Menghidupkan Spiritualitas Thariqah Al Qadiriyah di Dunia Modern

Oleh: Prof M Mas’ud Said *)

 

Akhir pekan ini, Sabtu, 25-29 Mei 2024 saya ikut rombongan Ibu Khofifah Indar Parawansa memenuhi undangan Syeikh Afifuddin Al Jailani RA, tokoh sentral Darul Jailani International dan Al Wariseen Trust. Syeikh Afifuddin Al Jailani adalah cicit dan pendiri Thariqah Al Qadiriyah yang masyhur di Asia, Timur Tengah dan di Indonesia.

 

Ketua Umum PP Muslimat NU itu memiliki hubungan baik sejak lama, yaitu sekitar 20 tahun terhitung sejak membantu Gus Dur sebagai salah satu menteri di Kabinet Persatuan Nasional. Penulis juga beberapa kali berjumpa beliau di Majelis Dzikir Al Khidmah maupun di beberapa acara lain.

 

Bersama rombongan PP Muslimat NU, serta sahabat dan beberapa tokoh, Ibu Khofifah disambut di bandara oleh utusan Perdana Menteri Irak. Sesaat kemudian di hotel tempat menginap berjumpa dengan Dubes RI untuk negara Irak, Pak Erwan Iwan Lubis dan para diplomat Indonesia di Irak.

 

Kami berdiskusi satu jam penuh tentang perkembangan ekonomi, politik, sosial dan bagaimana negeri yang dialiri sungai Tigris dan Efrat ini memperjuangkan keutuhan dan persatuan antar faksi politik dan etnis di negaranya yang belum sepenuhnya selesai.

 

Gubernur Jawa Timur periode 2019-2024 memberi memberi informasi kepada Dubes RI perkembangan politik dan ekonomi pasca Pemilu 2024. Intinya adalah pentingnya menjaga persatuan dan membangun bangsa melalui Provinsi Jawa Timur yang merupakan salah satu provinsi sentral gravity di Indonesia.

 

Dalam pikiran kita, betapa penting Indonesia belajar dari carut marut konflik politik dan etnosentrisme di beberapa negara Timur Tengah. Bahwa perbedaan adalah biasa, namun kalau kita tak bisa mengendalikannya dengan falsafah kesatuan demi kepentingan rakyat dan jati diri bangsa, maka akan sulit menjadi negara modern, maju dan memiliki kepribadian kesatuan nasional. Bila persatuan dan kesatuan terkoyak oleh “ananiyah“, maka sendi-sendi administrasi negara, jalannya pemerintahan yang kuat, pengelolaan sumber sumber alam strategis bisa terkoyak.

 

Kehadiran Khofifah dan rombongan di kompleks disambut langsung oleh tuan rumah Syeikh Afifuddin Jailani di ruang penerimaan tamu tamu penting. Kompleks pemakaman Syeikh Abdul Qadir Al Jailani berkembang 2 menjadi lembaga yang sangat dihormati di Irak.

 

Menurut Syeikh Afifuddin, masjid utama pertama dibangun 900 tahun lalu pada dinasti Abbasiyah. Kompleks ini terdiri dari bangunan masjid, lembaga pendidikan, yayasan sosial dan makbarah dengan lapisan perak yang sekeliling atasnya ada ornamen langit-langit dihiasi dengan kristal dan tempat khalwat.

 

Syeikh Abd Qadir Al Jailani (1077-1166 M) adalah peletak dasar Thariqah Al Qadiriyah yang menekankan tauhid dan akhlakul karimah yang paling banyak pengikutnya di Indonesia karena diyakini sanad thariqahnya tersambung dengan amaliyah Rasulullah SAW. Itu terlihat dari buku-buku manaqib yang dibaca oleh kebanyakan kaum muslimin di Indonesia dan besarnya jamaah thariqah dengan segala cabang dan mursyidnya yang bertahan selama ratusan tahun.  

 

Beberapa kali Syeikh Afifuddin melawat ke Indonesia dan hadir dalam berbagai acara majelis dzikir, majelis ilmu dan acara keagamaan bahkan acara haul keluarga kami.

 

Kunjungan 6 hari ini kami manfaatkan untuk ziarah sekaligus meneladani kembali kehidupan para nabi yang hidup di Irak, misalnya nabi Yunus AS, tempat kelahiran Nabi Ibrahim AS, makbarah Sayyidina Husein di Karbala, maqam Syeikh Juned al Baghdadi, dan petilasan Imam Abu Hanifah.

 

Sejak tahun 2022 lalu Syeikh Afifuddin Al Jailani merupakan pimpinan otoritas tertingi yayasan maqam Syeikh Abdul Qodir Al Jailani RA yang banyak dikunjungi kaum muslimin dari seantero dunia. Adalah penting untuk menghidupkan jalur hubungan spiritualitas dari salah satu pusat peradaban Islam di Timur Tengah di jaman dinasti Abasyiyah tersebut abad ke-8 sampai abad ke-12 Masehi.

 

Saya yakin untuk menguatkan dan membangun bangsa kita tak hanya harus bekerja keras, dan bekerja cerdas, kita harus kuatkan riyadhoh atau menguatkan jalur spiritual. Tagline pengajian Syeikh Afifuddin itu tertera dalam media sosial majelis rutinnya yaitu “my morality, my religion” atau akhlakku yaitulah agamaku itu, agamaku itu ya akhlakku. Itulah makanya, mesti kita bangun wasilah spiritual yang baik dengan orang orang khusus yang wara’ dan terutama para penghulu iman dan ihsan di dunia modern.

