Obituari Nyai Nafisah Sahal Mahfudh: Ilmu dan Keteladanan

Mendengar kepergian beliau Ibu Nyai Hj. Nafisah Sahal Mahfudh tepat pada 10 November 2022, menjadi kabar yang menggoreskan luka dan duka bagi semua orang khususnya para santri.

Pahlawan bagi kami itulah yang bisa sedikit saya tuliskan untuk beliau dengan keterbatasan pengetahuan yang saya miliki.  Sosok Ibu Nyai yang selalu menemani  Kyai Sahal beriringan saling mendukung dan  menguatkan.

Di sekitar jalan menuju pondok terlihat banyak karangan bunga berjajar pada pagi tadi. Santri dan orang dari berbagai kalangan mengucapkan duka mendalam. Mereka berbondong-bondong berdatangan untuk mengirimkan doa, tahlil, dan memberi penghormatan kepada beliau.

Menangisi dan mendoakan adalah apa yang dapat saya lakukan saat ini sebagai santri yang masih jauh dari kata baik dan faqir. Meski hati terasa sakit, karena belum dapat berbuat banyak dengan meneladani beliau untuk menjadi pribadi bermanfaat dengan spirit belajar, mengajar, dan mengabdi.

Sejenak saya perlu duduk, memandang dan merenungkan. Beliau yang tak pernah lelah belajar dan mengajar, mendidik dan membimbing, membesarkan jiwa dari kekerdilan dan kebodohan. Berawal saat saya menginjakkan kaki di Kajen pada tahun 2013. Saat itu saya masih kecil, masih polos sebagai siswa lulusan madrasah yang tidak tahu menahu akan Kiai dan Ibu Nyai. Alhamdulillah dalam satu kesempatan saat memenuhi undangan pengajian pondok al-Badiiyyah Kajen, saya ikut mendengarkan dan menyimak dengan seksama pesan yang disampaikan Ibu Nyai Nafisah.

Baca juga:  Ulama Banjar (50): H. Bijuri

Ibu Nyai Nafisah Sahal berpesan “Janganlah kamu bangga dengan apa yang kamu peroleh, karena sejatinya orang yang mengamalkan ilmu adalah orang yang selalu kurang dengan ilmunya”. Pengendikan inilah yang saya catat ketika tahun 2015 silam.

Dalam kenyataannya memang benar bahwa seseorang harus menjadi pribadi pembelajar sepanjang hayat, mencari ilmu mulai dari buaian sampai liang lahat. Karena dengan ilmu, Allah SWT pun mengangkat derajat seseorang yang berilmu dan mengamalkan nya, dengan ilmu seseorang mempunyai landasan hidup, menjadi orang yang bijaksana.

Murobbi saya  sekaligus santri yang dipercaya Ibu Nyai Nafisah juga menjelaskan dalam kitab Ta’lim Muta’allim bahwa orang yang paling celaka di akhirat adalah orang yang telah diberikan kesempatan untuk mencari ilmu tapi tidak dipergunakan dengan sebaik-baik nya. Khususnya diberi kesempatan untuk mengenyam ilmu di pondok pesantren. Lembaga pendidikan yang sangat banyak memberikan pengaruh besar kepada santri. Mulai ilmu pengetahuan, penerapan akhlakul karimah, budi pekerti, karakter, cara bersosial, pengabdian, dan masih banyak lagi.

Ibu Nyai Nafisah adalah murobbi dari guru-gutu kami, tidak hanya pahlawan bagi Kajen dan santri, tetapi pahlawan bagi agama, nusa dan bangsa. Seperti sosok  garwo beliau KH  Sahal Mahfudh yang merupakan ulama sederhana dan panutan kami, keteladanannya pantas ditiru generasi muda,  dengan segala kelebihan, beliau mampu menempatkan dirinya di tengah masyarakat, organisasi politik dan birokrat.

Baca juga:  Shafiyuddin al-Hindi dan Tulisannya Yang Jelek

Kami santri-santri jenengan hanya bisa belajar dan terus berproses menjadi lebih baik. Meneladani semangat belajar, mengajar dan mengabdi seperti yang jenengan lakukan. Sugeng kundur Ibu Nyai Nafisah. Terima kasih atas segala ilmu dan bimbingannya semoga kami dapat terus menjadi orang yang lebih baik, bermanfaat, dan mendapatkan ilmu yang barokah. Aamiin.

Laha al-Faatihah.

https://alif.id/read/hlk/obituari-nyai-nafisah-sahal-mahfudh-ilmu-dan-keteladanan-b246119p/