemalang petarukan blas banjir, tapi koq banjir.” (ciri-cirinya Wali Abdal kalau meninggal, akan datang bencana. Contohnya, mbah Nur Pemalang wafat, jembatan sungai comal putus, padahal tidak pernah Pemalang terjadi musibah banjir, tapi malah banjir)
Menurut sufi besar Syekh Ma’ruf Alkarkhi, karakter khas wali abdal adalah “welas” dengan umat serta masyarakat. Mereka sering berdoa, “Allahumarham ummata Muhammad”, Ya Allah kasihanilah umat baginda Nabi Muhammad.
(Hari ini tepat 5 dzulhijjah adalah haul murobbi ruhina wa qudwatina simbah KH. Maimoen Zubair)
Allahuma a’li darajatahu filjannah wa a’id alaina min barokatihi waulumihi. Amin amin.
Editor: Daniel Simatupang
https://www.laduni.id/post/read/72675/mengenal-wali-abdal.html