MENJELANG MA’RIFAT
Buku penting !
Cahaya para Sufi senantiasa mendahului kata- katanya, tetapi kata-kata para Ulama lebih mendahului cahayanya. Kalimat ini, sangat
kental dengan untaian demi untaian Syeikh Ahmad Ar- Rifa’y dalam buku ini. Untaian yang bercahaya, cemerlang indah jauh dari hasrat hawa nafsu dan kegenitan sastra.
Sebagaimana para Sufi besar, Ar-Rifa’y telah menancapkan tonggak sejarah thoriqoh Sufi yang luar biasa. Kelak kita kenal dengan thoriqoh Rifa’iyah yang banyak tersebar di daerah Afrika dan sebagian Asia, dan telah membentuk kepribadian khas yang signifikan bagi para penempuh Jalan Allah Swt.
Karena itu, beliau diberi kemampuan menyerap hidangan jiwa yang langsung dari Sang Nabi, Rasullullah Saw. Dan itu tertuang dalam tulisan, begitu sempurnanya menjadi mutiara- mutiara agung yang mencerahkan jiwa, menghancurkan batu- batu keras yang bertengger bagai berhala dalam qalbu setiap hamba, sehingga memudahkan para penempuh Jalan Allah Swt. “thawaf” mengelilingi “Baitullah” dalam qalbunya, dan bertemu dalam “Jantung Liqo’ Allah” yang menakjubkan.
Tidak berlebihan jika kitab yang berasal dari “Haalatu Ahlil Haqiqah Ma’allah” ini, kami beri judul “Menjelang Ma’rifat” karena urgensinya yang begitu dalam ketika menghantar kita pada Gerbang-gerbang Ma’rifatullah. Bagaimana tidak? Membaca buku ini, seakan kita diajari bagaimana memahami Sunnah Nabi dalam perspektif hakikat, sekaligus menepis berbagai tudingan kaum munafiqin yang senantiasa menyeret ummat ke jurang jahiliyah.
Mereka tidak henti-hentinya menuding Tasawuf se- bagai pandangan Bid’ah yang sesat, dengan suatu alibi, bahwa tasawuf tidak diajarkan oleh Rasulullah Saw. Sikap pandang jahili telah menyelimuti cara pandang mereka yang telah terjebak pada wacana skriptural, serba harfiyah dan formalisme buta, —sebagaimana kaum munafiqin di zaman Nabi Saw, yang mengekspresikan keimanan dalam harfiyah formal, tanpa jiwa keimanan— membuat mereka terserang oleh virus yang mematikan qalbunya sendiri. Bahkan mereka berani menggaungkan kata-kata —sebagaimana disebut dalam Al- Qur’an— “Sesungguhnya kami-kami adalah para pembangun dan pembaharu. Tidak! Ingatlah sesungguhnya mereka ini adalah perusak-perusak (jiwa).”
Baru Empat Puluh hadits Nabi Saw. yang diulas oleh Syeikh Ahmad Rifa’y, sudah mampu menghapus aroma busuk yang gelap dari jiwa-jiwa munafik, bagaimana jika ribuan hadits Nabi Saw. diulas begitu cemerlang oleh beliau?
Kaum ‘arifin yang menjadi teladan ruhani setelah Nabi Saw. seperti yang digambarkan dalam buku ini, “Mereka menyendiri bersama Allah Ta’ala penuh dengan kemesraan. Mereka mendekat kepadaNya, menghadap total dan berangkat kepadaNya penuh kepatuhan. Maka Allah Swt. memberikan pakaian cahaya ma’rifatNya kepada mereka, yang di dalamNya mereka bicara, dan hanya bagiNya mereka beramal, dariNya mereka mencari, kepadaNya mereka bersukacita.
Merekalah adalah kaum istimewaNya (khawash) yang terdepan. Langkahnya dalam taat kepada Allah Swt. tanpa sedikit pun bergantung pada lainNya, dan mereka menasehati khalayak umum tanpa sedikit pun ada pamrih. Mereka senantiasa merindu, kembali kepada Allah Swt. qalbunya penuh rasa takut, jiwanya penuh rasa gentar, hati mereka adalah IstanaNya, akal mereka terselubungi, ruh mereka membumbung luhur, dan semuanya terlindungi dengan hatinya dari fitnah manusia. Dzikir mereka menjaganya dari was-was buruk, dadanya melapang luas, dan jasadnya terbuang dari khalayak, qalbunya terluka, sedang pintu-pintu alam malakut senantiasa terbuka bagi mereka.”
Oleh sebab itu, membaca buku ini memerlukan kejernihan batin, kelapangan jiwa, kebeningan ruh, dan kecahayaan rahasia batin (sirr). Semoga Allah Swt. melimpahkan anugerah dan taufiqNya kepada kita yang sedang menempuh JalanNya yang Lurus menuju IstanaNya Yang Agung.
Aamiin.
KHM. Luqman Hakim