Reporter: Masyhari
WERU – Pengurus Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWC NU) Kecamatan Weru masa khidmah 2022-2027 telah resmi dilantik, Ahad (19/06/2022) di halaman kantor desa Setu Kulon Kecamatan Weru.
Dalam kesempatan tersebut juga dilantik pengurus Banom NU tingkat kecamatan, yaitu PAC Fatayat, IPNU dan IPPNU, serta pengurus ranting (PR) NU, Muslimat dan Fatayat. Setidaknya terdapat 500 orang nahdliyyin dan nahdliyat yang hadir menyaksikan perhelatan lima tahunan tersebut.
Hadir dalam kesempatan tersebut, Ketua Tanfidziyah PCNU Kabupaten Cirebon, KH Aziz Hakim Syaerozie, Rois Syuriyah PCNU, KH Wawan Arwani Amin, ketua PC Muslimat NU, Nyai Hj. Ipah Uripah, ketua PC Fatayat NU, Roziqoh MPd, ketua PC IPNU, rekan Yusuf, ketua PC IPPNU, rekanita Devi Farida, Plt. Camat Weru, dan Kuwu Desa Setu Kulon.
Dalam kesempatan tersebut, KH Aziz Hakim Syerozie, Ketua Tanfidziyah PCNU Kabupaten Cirebon berpesan khususnya kepada jajaran pengurus MWC NU Weru dan pengurus ranting yang telah dilantik agar berkomitmen dalam berkhidmah di Nahdlatul Ulama.
“Komitmen berkhidmah dalam NU ini sangat penting dipahami bersama, bahwa menjadi pengurus di NU ini tidak ada gaji. Kok aneh, disuruh kerja tapi tidak digaji,” terang Kang Aziz.
Lebih lanjut Kang Aziz mengingatkan bahwa Nahdlatul Ulama adalah organisasi yang di dalamnya terdapat para kiai yang mengawal dan menjaga kelangsungan pemahaman Islam Ahlussunnah Waljamaah.
“Karena itu, kita semua yang terlibat di dalam NU, harus terlibat dalam menjaga dan mengawal keberlangsungan pemahaman Ahlussunnah waljamaah,” kata Kang Aziz.
Menjadi pengurus NU, lanjut Kang Aziz, berarti orang yang sedang berjihad di jalan Allah, dalam mengawal ajaran dan pemahaman keagamaan Ahlussunnah waljamaah di tengah-tengah masyarakat.
“Oleh karena itu, menjadi pengurus NU berarti menjadi pengawal ajaran Aswaja di tengah-tengah masyarakat. Praktiknya, pengurus NU itu ya menjaga tahlilan, ziarah, yasinan, dan lain sebagainya bisa berlangsung di tengah-tengah masyarakat ila yaumil qiyamah tanpa ada yang melarang dan membid’ah-bid’ahkannya,” jelas Kang Aziz.
Maka, lanjutnya, berkali-kali kami tegaskan di setiap kegiatan pengukuhan, bahwa ketika dibaiat, salahsatu prasyarat menjadi pengurus Nahdlatul Ulama adalah siap tidak digaji. Tapi siap mendapatkan ujrah pada hari kiamat nanti.
“Oleh karena itu, jangan sekali-kali ketika kita berkhidmah di Nahdlatul Ulama, kita memiliki niatan di luar apa yang dicita-citakan oleh muassis Nahdlatul Ulama,” tegas Kang Aziz.
Sementara itu, KH Wawan Arwani Amin, Rois Syuriyah PCNU Kabupaten Cirebon dalam taushiyahnya menyampaikan kisah sowannya ke KH Maimun Zubair atau yang akrab disapa Mbah Moen di Sarang, Rembang.
Dalam kesempatan tersebut, Mbah Moen berpesan bahwa mengurusi Nahdlatul Ulama akan mengorbankan semuanya. “Kalau ngurusi NU, habis segala-galanya: waktu, tenaga, pikiran, dan dana,” kata Kiai Wawan, menirukan ucapan Mbah Moen saat itu.
Hanya saja, kata Kang Wawan, setiap kita berkhidmah di NU, ada saja berkahnya. Bukannya kurang, tapi sebaliknya, malah lebih-lebih.
“Ibaratnya, sing dipai mangan kucing, sing ngendok pitik (kucing yang dikasih makan, ayam yang bertelur),” kata Kiai Wawan.
Artinya, lanjut Kiai Wawan, bahwa ketika kita berkhidmah di NU, banyak mengeluarkan dan mengorbankan tenaga, waktu, pikiran, dan bahkan dana, tapi selalu ada saja rizki dari jalan lainnya.
“Inilah berkah ketika berkhidmah di jamiyah Nahdlatul Ulama,” pungkasnya. ***