Prie GS: Menemukan Makna Hidup yang Hakiki dan Penuh Warna

Saya atau mugkin juga anda dan kita semua, mengagumi Pak Prie sebagai budayawan yang memiliki kecerdasan luar biasa.  Kelakarnya yang penuh makna dan perenungan yang seolah-olah mengingatkan kita dengan sangat halus, bahwa hidup walaupun banyak masalah tetap bisa ditertawakan. Atau, hidup yang penuh lika-liku dalam perjalanannya tetap bisa dinikmati, sesekali beristirahat dulu untuk menarik napas panjang.

Saya tidak terlalu mengenal jauh soal beliau. Melalui buku karyanyalah saya memahami beliau dengan kehidupannya yang dinamis dan mudah menyesuaikan diri dengan keadaan. Tidak mudah memang menemukan buku-buku Prie GS di Pasaran, karena buku-bukunya tidak lagi diterbitkan di toko buku manapun. Sedang saya memperoleh buku tersebut melalui toko resmi keluarga Pak Prie yang masih menyimpan dan menjual karya-karya itu.

Buku itu berjudul “Hidup Bukan Hanya Urusan Perut” yang tidak lama ini saya rampungkan. Jeli, atau bahkan menghenyak sanubari pembaca. Terasa betul kita diombang-ambing oleh pemikiran sang penulis dengan bahasanya yang sederhana namun sarat akan makna kehidupan.

“Salah paham terparah adalah salah paham terhadap diri sendiri.” Begitu kira-kira salah satu kalimat bukan fatwa dari beliau. Kalimat ringkas namun penuh makna yang mendalam.

Ialah benar, bila hidup bukan hanya urusan perut belaka. Ada banyak hal yang harus diperhatikan, bukan hanya sibuk memikirkan hari ini makan apa, besok makan dimana, bersama siapa dan seterusnya.

Tampil dalam bahasa keseharian dan contoh yang tidak terpikirkan sebelumnya, saya membaca buku ini berulang-ulang, kadang penuh canda dalam keseriusan, kadang benar-benar menampar diri dengan kejadian yang biasa dihadapi.

Baca juga:  Kisah Gus Dur dan Isu Sektarianisme Era Orba

Jargon “Hidup Bukan Hanya Urusan Perut” ini tampaknya mengena bagi sebagian besar manusia modern yang terjebak dalam rutinitas kerja majemuk dan aktivitas yang itu-itu saja.

Sudah saatnya bagi kita untuk membuka mata lebar-lebar, melihat lingkungan sekitar, merenunginya, dan sekaligus menikmatinya.

Buku ini mengajak kita untuk menyelami makna kehidupan dari hal-hal sederhana yang kadang luput dari pengamatan kita. Apapun dalam hidup ini bisa memberi pembelajaran. Anak-anak, keluarga, diri sendiri, bahkan nyamuk dan ayam jago ternyata bisa membantu kita menemukan makna hidup yang hakiki dan penuh makna.

Buku ini hadir dengan sejumlah cerita yang kurang lebih ada 99 judul cerita. Diantaranya menyangkut pembelajaran dalam kehidupan keluarga, kehidupan bersosial antar tetangga, teman, lingkungan, hewan, agama, dan tentunya juga negara. Dalam setiap cerita beliau menempatkaan diri sebagai tokoh utama yang seringnya menjadi ‘korban’ dari keadaan sekitar. Kemudian direnungi untuk disimpulkan menjadi sebuah pembelajaran hidup.

Pak Prie memiliki kemampuan mengupas segala sendi kehidupan dengan pas, menertawai ketidakmampuan manusia untuk mengubah idealisme.

Seperti yang dipesankan beliau bahwa kita perlu kiranya mengontrol diri utamanya terhadap hal-hal yang teramat membuat kita jatuh cinta dan membenci. Tulisan berjudul “Ada Nyamuk Berpelukan”, menggelegakkan pikiran kita  yang terlena, dan bahkan mengusik benak dalam berbagai kisaran makna yang tersirat.

