Qurban dan Kelekatan Sosial di Tengah Pandemi

Qurban
dan Kelekatan Sosial di Tengah Pandemi

Khutbah
Pertama

الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر
الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر

اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ
وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ اِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ
اَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ اَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ
يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ
لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ
عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ءَالِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ
الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ : اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَ اللهِ
وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ:
يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ
اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْن

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

        Di
tengah situasi pandemi saat ini kita harus memiliki hubungan sosial yang baik
dengan keluarga, saudara, tetangga maupun karib kerabat lainnya. Sebagai
makhluk sosial, manusia harus hidup bermasyarakat dengan saling memberi manfaat
antara satu dengan lainnya. Jika tidak, maka kita akan ditimpa kehinaan dan
keresahan dimana pun kita berada. Hal ini ditegaskan dalam firman Allah :

ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ ٱلذِّلَّةُ أَيْنَ مَا ثُقِفُوٓا۟
إِلَّا بِحَبْلٍ مِّنَ ٱللَّهِ وَحَبْلٍ مِّنَ ٱلنَّاسِ

        “Mereka
ditimpa kehinaan dimana saja berada, kecuali jika mereka menjalin hubungan baik
kepada Allah dan menjalin hubungan baik kepada manusia (QS. Ali-Imran : 112)

        Dengan
kata lain, manusia adalah makhluk sosial yang harus bergaul dan bermasyarakat,
hidup berdampingan dengan sesama, bahu membahu, tolong menolong dan bahkan
saling mensejahterakan.

        Di
tengah pandemi Covid-19 ini, masyarakat merasakan dampak sosial dan ekonomi
yang dahsyat. KDRT meningkat, kriminalitas merajalela, dan keuangan pun sangat
bermasalah. Jangankan beli paket data untuk anaknya yang sekolah online, untuk
makan keseharian pun mereka kepayahan. Banyak juga anggota keluarga, karib
kerabat dan tetangga kita dirundung kesusahan, dan serba sendirian menghadapi
cobaan. Al-hasil, kita pun merasa hidup terasing di tengah kerumunan banyak
orang. Sungguh memprihatinkan.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah 

Di tengah kehidupan bermasyarakat
dibutuhkan kelekatan sosial yang bisa saling mengisi, berbagi dan melengkapi
satu sama lain. Berdiri sama tinggi, duduk sama rendah, cepat kaki, ringan
tangan, ringan sama dijinjing berat sama dipikul adalah pribahasa-pribahasa
yang menggambarkan pentingnya kelekatan sosial. Dalam Islam, kelekatan sosial
ini dikenal dengan kata qaraba (dekat) yang kemudian diserap dalam bahasa
Indonesia menjadi akrab, karib dan kerabat yang menunjukkan kedekatan yang
istimewa. Seperti termaktub dalam QS An-Nahl ayat 90,

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ
وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى

        “Sesungguhnya
Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan
kepada kerabat”.

        Menurut
Muhammad bin ‘Ali bin Muhammad Asy-Syaukani dalam Kitab Fath al-Qadir hal. 798,
ayat ini mengandung petunjuk tentang wajibnya seseorang untuk memberi bantuan
kepada kerabatnya sebagaimana Allah SWT menyuruh untuk menegakkan keadilan dan
berbuat kebajikan. Untuk menciptakan kelekatan sosial ini, ibadah qurban
menjadi sarana ampuh untuk mewujudkannya baik untuk mendekatkan diri kepada
Allah (taqarub ilallah) maupun  kedekatan
kepada manusia (taqarub ilannas). Sehingga ibadah qurban mengandung dua dimensi
yakni dimensi spiritual-transendental sebagai konsekwensi dari kepatuhan kepada
Allah dan dimensi sosial humanis yang nampak dalam pola pendistribusian hewan qurban
untuk mereka yang berhak (mustahiq).

        Sementara
untuk mewujudkan kelekatan sosial melalui ibadah qurban ini, ada tiga hal yang
dapat dilakukan yakni pertama peduli sesama dalam bentuk berbagi
daging qurban, kedua 
memberikan pesan dan harapan yang tinggi dengan menyebarkan syiar Islam
dan ajakan untuk berqurban, dan ketiga memberikan kesempatan
untuk berpartisipasi dan berkontribusi melalui sinergi kepanitiaan dan
partisipasi aktif dalam meraih pahala dan fadhilah qurban.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

        Penyembelihan
hewan qurban merupakan simbol pendekatan spiritual seorang hamba kepada
Tuhannya dan sekaligus pendekatan sosial kemanusiaan dengan sesamanya.
Pemaknaan seperti inilah yang memberikan spirit dari esensi yang akan menemukan
relevansinya dengan kondisi yang sulit seperti sekarang ini. Secara sosiologis
antropologis, ketaatan dan ketulusan Nabi Ibrahim melaksanakan perintah Allah
untuk mengurbankan anaknya merupakan simbol keteladanan sosial paling tinggi
walaupun akhirnya Nabi Ismail as diganti dengan hewan sembelihan. 

