Nama dan Tugas Malaikat dan Pemaknaannya dalam Kehidupan

Semenjak masih kecil, di masjid-masjid melalui TPA, TPQ atau forum sejenis kita sudah diberitahu tentang nama-nama malaikat beserta tugasnya. Bagi yang bersekolah di madrasah, mulai dari MI, MTs sampai MA, tentu saja semakin familiar lagi dengan hal tersebut.

Dari situ kita tahu bahwa Malaikat Jibril bertugas menyampaikan wahyu, Malaikat Mikail bertugas membagikan rizki, Malaikat Izroil bertugas mencabut nyawa, Malaikat Isrofil bertugas meniup sangkakala, Malaikat Raqib bertugas mencatat amal baik, Malaikat Atid bertugas mencatat amal buruk, Malaikat Munkar dan Nakir bertugas menanyai di alam kubur, Malaikat Malik bertugas menjaga pintu neraka, Malaikat Nakir bertugas menjaga pintu Surga.

Dalam agama, doktrin adalah hal lumrah. Nama-nama malaikat beserta tugasnya tentu saja berhubungan erat dengan hal tersebut. Kita yang terbiasa berpikir empiris tentu saja akan merasa non sense dengan hal tersebut. Namun, agama sebagaimana pada umumnya memang tidak menggunakan cara berpikir yang melulu empiris. Dalam agama ada yang kita sebut sebagai iman. Sejauh yang saya pahami, melalu pintu iman tersebut akan timbul perilaku baik. Jadi, dalam agama ada semacam hubungan timbal balik, atau mungkin malah ulang alik antara iman dan amal.

Kembali ke nama-nama malaikat dan tugasnya. Dengan penjelasan-penjelasan tersebut, maka informasi tentang nama malaikat beserta tugasnya sebatas menjadi informasi, tidak berubah menjadi ilmu jika tidak memberikan sumbangsih cara pandang tertentu yang bisa mempengaruhi perilaku ke arah yang lebih baik. Oleh karenanya, sesekali kita harus mengambil sudut pandang yang lain, selain sebatas doktrinasi yang seringkali levelnya dianggap setara dengan dongeng.

Baca juga:  Panglima Santri dalam Tinjauan KBBI

Bagi saya, nama-nama Malaikat bukan pemicu munculnya imajinasi tentang rupa, misalnya memiliki tubuh dan sebagaimana di film-film digambarkan memiliki sayap yang sedemikian rupa. Nama-nama malaikat beserta tugasnya menurut saya semacam pemetaan faktor-faktor penting dalam hidup manusia. Karena ini berada dalam koridor agama Islam, maka rentang kehidupan tak sekadar kehidupan fisik. Jika merujuk innalillahi wa innailaihi roji’un (sesungguhnya kita adalah milik Allah dan hanya kepada-Nya kita kembali)—yang seringkali dianggap bernuansa kematian, padahal itu adalah moto hidup yang paripurna—maka rentang kehidupan manusia itu pra fisik-fisik-pasca fisik. Dalam rentang kehidupan sedemikian panjang itulah faktor-faktor penting kehidupan yang tercermin dalam tugas malaikat.

Malaikat Jibril dengan tugas menyampaikan wahyu menggambarkan bahwa segala yang masuk ke dalam pikiran dan hati kita bersumber dari Allah. Kalau seseorang paham akan suatu ilmu, dan ilmu tersebut memberikan dampak positif bagi kehidupannnya maupun orang lain, maka hal tersebut hampir sama polanya dengan Nabi yang mendapat wahyu, kemudian bertindak, melakukan semacam perubahan dalam kehidupan berdasar wahyu tersebut. Tentu saja itu tidak bermaksud menyamakan kita sebagai manusia biasa dengan nabi. Hanya sebatas analogi karena kesamaan polanya.

Kalau sudah seperti itu imbasnya dalam kehidupan seperti apa? Pertama, manusia akan memfungsikan akalnya dengan maksimal, karena sadar bahwa instrumen akal sebagai anugerah dari Allah tersebutlah yang berkaitan dengan penguasaan ilmu, pemahaman, sebagaimana tercermin pada tugas yang diemban Malaikat Jibril. Kedua, setelah akal berfungsi maksimal dan memberikan dampak baik dalam kehidupan, kita tidak akan sombong, karena ada kesadaran bahwa itu semua berasal dari Allah. Bukan karena kita hebat.

Baca juga:  Kapan Santri Bisa Kembali ke Pesantren, Beraktivitas Seperti Biasa?

Selanjutnya, Malaikat Mikail. Kalau Malaikat Jibril menggambarkan faktor akal, ilmu, pemahaman yang terkait dengan Allah, dan itu penting dalam kehidupan, maka tugas menyampaikan rizki menggambarkan bahwa kita bisa hidup karena kita diberi limpahan rizki yang tak terbatas dari Allah. Imbasnya dalam kehidupan adalah, selain kita berjuang secara maksimal dalam rangka mengais rizkinya Allah, kita akan tahu batas. Kita sadar bahwa rizki yang berasal dari Allah tidak akan mungkin berakibat merugikan pihak lain, kecuali kalau kita meresponnya berdasarkan hawa nafsu yang selalu ingin lebih dan lebih, tak peduli jika misalnya harus merusak alam, atau mengambil hak milik orang lain.

Malaikat Izrail adalah sebagai penanda bahwa kehidupan fisik ada batasnya. Pada akhirnya manusia akan tiada secara fisik, dan melangkah menuju kehidupan selanjutnya yang kita sebut dengan akhirat. Malaikat Isrofil juga sama, sebagai penanda bahwa kehidupan fisik ada batasnya, namun dengan jangkauan yang lebih luas, semua umat manusia. Karena bunyi sangkakala sebagai penanda terjadinya kiamat.

Malikat Raqib dan Atid adalah semacam pengendali diri dalam kehidupan di dunia. Kita sadar bahwa setiap apa yang kita lakukan diawasi dan dicatat, bukan oleh manusia, tetapi malaikat yang notabene adalah pekerjanya Allah. Imbasnya dalam kehidupan adalah kita akan memberbanyak catatan-catatan baik kita. Dan nanti, hal tersebut berhubungan dengan Malaikat Munkar dan Nakir. Bisa atau tidaknya kita menjawab pertanyaan Malaikat Munkar dan Nakir tergantung lebih banyak baik atau buruknya perilaku kita selama hidup di dunia. Dan Malaikat Malik dan Ridwan, menggambarkan konsekuensi dari keseluruhan atas apa yang kita perbuat di dunia. Jika lebih banyak baiknya, tentu saja kita akan bertegur sapa dengan malaikat Ridwan. Jika sebaliknya, akan bertegur sapa dengan Malaikat Malik.

Baca juga:  Nalar Publik, Pandemi Corona, dan Kehidupan Masyarakat Sipil Indonesia

Tentu saja pemaknaan-pemaknaan tersebut belum komprehensif. Itu hanya sebatas pintu masuk saja, untuk menyelami pemaknaan-pemaknaan selanjutnya yang lebih luas dan mendalam.

https://alif.id/read/dani-ismantoko/nama-dan-tugas-malaikat-dan-pemaknaannya-dalam-kehidupan-b242039p/