Laduni.ID, Jakarta – Tidak ada keraguan bahwa Rajab adalah salah satu di antara bulan-bulan mulia, Asyhur Al-Hurum, sebagaimana dijelaskan dalam banyak Hadis shahih. Di antaranya adalah riwayat dari Abu Bakrah bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda:
إِنَّ الزَّمَانَ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ اللَّهُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ثَلاَثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ وَرَجَبُ شَهْرُ مُضَرَ الَّذِى بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ
“Sesungguhnya masa berputar seperti keadaan Allah menciptakan langit dan bumi. Setahun ada 12 bulan. Diantaranya ada 4 bulan yang mulia. 3 bulan mulia secara berurutan yakni Dzulqo’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab bulan kabilah Mudlar yang terletak antara Jumada dan Sya’ban.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Seputar Puasa Rajab
Hadis yang berkaitan dengan puasa di bulan-bulan mulia, Asyhur Al-Hurum, dinilai dho’if oleh para ulama. Imam Nawawi berkata:
وَلَمْ يَثْبُت فِي صَوْم رَجَب نَهْيٌ وَلَا نَدْبٌ لِعَيْنِهِ ، وَلَكِنَّ أَصْلَ الصَّوْمِ مَنْدُوبٌ إِلَيْهِ ، وَفِي سُنَن أَبِي دَاوُدَ أَنَّ رَسُول اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَدَبَ إِلَى الصَّوْم مِنْ الْأَشْهُر الْحُرُم ، وَرَجَب أَحَدهَا . وَاَللَّهُ أَعْلَمُ . (شرح النووي على مسلم – ج 4 / ص 167)
“Tidak ada anjuran secara khusus untuk puasa di bulan tersebut. Tetapi Rajab sama dengan bulan yang lainnya. Namun sebenarnya hakikat puasa adalah sunah. Di dalam Sunan Abi Dawud dijelaskan bahwa Rasulullah SAW menganjurkan puasa di bulan-bulan Haram (bulan mulia), dan Rajab adalah salah satunya.” (Imam An-Nawawi, Syarah Muslim, jilid 4, hlm. 167)
Walaupun demikian, bila dikaji lebih dalam akan didapati bahwa empat Mazhab Ahlussunah wal Jamaah tetap menganjurkan puasa di bulan Rajab. Berikut di antara penjelasannya:
Mazhab Hanafi
لِأَنَّ صَوْمَ رَجَبَ كَانَ مَشْرُوعًا
“Puasa Rajab adalah disyariatkan.” (Abu Bakar As-Sarakhsi, Al-Mabsut, jilid 4, hlm. 7)
Mazhab Maliki
وَنُدِبَ صَوْمُ بَقِيَّةِ الْمُحَرَّمِ وَصَوْمُ رَجَبٍ وَشَعْبَانَ وَنُدِبَ صَوْمُ يَوْمِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ
“Disunahkan puasa di bulan-bulan mulia, puasa bulan Rajab, Sya’ban dan puasa di pertengahan Sya’ban.” (Syaikh As-Shawi, Hasyiyah As-Shawi ‘ala As-Syarh As-Shaghir, jilid 3, hlm. 251)
Mazhab Syafi’i
قِيْلَ: وَمِنَ الْبِدَعِ صَوْمُ رَجَبَ، وَلَيْسَ كَذَلِكَ بَلْ هُوَ سُنَّةٌ فَاضِلَةٌ، كَمَا بَيَّنْتُهُ فِي الْفَتَاوِي وَبَسَطْتُ الْكَلَامَ عَلَيْهِ
“Dikatakan bahwa puasa Rajab adalah bid’ah, maka itu tidak benar, bahkan suatu kesunnahan yang utama, sebagaimana saya jabarkan dalam Kitab Al-Fatawi karya Ibnu Hajar Al-Haitami.” (Syaikh Abu Bakar Ad-Dimyathi, I’anatut Thalibin, jilid 1, hlm. 313)
Mazhab Hambali
قَالَ فِي الْفُرُوعِ : لَمْ يَذْكُرْ أَكْثَرُ الْأَصْحَابِ اسْتِحْبَابَ صَوْمِ رَجَبٍ وَشَعْبَانَ . وَاسْتَحْسَنَهُ ابْنُ أَبِي مُوسَى فِي الْإِرْشَادِ . قَالَ ابْنُ الْجَوْزِيِّ فِي كِتَابِ أَسْبَابِ الْهِدَايَةِ : يُسْتَحَبُّ صَوْمُ الْأَشْهُرِ الْحُرُمِ وَشَعْبَانَ كُلِّهِ ، وَهُوَ ظَاهِرُ مَا ذَكَرَهُ الْمَجْدُ فِي الْأَشْهُرِ الْحُرُمِ
“Ibnu Muflih berkata dalam Kitab Al-Furu’: ‘Kebanyakan ulama Hanbali tidak menyebutkan kesunnahan puasa bulan Rajab dan Sya’ban.’ Sedangkan Syaikh Ibnu Abi Musa dalam kitabnya Al-Irsyad menilainya sebagai sesuatu yang bagus. Ibnu Al-Jauzi berkata dalam Kitab Asbab Al-Hidayah: ‘Dianjurkan berpuasa di bulan-bulan mulia dan bulan Sya’ban keseluruhannya.’ Ini adalah pendapat yang disebutkan oleh Al-Majdu tentang bulan-bulan mulia,” (Syaikh Ali bin Sulaiman Al-Marwadi, Al-Inshaf, jilid 5, hlm. 500)
Demikian penjelasan seputar puasa bulan Rajab menurut empat Mazhab. Semoga bermanfaat. []
Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 16 Februari 2021. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.
___________
Penulis: Ustadz Ma’ruf Khozin
Editor: Hakim
https://www.laduni.id/post/read/71009/puasa-rajab-menurut-empat-mazhab.html