Penggantian qurban manusia dengan
hewan ini sendiri merupakan apresiasi dan aktualisasi janji Allah untuk memberi
balasan yang terbaik pada orang yang bertakwa dan berbuat baik. Allah
berfirman:

وَفَدَيْنَٰهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ . وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ
فِى ٱلْءَاخِرِينَ . سَلَٰمٌ عَلَىٰ
ٓ
إِبْرَٰهِيمَ .كَذَٰلِكَ نَجْزِى ٱلْمُحْسِنِينَ .إِنَّهُ
ۥ
مِنْ عِبَادِنَا ٱلْمُؤْمِنِينَ

        “Dan
Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk
Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian,
(yaitu) “Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim”. Demikianlah Kami
memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ia termasuk
hamba-hamba Kami yang beriman”. (QS. As-Shaffat: 107-111)

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

        Dalam
perspektif lain, ibadah qurban juga menegaskan bahwa ajaran Islam ingin
menyelamatkan manusia dari tradisi yang tidak menghargai manusia dan
kemanusiaan. Ibadah qurban juga bertujuan menghilangkan sifat buruk binatang
yang terkadang muncul pada manusia diganti dengan sifat saling menyayangi
dengan wujud saling berbagi. Dalam konteks ini, ibadah qurban menjadi simbol
perlawanan terhadap setan dan hawa nafsu (sifat-sifat kebinatangan), yang hadir
lewat sikap menzalimi demi menghalalkan segala cara.

        Nilai-nilai
yang dapat disikapi dari ritual qurban, yaitu pembelajaran ketika Allah
menggantikan Nabi Ismail dengan seekor hewan, tersirat makna agar manusia tidak
lagi menginjak-injak harkat dan derajat manusia dan kemanusiaan.

        Perintah
qurban haruslah bertransformasi ke ranah kehidupan yang lebih luas. Ibadah qurban
tidak akan menemui esensinya jika hanya dipahami sebagai ibadah ritual tahunan
saat menjelang Idul adha saja tanpa menumbuhkan semangat rela berkorban untuk
mensyiarkan agama Allah. Sehingga apapun bentuknya, sebuah pengorbanan, baik
berupa harta, ilmu, pikiran dan tenaga yang dapat memberikan manfaat untuk
orang lain jika dilakukan dengan kesungguhan hati dan keikhlasan semata karena
Allah dapat mengantarkan seseorang menjadi lebih dekat kepada Tuhannya. Ibadah qurban
tidak hanya dituntut untuk menjaga ketaatan secara individual kepada Allah,
tetapi juga dituntut menghadirkan kemanfaatan bagi sesama. Rasulullah saw
bersabda :

خيرالناس انفعهم للناس

        “Sebaik-baik
manusia diantaramu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain.” (HR.
Bukhari) 

Semoga qurban di tengah pandemi
ini, memberikan pelajaran berharga untuk kita semua. Mari maksimalkan syiar qurban
di lingkungan kita dan rajutlah jala ukhuwah dengan saling mengakrabkan satu
dengan lainnya. Dengan keakraban dan kelekatan sosial inilah kita bisa saling
tolong menolong dan meringankan beban penderitaan kita. Kiranya kita tetap
dalam lindungan Allah agar terhindar dari virus Corona. Amin ya rabbal alamin

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ.
وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ
مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا
اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْم

 

Khutbah
Kedua

 اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ
اَكْبَرْ (4×) اللهُ اَكْبَرْ كبيرا وَاْلحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً
وَ أَصْيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ اللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَللهِ اْلحَمْدُ

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ
لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ
اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا
كِثيْرًا أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ
وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ
فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ
اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا
صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ
وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ
عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ
وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ
بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا
أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ
وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ
أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ
وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيْنَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ
مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ
إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ
وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا
وَمَا بَطَنَ (وَنَخُصُّ خُصُوْصًا قُوْرُوْنَا) عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا
خآصَّةً وَ عَنْ سَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ
اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ
حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ
تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.

عِبَادَاللهِ
! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ
وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ
نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَر. واللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ

Jika menghendaki
File PDF Khutbah Bisa klik di bawah ini :

DOWNLOAD FILE KHUTBAH KLIK DI SINI

 HALAMAN

 

https://www.potretsantri.com/2021/07/qurban-dan-kelekatan-sosial-di-tengah.html