Baca juga:  Wajah yang Haram Ditampakkan

Dalam tulisan tersebut kita diajak belajar dari nyamuk yang sedang kalut dengan emosinya. Betapa nyamuk kehilangan kendali atas tubuhnya sendiri dengan pola terbangnya yang acak tak beraturan. Di udara, nyamuk ini bisa saja lupa berhitung betapa mudah ia kena tepuk oleh manusia.

“Satu saja alasan mengapa nyamuk ini bertindak sedemikian bodoh, yakni karena ia sedang berpelukan dengan yang lainnya. saya tak tahu persis apakah nyamuk ini sedang kawin atau malah berantem. Tapi, mau kawin atau berantem, keadaannya akan sama saja: nyamuk ini pasti sedang lupa diri.” (hlm. 11)

Demikian juga manusia, sering lupa diri karena terlanjur kalut dengan emosinya, perasaannya sendiri. Puncak emosi itu membuat seseorang menyadari akan hadirnya bahaya, namun juga menganggap remeh terhadap keselamatan dan martabatnya sendiri.  Sebab bercinta dan berkelai sama saja pengaruhnya; membuat manusia lupa.

Di tulisan yang lain, Pak Prie juga berbagi tentang optimisme. Tulisan bertajuk Menuju ke Nekat, berbicara soal optimisme yang dapat mengantarkan kita pada kesuksesan. Sebab kerapkali kesuksesan tampak semu ketika berbenturan dengan ketakberanian kita menghadapi masalah. Atau, kebiasaan kita yang suka mengelak bila masalah-masalah itu datang menghampiri. Kebiasan kita mengelak seperti itulah yang menyebabkan terpupuknya jiwa pesimisme dan lamban menjadi sukses.

Pak Prie pun mengingatkan, betapa orang-orang besar itu terbentuk dari kenekatan yang kuat. Tanpa kenekatan kita gampang tergoda oleh tipu muslihat dunia dan jiwa kita yang ciut itu mudah tergoncang dan rawan jatuh.

Baca juga:  Anak, Buku, Kata-kata Islam, dan Kafir

“saya benar-benar tak dapat menggantungkan kekuatan saya pada kabar baik dan kabar buruk, melainkan pada kenekatan saya sendiri: bahwa saya tidak akan mati hanya karena lapar dan haus sehari, apalagi cuma karena tidak meminum teh panas di pagi hari. Pokoknya, apa pun guncanganya, ketika nekat sudah diputuskan, segalanya menjadi lebih mudah.

Jadi, setiap puasa saya selalu diingatkan akan pentingnya  kenekatan, karena hampir semua orang besar adalah orang-orang nekat.” (hlm.41)

Sejauh apapun kita hendak menemukan hakikat kehidupan, kuncinya adalah bersyukur dan sabar. Syukur terhadap apa yang ada saat ini dan bersabar terhadap proses yang dijalankan sepanjang ini. Hati yang pandai menerima kecukupan akan lebih tenang, dan sedangkan hati yang gemar bercita-cita akan bergairah. Jadi keduanya tak boleh terpisahkan bahkan perlu dijalankan secara berimbang.

Saya kira refleksi seperti inilah yang mengigatkan kita akan kenaifan hidup yang kita jalani sejauh ini. belajar dari kisah-kisah Pak Prie, sejenak membebaskan diri dari beban berat yang tanpa sadar selama ini kita bawa keman-mana tanpa tahu arah jeluntrungnya.

Identitas Buku

Judul: Hidup Bukan Hanya Urusan Perut

Penulis: Prie GS

Tebal: xxii+348 halaman

Terbit: Cet. I, Maret 2017

Penerbit: Cipta Prima Nusantara

ISBN: 978-602-6589-12-5             

https://alif.id/read/acd/prie-gs-menemukan-makna-hidup-yang-hakiki-dan-penuh-warna-b247667p/