Laduni.ID Jakarta – Kalau Anda hidup di lingkungan seperti saya, tak ada yang istimewa dengan hafalan Quran. Orang yang terpukau dengan penghafal Quran umumnya gak bisa ngaji dan gak tahu banyak tentang agama. Mereka gampang terpesona dengan sesuatu yang mereka gak paham. Mereka mengagung-agungkan sesuatu yang sebetulnya biasa saja.
Baca Juga: Awal Mula Kyai Arwani Kudus Menghafal Al-Qur’an
Tak ada yang istimewa dengan orang bisa hafal Al Quran. Gak perlu kecerdasan, apalagi IQ tinggi. Modal hafal Quran itu cuma satu: konsentrasi dan konsistensi. Kalau Anda bisa menyisihkan waktu 5 jam sehari, mengulang-ngulang bacaan dan konsisten melakukannya selama setahun, Anda pasti hafal 30 juz. Kalau Anda gak mampu, pasti ada yang salah. Mungkin Anda bosan. Mungkin Anda gak fokus. Hafalan adalah soal memori, ingatan, bukan soal kecerdasan.
Saya pernah menghafal 6 juz Quran kurang dari 3 bulan (sambil menyelesaikan dua mata kuliah di Musim Panas). Saya melakukan itu sebagai syarat kelulusan di kampus saya dulu. Bagi yang belum tahu, saya kuliah di Yordania, mengambil jurusan agama, di mana syarat kelulusannya harus menghafal minimal 6 juz Quran. Untuk lulus, kami diuji oleh tiga orang hafidz (penghafal Quran) yang mengetes ayat-ayat secara random. Semua pertanyaan dilakukan dalam bahasa Arab.
Angkatan saya sekitar 70 mahasiswa, sebagian besar orang Arab, hampir semuanya lulus. Artinya, hampir semuanya hafal minimal 6 juz. Tak ada yang istimewa sama sekali. Sebagian teman saya menambah hafalan mereka. Ada yang hafal 15 juz, ada yang 20 juz, dan ada yang 30 juz. Itu bukan soal kecerdasan, tapi soal pilihan. Saya pernah hafal 10 juz. Dan saya bisa hafal 30 juz kalau saya mau.
Baca Juga: KH. Arwani Amin tidak Sengaja Menghafal Al-Quran
Hafal Quran juga gak ada hubungannya dengan kesalehan. Sebagian besar teman saya yang hafal Quran dulu adalah anak-anak muda normal, seperti umumnya mahasiswa, ada yang nakal, ada yang lupa shalat, ada yang berbuat maksiat. Gak ada pengaruhnya dengan hafalan mereka. Kalau mereka susah menghafal, ya karena mereka lagi gak konsentrasi saja. Begitu konsentrasi, mereka bisa cepat hafal lagi.
Menghafal Quran itu soal manajemen waktu. Kalau Anda punya banyak waktu luang alias nganggur, Anda bisa melakukannya kalau mau. Hampir semua teman saya yang pernah hafal Quran, berkurang/hilang hafalannya, seiring berjalannya waktu. Bukan karena kecerdasan mereka raib, tapi karena mereka tak punya waktu luang seperti dulu lagi untuk mengulang-ulanginya. Saya pun sudah lupa sebagian besar juz yang saya hafal, karena jarang saya baca. Ada banyak kerjaan lain yang lebih penting yang harus saya lakukan.
Baca Juga: Hukum Mengkhataman Al-Qur’an dengan Baca Cepat
Menghafal itu bukan prestasi istimewa. Gak perlu diglorifikasi atau disanjung setinggi langit. Apalagi dikasih tiket gratis untuk sesuatu yang tak layak mereka dapatkan.
———
Oleh: Luthfie Assyaukani ( Alumni The University Of Jordan)
Editor: Nasirudin Latif