Oleh Evy Aldiyah, Guru IPA di SMP Negeri 202 Jakarta
Seakan sedang terjatuh dari awan saat temanku menepuk-nepuk lenganku, membangunkanku. Ternyata aku terlelap dalam perjalanan kami menuju salah satu villa di perbukitan ini, jauh dari ibukota. Turun dari mobil, suasana sudah mulai gelap. Langit tampak sedikit memerah, tapi itu tidak mampu menerangi sekeliling villa ini. Udara mulai terasa dingin. Teringat agenda kerja malam ini, kami bergegas ke kamar yang telah disediakan untuk membereskan segala sesuatunya.
Aku menempati kamar bersama salah satu teman dalam perjalanan tadi. Ya, kami berempat adalah rombongan terakhir yang menyusul sore hari untuk suatu kegiatan kerja di villa ini, sementara yang lain sudah berangkat sejak siang. Kegiatan kerja malam ini berjalan lancar sesuai yang telah diagendakan. Kami sudah tidak sabar untuk segera beristirahat malam ini, agar besok pagi siap melakukan kerja lagi dengan kondisi yang prima.
Malam pertama. Hawa yang dingin membuat nyenyak tidurku selain memang tubuh yang terasa lelah. Tiba-tiba aku terjaga karena merasa ada sesuatu mencolek dengan keras telapak kaki kananku, dengan sesuatu alat yang runcing. Tidak ada orang di arah kakiku. Kulihat temanku tampak tertidur pulas di tempat tidurnya dalam jarak hampir dua meter dariku. Masih dalam posisi rebah aku melirik jam tangan yang melingkari tangan kiriku, pukul 02.45. Wangi kemuning menyeruak memenuhi ruangan kamar, cukup membuatku merasakan aroma mistis dan horor. Aku bangkit untuk berwudu dan melakukan salat tahajud, ditemani aroma kemuning. Kulanjutkan tidur hingga terbangun subuh dan mempersiapkan segala sesuatunya untuk kegiatan paginya. Pagi itu aroma kemuning sudah lenyap.
Kegiatan kerja pada hari kedua berjalan lancar. Memasuki kamar sesaat untuk break sore, aku berniat membuka jendela kecil bertirai yang berada di pojok dekat kamar mandi dalam kamar yang terlupakan karena kesibukan. Hanya satu jendela kecil itulah akses untuk memandang keluar dari kamar ini. Tapi lagi-lagi tidak sempat karena sudah ada teriakan dari koridor, untuk melanjutkan kerja karena besok pagi sudah harus check out.
Malam kedua. Aku terlelap meringkuk dalam selimut. Kali ini aku terjaga lagi tapi bukan karena colekan, melainkan temanku yang menggoyangkan bahuku cukup keras. Dia berusaha meyakinkanku ada yang mencolek kakinya barusan pada saat tidur, waktu menunjukkan pukul 02.03, looh kok sama sih dengan kejadian yang kualami kemarin. Wangi kemuning pun menyeruak memenuhi ruangan kamar yang kami tempati ini. Temanku tampak ketakutan. Jualihkan rasa takutnya dengan mengajaknya salat tahajud bersama. Kami pun melakukan tahajud dengan suasana yang cukup horor, layaknya film “Makmum” yang pernah kutonton. Untuk menambah rasa tenang, malam itu kami tidur dengan menyatukan tempat tidur kami, berasa lucu saja. Hingga subuh kami terbangun dan mempersiapkan segala sesuatunya. Aroma kemuning pun sudah lenyap.
Acara penutupan kerja pagi itu berjalan dengan sukses, dilanjut persiapan untuk pulang ke ibukota. Sebelum keluar dari kamar dengan koper masing-masing, aku teringat untuk membuka tirai jendela kecil di pojok ruang kamar ini. Ternyata di bagian belakang kamar yang kami tempati ini ada semacam kebun yang ditanami sawi hijau seadanya, berjarak hampir tiga meter dengan dinding bangunan di sebelahnya. Ada pohon kemuning tua setinggi hampir dua meter tampak sedang berbunga lebat, posisinya tepat di depan jendela kamar yang kutempati. Tampak pula dua batang pohon pepaya berdaun lebar dengan buah-buah mudanya bergelantungan, serta beberapa perdu lain.
Masyaalah, baru aku sadar, ternyata bunga-bunga pohon kemuning ini yang mengaromai kamar selama dua malam ini. Aku menertawakan diriku sendiri, terlebih lagi kala teringat dengan tingkah temanku tadi malam. Kami pulang dengan riang. Mobil yang kami tumpangi meluncur dengan cepat ditingkahi cerita temanku tentang keseraman sekaligus kelucuan peristiwa tadi malam, menyisakan pertanyaan siapa yang mencolek kaki kami pada saat tidur malam itu? Yang membuat penasaran juga adalah mengapa aroma kemuning pekat sekali pada malam hari dan memasuki pagi aroma wanginya menghilang? Sehingga menambah aura mistis di kamar. Para pembaca juga penasaran bukan? Yuk kita kepoin.
Pohon kemuning dengan nama ilmiah Muraya paniculata adalah tanaman tropis yang bisa tumbuh dengan tinggi hingga 5 meter. Batangnya kokoh dan sangat kuat. Kemuning termasuk tumbuhan yang tidak dibudidayakan dan agak sulit juga ditemukan. Banyak orang tidak menyukai kemuning tumbuh di halaman rumah, karena dilatarbelakangi oleh cerita mistis yang melingkupi kehidupannya. Pohon kemuning dipercayai sebagai tempat tinggal favorit bagi makhluk halus. Bunganya yang berbau sangat harum pada saat mekar pada malam hari semakin memperkuat mitos ini. Keadaan ini membuat kemuning seperti menjauh dari kehidupan manusia. Tanaman ini hanya ditemukan di tempat-tempat terpencil yang jarang dikunjungi manusia bahkan banyak yang dikeramatkan.
