Mazhab Syafi’i merupakan mazhab terbesar kedua (setelah Mazhab Hanafi) apabila dilihat dari pengikutnya. Jumlahnya mencapai 28% dari seluruh umat Islam di dunia. Pengikutnya tersebar luas di Indonesia, Turki, Irak, Syria, Iran, Mesir, Somalia, Yaman, Thailand, Kamboja, Vietnam, Singapura, Filipina, Sri Lanka dan menjadi mazhab resmi negara Malaysia dan Brunei. Mazhab Syafi’i didirikan oleh Imam Syafi’i dan disebarluaskan oleh murid-muridnya.
Di Indonesia, terutama di pesantren salaf, para santri diajarkan fikih Mazhab Syafi’i secara step by step. Mulai dari tingkatan mubtadi’ (dasar) sampai derajat muntahi (tinggi). Tak heran, para santri pasti mengenal sejumlah ulama-ulama besar dalam Mazhab Syafi’i, seperti an-Nawawi, ar-Rofi’I, Ibnu Hajar al-Haitami, ar-Romli, as-Suyuthi, Zakariya al-Anshari, al-Juwaini, al-Ghozali, Khotib as-Syirbini, dan lain sebagainya.
Akan tetapi, kebanyakan para santri (sepanjang pengamatan penulis) malah kurang akrab dengan para ulama yang pernah ngangsu kaweruh (berguru) secara langsung kepada Imam Syafi’i atau bisa dikatakan sebagai anak-anak ideologis sang Imam, padahal mereka inilah yang mempunyai andil paling besar dalam menyebarkan dan mengodifikasikan pendangan-pandangan Imam Syafi’i. Baik nantinya sang murid tetap bertahan mengikuti mazhab sang guru ataupun membuat mazhab baru yang sesuai jalur ijtihadnya sendiri.
Oleh karena itu, di dalam sajian khusus kali ini, penulis akan mempersembahkan (kok jadi kayak iklan TV ya!) empat kisah ulama yang pernah menimba ilmu kepada Imam Syafi’i. Mereka adalah ulama yang berperan sangat besar dalam perkembangan ilmu fikih secara umum dan Mazhab Syafi’i khususnya.
Tulisan ini diawali dengan kisah Ahmad bin Hanbal, anak didik Imam Syafi’i pendiri Mazhab Hanabilah. Lalu Abu Tsaur, ulama yang bermazhab Hanafi sebelum bertemu sang guru. Keduanya mempunyai kontribusi besar dalam menyebarkan Qoul Qodim (pendapat Imam Syafi’i sebelum hijrah ke Mesir). Kemudian ada kisah al-Muzanni, sang pembela Mazhab Syafi’i dan terakhir Rabi’ al-Murodi, muazin dan khadim kesukaan sang Imam. Kedua nama terakhir adalah murid Imam Syafi’i di Mesir dan ulama terdepan dalam menyebarkan Qoul Jadid (pendapat Imam Syafi’i setelah hijrah ke Mesir).
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada saudara M Jauharil Ma’arif.
Semoga bermanfaat.
https://alif.id/read/redaksi/sajian-khusus-murid-murid-imam-syafii-b243563p/