Oleh: Moh Tohari *)
Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang telah ada sejak lama di Indonesia. Di pesantren, para santri tidak hanya diajarkan ilmu agama, tetapi juga nilai-nilai kehidupan yang baik dan norma-norma sosial yang harus dijunjung tinggi. Namun, seiring dengan perkembangan teknologi dan internet yang semakin maju, pesantren juga harus menyesuaikan diri dengan era virtual-digital yang sedang berkembang.
Budaya pesantren telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia. Mereka memiliki tradisi yang unik, seperti pengajian rutin, shalat berjamaah, dan pengajian kitab suci. Di era virtual-digital ini, banyak pesantren yang memanfaatkan teknologi untuk mempermudah proses belajar mengajar dan menjaga tradisi yang sudah ada.
Salah satu bentuk pemanfaatan teknologi yang marak digunakan oleh pesantren adalah media sosial. Melalui media sosial, pesantren dapat memperluas jangkauan informasi dan kegiatan pesantren, seperti pengajian online dan informasi terkini seputar pesantren. Dengan adanya media sosial, para santri juga dapat terhubung dengan para kiai dan ustadz yang merupakan pilar utama di pesantren.
Selain itu, pesantren juga telah banyak memanfaatkan platform pembelajaran online untuk mengajar santri. Dengan adanya platform tersebut, proses belajar mengajar dapat dilakukan secara fleksibel dan efisien. Para santri tidak perlu lagi datang ke pesantren setiap hari, karena mereka dapat mengakses materi pembelajaran dari rumah masing-masing.
Penerapan teknologi di pesantren hendaknya tetap harus ada pengawasan dan pengendalian yang ketat. Pesantren harus tetap menjaga nilai-nilai dan tradisi yang sudah ada, serta menghindari penggunaan teknologi yang tidak sesuai dengan ajaran agama. Unsur pengurus juga harus terus mengedepankan pendidikan karakter dan moral yang menjadi ciri khas dari pesantren.
Di era virtual-digital, pesantren tetap harus menjaga budaya dan tradisi yang sudah ada, serta memanfaatkan teknologi dengan bijak. Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam harus terus beradaptasi dengan perkembangan zaman, namun tetap memegang teguh nilai-nilai agama dan budaya yang diterapkan di pesantren. Dalam perkembangannya, pesantren akan tetap menjadi tempat yang berkontribusi besar dalam membentuk generasi yang berakhlak mulia dan berwawasan luas, sekaligus menjaga keberlangsungan budaya pesantren di era virtual-digital ini.
Pesantren sebagai lembaga pendidikan yang berbasis keislaman, sebenarnya telah mempersiapkan diri untuk menghadapi era digital ini. Banyak pesantren yang telah menggunakan teknologi dalam proses belajar mengajarnya. Namun, di sisi lain, ada juga pesantren yang masih mempertahankan budaya pesantren klasik tanpa penyesuaian dengan perkembangan zaman.
Dengan semakin mudahnya akses internet, banyak santri yang mulai memanfaatkan media sosial dan aplikasi chatting untuk berinteraksi dengan teman-teman mereka di luar pesantren. Ini merupakan hal yang wajar dan tidak dapat dihindari, mengingat kebutuhan akan komunikasi dan informasi sangatlah penting bagi remaja. Tidak mengherankan juga jika ada pesantren yang memperbolehkan santri untuk membawa handphone dan laptop ke dalam lingkungan pesantren, meskipun masih ada juga pesantren yang melarangnya.
Namun, tantangan yang dihadapi oleh pesantren di era virtual-digital ini tidak berhenti di situ. Adanya media sosial dan berbagai platform digital lainnya, membuat pesantren juga harus memperhatikan konten yang diakses oleh santri. Hal ini dikarenakan, di era digital ini, informasi dapat dengan mudah diakses dan tersebar tanpa filter yang memadai. Maka dari itu, pesantren harus memperkuat pendidikan karakter bagi santri agar mereka dapat menjadi pengguna internet yang bijak dan bertanggung jawab.
Selain itu, pesantren juga harus memperkuat nilai-nilai keislaman dalam era digital ini. Banyaknya informasi yang beredar di internet, kadang membuat santri kebingungan dan terpengaruh oleh pemahaman yang kurang benar mengenai agama. Pesantren sebagai lembaga pendidikan agama harus mampu memberikan pemahaman yang benar dan membangun kritisnya santri untuk dapat memilah informasi yang benar dan yang salah.
Di sisi lain, pesantren juga harus memperhatikan bagaimana memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan pengajaran di pesantren. Dengan teknologi, proses belajar mengajar dapat lebih menarik dan interaktif. Misalnya, menggunakan aplikasi pembelajaran yang dapat diakses oleh santri di mana saja dan kapan saja. Hal ini akan memudahkan proses belajar mengajar di pesantren dan membuat santri lebih termotivasi untuk belajar.
Namun, nilai-nilai kesederhanaan, kejujuran, dan kemandirian juga harus tetap ditanamkan kepada santri. Dengan demikian, budaya pesantren di era virtual-digital ini tidak akan hilang, tetapi justru akan semakin berkembang dan menguat. Pesantren harus terus beradaptasi dengan perkembangan zaman sambil tetap mempertahankan nilai-nilai luhur yang telah diajarkan sejak lama. Dengan begitu, pesantren akan tetap menjadi lembaga pendidikan yang berkontribusi besar dalam membangun kehidupan beragama dan beradab di Indonesia.
*) Alumni Pondok Pesantren Nurul Muchlishin Pakondang, Rubaru, Sumenep. Kini sebagai mahasiswa di STITA Sumenep.
https://jatim.nu.or.id/opini/menjanga-budaya-pesantren-di-era-modern-IjQ5G