Muslimoderat.net – Pada suatu hari ada beberapa orang utusan dari Sultan Harun Al-Rasyid datang menemui Abu Nawas. Istana menginginkan Abu Nawas hadir untuk menanyakan kenapa dia menolak perintah Raja saat akan dijadikan pejabat Qadhi atau hakim istana.
“Hai Abu Nawas kau dipanggil Sultan untuk menghadap ke istana,” kata Wazir utusan Sultan.
“Buat apa sultan memanggilku, aku tidak ada keperluan dengannya,” jawab Abu Nawas enteng.
“Hai Abu Nawas kau tidak boleh berkata seperti itu kepada rajamu,” tegas Wazir.
“Hai wazir, kau jangan banyak cakap. Cepat ambil ini kudaku ini dan mandikan di sungai supaya bersih dan segar,” kata Abu Nawas sambil menyodorkan sebatang pohon pisang yang dijadikan kuda-kudaan. Abu Nawas berkelakuan seperti itu agar dianggap tidak waras sehingga Baginda Raja tidak lagi memaksanya menjadi Qadhi.
Si wazir hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan Abu Nawas. “Abu Nawas kau mau apa tidak menghadap Sultan?” tanya Wazir.
“Katakan kepada rajamu, aku sudah tahu maka aku tidak mau,” kata Abu Nawas.
“Apa maksudnya Abu Nawas?” tanya wazir dengan rasa penasaran.
“Sudah pergi sana, bilang saja begitu kepada rajamu,”
segera Abu Nawas sembari menyaruk debu dan dilempar ke arah si wazir dan teman-temannya. Si wazir segera menyingkir dari halaman rumah Abu Nawas. Mereka laporkan keadaan Abu Nawas yang seperti tidak waras itu kepada Sultan Harun Al-Rasyid. Tapi dengan geram Sultan berkata,
“Kalian bodoh semua, hanya menghadapkan Abu Nawas kemari saja tak becus! Ayo pergi sana ke rumah Abu Nawas lagi, bawa dia kemari dengan suka rela atau pun terpaksa!” (Fathoni)
Sumber; Nu Online
https://www.muslimoderat.net/2021/03/saat-abu-nawas-berpura-pura-gila.html