Oleh: Basith Junaedy Semua pasti sepakat bahwa ajal tidak akan pernah bisa ditebak kapan datangnya. Siapa pun pasti akan menemui “har…
Oleh: Basith Junaedy
Semua pasti sepakat bahwa ajal tidak akan pernah bisa ditebak kapan datangnya. Siapa pun pasti akan menemui “hari sakral itu”. Tak terkecuali Prof. Dr. KH Sahid yang menurut penuturan keponakannya, Prof. Sahid “kapundut” saat sedang membuka laptop di kediamannya yang beralamatkan Tambak Wedi, Kenjeran, Surabaya.
Awal perkenalan saya dengan Prof. Sahid adalah ketika beliau mengajak untuk bergabung dalam organisasi (kelompok diskusi) yang didirikannya bernama PUSETA.
Sebuah kelompok diskusi yang terdiri dari lintas agama; Islam,Kristen dan Katolik. Tujuannya adalah untuk menggalang dialog dengan lintas agama untuk menemukan titik kesepahaman sehingga tercipta kedamaian dan persahabatan.
Pada waktu itu, ada juga ustad Saoki dan Doktor Hasan Ubaidillah yang sekarang khidmah di MUI Jawa timur dan juga di PWNU Jatim.
Prof Sahid adalah sosok aktifis yang sangat dinamis, selalu bersemangat ketika menyampaikan ide-idenya. Namun beliau selalu bisa menerima jika ada argumentasi yang cukup kuat dari lawan bicaranya. Bahkan beliau tidak segan untuk belajar kepada juniornya dalam beberapa hal, misalnya dakwah virtual.
Ciri khas penyampaian ceramahnya: pelan, logis, menggunakan diksi yang kuat dan menarik. Tak ayal beliau diminta untuk mengisi kajian Islam di radio dan hampir tiap Jumat didaulat sebagai khatib Jum’at.
Prof Sahid mengakui bila sangat mengagumi koleganya, Prof KH. Ali Mashan Musa. Cara ceramah yang digunakan banyak mengadopsi cara ceramah Prof Ali Mashan Musa. Karena itu, Prof Sahid kerap diminta untuk “membadali” ceramah Prof Ali Mashan yang saat itu menjadi ketua PWNU Jawa timur, di daerah daerah seluruh Jawa timur. Dari situ sangat terlihat kemampuan retorika Prof Sahid benar-benar terasah.
Dalam pengabdiannya di NU, Prof Sahid pernah dipercaya menjadi ketua LTNU PWNU Jatim, bahkan hingga saat ini beliau dalam struktur LTN sebagai Dewan Penasihat. Selain itu beliau juga pernah diamanahi sebagai wakil sekretaris PWNU saat kepemimpinan Prof Ali Mashan Musa.
Dalam karir akademik, Prof Sahid pernah menjabat sebagai Dekan Fakultas Syari’ah Dan Hukum UINSA, kemudian menjadi kepala LP2M UINSA hingga kapundut kemarin. Beliau juga pernah menjabat mantan ketua IKAPETE Tebuireng.
Salah satu prestasi yang ditorehkan Prof. Sahid selama menjadi Dekan adalah menjalin kerjasama dengan pihak luar. Tercatat, beliau pernah kerjasama dengan KY komisi Yudisial. Bahkan dengan kerjasamanya itu Fakultas Syari’ah dan Hukum bisa menyelenggarakan kegiatan pendampingan mahasiswa, sehingga banyak sekali Mahasiswa-mahasiswi alumni pendampingan ini yang hebat dalam ilmu hukum dan praktik hukum. Pendampingan ini diisi oleh para petinggi dari KY Jakarta.
Tercatat beberapa kali mahasiswa Fakultas Syari’ah menjuarai juara 1, 2 , 3 di beberapa lomba yang diadakan oleh KY maupun lembaga hukum lainnya. Semua itu juga tidak terlepas dari tangan dingin wakil Dekan saat itu yang merupakan Pakar Hukum Tata Negara, yaitu Doktor Sri Warjiyati, dan juga Wakil Dekan 1, Prof. Dr. H. Abu Azam Al Hadi, serta Wakil Dekan 2 Ustadz Ahmad Yasin.
Saat menjadi Dekan, Prof Sahid, berniat membuat pesantren Tahfidzul Qur’an, dan alhamdulillah, pesantren itu telah berdiri dan diberi nama Pesantren Asy-Syahadah, yang diambil dari nama beliau sendiri.
Prof Sahid selalu bersyukur bahwa prestasi santri-santri pesantren Tahfidzul Qur’an Asy-syahadah cukup membanggakan, baik tahfidnya maupun baca kitab kuningnya.
Selama menjadi kepala LP2M beliau tetap bisa fokus mengurus dan menangani pesantrennya. Beliau juga sudah menyiapkan penerusnya yaitu putranya sudah dipondokkan di pesantren Tahfiz Al-Qur’an Kiai Yaqin Jombang dan alhamdulillah, putranya sekarang sudah menjadi hafiz al-Quran.
Kini Prof. Sahid sampun kapundut, terlepas apa pun penyebabnya, semua itu telah ditetapkan oleh Gusti Allah swt. Dalam kesaksian saya, almaghfurlah Prof Sahid adalah orang yang soleh yang layak mendapatkan husnul khotimah dan layak mendapatkan surga-Nya dan ridho-Nya.
Semoga pesantren yang ditinggalkannya tetap bisa istiqomah mencetak para hafidz-hafidzah dan para alim-alimah, dengan bimbingan bu nyai dan putra-putri almagfurlah Prof. Sahid dan para asatidznya.
Khususon Prof Sahid, lahul fatihah.
______________
Sedatigede, 26 September 2021
https://www.halaqoh.net/2021/09/profesor-doktor-sahid-yang-saya-kenal.html