Sebenarnya banyak loh manfaat pohon kemuning ini. Kulit batang pohon kemuning bermanfaat sebagai obat sakit gigi dan bisul. Batangnya itu bisa dipahat untuk hasil kerajinan. Daun kemuning dapat dijadikan bahan lotion penghalus dan pemutih kulit. Ramuan daun dan bunga kemuning bermanfaat untuk mengobati sakit batu ginjal, mengobati infeksi saluran kencing, menurunkan kolesterol, memperlancar haid , juga mengobati memar. Bahkan setelah dikembangkan kandungan yang ada di dalam pohon kemuning dapat digunakan sebagai pembasmi hama nabati secara alami. Manfaat yang terakhir itu juga membuatku tertarik untuk mengetahuinya.
Bunga kemuning berwarna putih kecil bergerombol mengeluarkan aroma semerbak pada malam hari. Aroma bunga kemuning bermanfaat sebagai aromaterapi. Bunga kemuning juga bermanfaat sebagai obat diare dan disentri. Karena bentuk dan aromanya yang wangi, bunga kemuning sering dijadikan perlambang kebaikan dan budi pekerti yang agung. Bunga kemuning memiliki makna dan filosofi yang baik. Masyarakat Yogyakarta pun masih sering menggunakannya sebagai salah satu komponen untuk upacara-upacara adat.
Lantas mengapa aroma harum bunga kemuning sangat pekat pada malam hari dan berkurang pada siang hari ya? Yuk kita cari tau supaya tidak penasaran.
Dilansir dari laman Reconnect With Nature, bunga menghasilkan aroma harum untuk membantu menarik serangga dalam proses penyerbukan. Aroma harum bunga berbeda-beda, tidak ada bunga yang memancarkan aroma yang sama. Hal tersebut dikarenakan aroma bunga diciptakan oleh berbagai senyawa organik yang terkandung pada masing-masing bunga dan mudah menguap. Secara umum bunga mengeluarkan aroma paling harum saat siang hari ketika serangga yang mereka gunakan untuk penyerbukan aktif.
Akan tetapi kemuning tergolong bunga yang mengeluarkan aroma harum pada malam hari, satu golongan dengan bunga sedap malam dan wijaya kusuma. Berdasarkan penelitian terhadap bunga-bunga yang mekar pada malam hari, tumbuhan yang berbunga dengan penuh pada malam hari dipengaruhi oleh faktor lingkungan, keberadaan cahaya matahari dan rendahnya suhu lingkungan. Tidak adanya cahaya dan kondisi malam hari dengan suhu yang rendah, merangsang sel-sel bunga kemuning untuk mengeluarkan wanginya. Aktivitas ini tergolong niktinasti, diambil dari kata nyktos dari bahasa Latin yang berarti malam. Gerak sel bunga yang dipengaruhi rangsang gelap ini disebut skototropisme.
Nah, agar bisa mengeluarkan wangi yang maksimal, kemuning harus terkena cahaya matahari dulu setidaknya selama 6 jam. Wangi bunga akan semakin kuat ketika dalam pohon bunga-bunganya mekar bersamaan. Menjelang pagi hari di mana suhu udara mulai menghangat dan semakin hangat pada siang hari, sel-sel bunga akan mengurangi kegiatannya. Itulah mengapa pada malam hari bunga kemuning sangat pekat aroma wanginya dan tidak terlalu pekat pada siang hari.
Alasan berikutnya mengapa aroma bunga paling terasa di malam hari adalah akibat aktivitas fotosintesis reaksi gelap (dark reaction photosynthesis). Fotosintesis pada siang hari membutuhkan cahaya matahari, berbeda dengan reaksi gelap. Pada fotosintesis reaksi gelap membutuhkan ATP dan NADPH yang dihasilkan dari reaksi terang, reaksi gelap tidak membutuhkan cahaya. Reaksi gelap ini akan menghasilkan zat gula dan zat lain yang dapat dengan mudah menguap atau volatil.
Nah, uap dari zat-zat hasil fotosintesis reaksi gelap ini yang akhirnya berbau wangi saat dihirup oleh hidung manusia. Terlebih saat malam hari pada suhu terendah dan terbawa pula oleh udara malam yang berhembus semilir. Bagaimana pembaca yang budiman? Lengkap sudah kan alasan mengapa aroma harum kemuning sangat menyeruak pada malam hari?
Bila ada pohon kemuning berbunga di halaman rumah, wanginya menyeruak masuk ke penjuru rumah pada malam hari, anggaplah itu manfaat sebagai aromaterapi. Menghirup wangi bunga ternyata baik loh bagi kesehatan tubuh kita.
Penelitian yang diterbitkan oleh National Library of Medicine menyebutkan bahwa manfaat menghirup aroma wangi bunga baik bagi kesehatan antara lain meminimalkan stres dan insomnia, memberikan efek penenang bagi otak, memaksimalkan kualitas tidur, meningkatkan sirkulasi darah dalam tubuh, dan meningkatkan konsentrasi. Jadi perlu juga nih menginformasikan berbagai potensi pemanfaatan kemuning.
Nah pembaca yang budiman, bila tengah malam ruangan rumah dipenuhi aroma kemuning sementara di halaman rumah tidak ada pohonnya, jangan keburu dikaitkan dengan hal mistis atau horor. Bisa saja aromanya berasal dari pohon kemuning di halaman rumah tetangga sebelah yang terbawa semilir udara malam. Bila tidak ada juga pohonnya, apakah itu berarti….?!