 

Menguatkan Spiritualitas Modern

Saya merasa beruntung tahun ini bisa diajak Ibu Khofifah untuk berkunjung langsung ke makbarah imam besar Thariqah Al Qadiriyah yang masyhur itu. Hal ini memenuhi undangan Syeikh Afifuddin Al Jailani yang saya kenal sejak lama secara pribadi dan sering hadir ke majelis di Indonesia. Beliau memimpin majelis taklim dan sering mengirimkan link-link virtual acara pengajian, beberapa ayat Al-Qur’an yang akan dibahas dalam majelis ilmu rutinan beliau di Kuala Lumpur.

 

Secara spiritual dan bidang thariqah, diyakini bahwa banyak manusia modern yang yang semakin hari, makin tidak tahu ketidakpastian hidupnya, mudharotnya dunia modern. Islam adalah ajaran dan jalan hidup, “the way of life“, kekuatan umat Islam juga ada di ikhtiar batin disamping kesungguh-sungguhan dan kejujuran.

 

Indonesia adalah pusat Muslim baru, dibanding apa yang terjadi jaman khulafaur rosyidin dan peradaban Cordoba di Spanyol, yang bisa maju tapi tetap menjunjung tinggi adab agama. Oleh sebab itu tugas menghidupkan spiritualitas profesional dan profetik adalah tugas peradaban Islam ke depan.

 

Ketokohan Syeikh Abdul Qodir Al Jailani di tengah kancah tasawuf internasional dan dunia sudah tak diragukan lagi. Pengikut Al Qadiriyah ini sampai sekarang ada di India, Pakistan, Mesir, Turki dan juga Asia Tenggara terutama di Indonesia.

 

Contoh ketinggian filsafat hidup Syeikh Abdul Qodir Al Jailani dapat dibaca antara lain dalam kitab “Fawaidul Mukhtaroh”, karya Habib Ali Bin Hasan Baharun. Dituliskan dalam kitab tersebut bahwa dalam perjamuan ilmu, Syeikh Abdul Qadir Jailani menghadap guru yang paling alim di zamannya. Di antara sahabat-sahabat beliau, banyak minta doa dan restu ulama alim allamah di zaman itu.

 

Syeikh Abdul Qadir al Jailani layak disebut sultanul auliya karena ketinggian ilmu dan kebaikan akhlaknya, yang kuat riyadhoh batinnya, menghadirkan diri dari ketergantungan dunia fana, dan sangat patuh hormat kepada Ibunya. Inilah salah satu keutamaan beliau disamping istiqamah dalam kesahajaan.

 

Saat Ramadhan 1445 H lalu, Ibu Khofifah memohon agar Syeikh Afifuddin Al Jailani bersedia membuka cabang pengajian rutin dan majelis bulanan di Indonesia karena tahu betapa besar jumlah pengikut thariqah ini dan betapa penting keberadaan majelis ilmu yang beliau pimpin langsung secara rutin.

 

Uniknya, Syeikh Afifuddin meminta syarat kepada Ibu Khofifah, “kalau mau begitu, saya menyarankan Ibu untuk ziarah langsung ke maqam Syeikh Abdul Qadir Al Jailani dulu, baru ada kemungkinan cabang pengajian Islam di Indonesia akan dibuka,” jelasnya. “Terkait hal ini akan dibicarakan di Baghdad,” imbuhnya kala itu.

 

Dalam giat tersebut, saya dan rombongan diajak ziarah para wali, maqam Sayyidina Ali RA, merenung untuk menguatkan pandangan berbagai segi kepemimpinan umat, termasuk sosok fenomena Ibu dan perempuan dan masa depan bangsa. 

 

“Ibu itu, perempuan itu, sebagaimana ajaran Al-Qur’an dan sunnah Nabi SAW, dipandang sebagai salah satu makhluk ciptaan Allah yang paling unik, istimewa dan paling menentukan di muka bumi,” kata Syeikh Afifuddin di berbagai majelis.

 

Sampai kini Thariqah Al Qadiriyah Naqsabandiyah dalam khazanah spiritual di kalangan Ahlussunnah wal Jamaah merupakan kelompok yang paling banyak pengikutnya. Thariqah Al Qodiriyah Naqsabandiyah isinya antara lain dzikir tazkiyatul qulub, membaca sejarah silsilah atau manaqib, khataman Al-Qur’an. Jalan spritual ini paling hidup, paling semarak, namun jalur sutera antara Nusantara –Irak tidak merupakan jalur muhibah karena berbagai hal, antara lain faktor image keamanan, dan jalur penerbangan langsung yang terbatas.

 

Di masa depan, anak-anak muda yang kuat akademik dan skillnya, kiranya perlu dikuatkan dengan spiritualitas profesional dan ketinggian akhlak, agar ke depan mampu menghadapi dunia modern yang penuh ketidakpastian.

 

Akhir-akhir ini banyak anak muda yang terkena pukulan mental, tertekan situasi, sehingga terjangkit bipolar dari dunia baru serba hi-tech yang penuh kesemuan, dan 45 persen anak muda sulit cari kerja karena tak kuat dengan dunia yang berubah sangat cepat. Kiranya peran majelis yang menguatkan psikologis dengan pendekatan agama seperti ini sangat perlu dilembagakan dengan cara-cara dan metode baru yang pas bagi anak muda generasi Z.

 

*) Ketua PW ISNU Jatim sekaligus Direktur Pascasarjana Unisma Malang.


https://jatim.nu.or.id/opini/menghidupkan-spiritualitas-thariqah-al-qadiriyah-di-dunia-modern-HGaNM