Manusia disebut Insan, dari kata نسي yg artinya lupa. Karena manusia memang tempat salah dan lupa. (الانسان محل الخطأ والنسيان) Karenanya,…
Manusia disebut Insan, dari kata نسي yg artinya lupa. Karena manusia memang tempat salah dan lupa.
(الانسان محل الخطأ والنسيان)
Karenanya, sibukkan diri dengan mencari, mengoreksi, menasehati dan memperbaiki diri sendiri.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, seorang yg ma’shum (terjaga dari dosa) masih berucap :
إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ، أَنْسَى كَمَا تَنْسَوْنَ، فَإِذَا نَسِيتُ فَذَكِّرُونِي
“Sesungguhnya aku hanyalah manusia seperti kalian. Aku lupa sebagaimana kalian lupa. Oleh karenanya, ingatkanlah aku ketika diriku lupa” [HR. Bukhari].
Begitupun Sayyidina Abu Bakar ra senantiasa menerima usulan atau nasehat Sayyidina Umar, walaupun awalnya bersikukuh dengan pendapatnya, beliau tidak merasa paling benar dengan pendapatnya, sbgmn ungkapannya :
فَلَمْ يَزَلْ عُمَرُ يُرَاجِعُنِي فِيهِ حَتَّى شَرَحَ اللَّهُ لِذَلِكَ صَدْرِي، وَرَأَيْتُ الَّذِي رَأَى عُمَرُ
“Umar senantiasa membujukku untuk mengevaluasi pendapatku dalam permasalahan itu hingga Allah melapangkan hatiku dan akupun berpendapat sebagaimana pendapat Umar” [HR. Bukhari].
Sayyidina Umar ra, ketika mendengar dari sahabat Hudzaifah tentang beberapa nama orang munafik, Umar bin Khatthab mencurigai dan khawatir terhadap dirinya sendiri jika termasuk kedalam golongan munafik, beliaupun bertanya kepada Hudzaifah; “Apakah diriku termasuk kedalam golongan yang disebut oleh Rasulullah ?”
Demikian juga sahabat nabi yg lain, sbgmn diceritakan oleh Ibnu Abi Malikah :
أَدْرَكْتُ ثَلاَثِينَ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، كُلُّهُمْ يَخَافُ النِّفَاقَ عَلَى نَفْسِهِ، مَا مِنْهُمْ أَحَدٌ يَقُولُ: إِنَّهُ عَلَى إِيمَانِ جِبْرِيلَ وَمِيكَائِيلَ
“Aku menjumpai 30 sahabat Nabi shallallahu alaihi wa sallam, semua mengkhawatirkan kemunafikan atas diri mereka. Tidak ada satupun dari mereka yang mengatakan bahwa keimanannya seperti keimanan Jibril dan Mikail” [HR. Bukhari].
Bagaimana dengan kita??? Masihkan kita merasa selalu benar? Sehingga selalu mencela dan menuduh orang lain salah.
فَلَا تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمْ ۖ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَىٰ
Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa. (QS. An-Najm : 32)
Sibukkanlah diri kita dengan mengevaluasi atau mengintropeksi diri sendiri, sbgmn dikatakan sayyidina Umar bin al-Khaththab ra ;
حَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوا، وَتَزَيَّنُوا لِلْعَرْضِ الأَكْبَرِ
“Koreksilah diri kalian sebelum kalian dihisab dan berhiaslah (dengan amal shalih) untuk pagelaran agung (pada hari kiamat kelak)” [HR. Tirmidzi].
Syekh Maimun bin Mihran rahimahullah, jg berkata,
لَا يَكُونُ العَبْدُ تَقِيًّا حَتَّى يُحَاسِبَ نَفْسَهُ كَمَا يُحَاسِبُ شَرِيكَهُ
“Hamba tidak dikatakan bertakwa hingga dia mengoreksi dirinya sebagaimana dia mengoreksi rekannya” [HR. Tirmidzi].
Jangan sibuk mencari dan mengurusi kekurangan orang lain, Imam Muhammad bin Sirrin -rahimahullah- mengingatkan :
” إنَّ أكثر النّـاس خطَـايا أكثرُهُـم ذكـرًا لخطَـايا النّـاس “.
“Sesungguhnya manusia yang paling banyak kekeliruannya adalah manusia yang paling banyak (sering) menyebutkan kekeliruan orang lain “.
( Al-Mujalasatu wa Jawahir Al-Ilmi : 6/86 )
Imam Ibrahim an-Nakha’i rahimahullah mengingatkan tentang akibat yg timbul dari membicarakan aib orang lain ;
إني لأرى الشيء أكرهه، فما يمنعني أن أتكلم فيه إلا مخافة أن أبتلي بمثله.
“Sungguh diriku melihat sesuatu dalam keadaan aku membencinya.
Maka tidak ada yang mencegahku untuk membicarakannya, kecuali aku takut akan ditimpa musibah seperti itu.” [Syu’abul īman lil Baihaqi : 6353]
Imam Hasan al-Bashri rahimahullah juga mengatakan,
كانوا يقولون : من رمى أخاه بذنب قد تاب منه، لم يمت حتى يبتليه الله به.
“Ada (para salaf) dahulu mengatakan:
Barangsiapa yang membuliy saudaranya dengan sebuah dosa yang dia sudah bertaubat,
Maka tidaklah orang itu mati sampai Allah timpakan kepadanya dengan dosa yg serupa.”[Ash-Shamt Libni Abid Dunyā: 170]
Naudzubillah..
اللهم اجعلنا من الذين يستمعون القول فيتبعون أحسنه
اللهم ارزقناکمال متابعة النبی محمد ﷺ
https://www.halaqoh.net/2021/03/sibukkan-diri-mencari-kekurangan.html