Laduni.ID, Jakarta – Jika kesunnahan sahur adalah diakhirkan, tetapi sebaliknya, kesunnahan berbuka puasa justru adalah disegerakan. Dengan sunnah-sunnah itu kita bisa memahami, bahwa Islam itu sangat menghendaki kemudahan bagi para pemeluknya dalam melaksanakan ibadah.
Makan sahur dianjurkan untuk diakhirkan agar energi yang diisi untuk menyiapkan diri berpuasa di pagi hari masih bisa dipakai, dengan begitu puasa bisa dilaksanakan dengan ringan. Kemudian juga dianjurkan untuk menyegerakan berbuka puasa. Tentu dengan berbuka itu energi seseorang bisa terisi sempurna dan dapat kembali normal dalam melakukan aktivitas. Dan khusus di bulan Ramadhan kemudian dilanjutkan untuk melaksanakan ibadah shalat Tarawih. Jadi, jika pola kesunnahan yang ada itu dilakukan dengan tertib, maka tentu ibadah yang diperintahkan itu akan terasa lebih ringan.
Mengenai kesunnahan dalam menyegerakan berbuka, Rasulullah SAW pernah bersabda:
لا يَزَالُ النَّاسُ بخَيْرٍ ما عَجَّلُوا الفِطْرَ
“Manusia akan senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka segera berbuka.” (HR Bukhari-Muslim)
Selain itu, terdapat riwayat Hadis Qudsi yang berbunyi berikut ini:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ أَحَبُّ عِبَادِي إِلَيَّ أَعْجَلُهُمْ فِطْرًا
“Rasulullah SAW bersabda, Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: ‘Hambaku yang paling Aku sukai adalah dia yang selalu menyegerakan berbuka.’” (HR. At-Tirmidzi)
Lalu di dalam berbuka itu juga disunnahkan beberapa hal berikut:
1. Berbuka dengan kurma
Terdapat riwayat yang menerangkan bahwa Rasulullah SAW berbuka dengan kurma, baik kurma muda (ruthob), maupun kurma kering (tamr). Tetapi jika tidak ada kurma, maka beliau berbuka dengan minum air putih. Keterangan ini sebagaimana Hadis berikut:
كان رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليهِ وآلهِ وسلَّمَ يُفطرُ على رطباتٍ قبل أن يصلي فإن لم تكنْ رطباتٍ فتمراتٌ فإن لم تكن تمراتٌ حسا حسواتٍ من ماءٍ
“Rasulullah SAW berbuka sebelum melaksanakan shalat (Maghrib) dengan beberapa butir Ruthob (kurma muda), jika tidak ada ruthob, maka beberapa butir tamr (kurma kering) dan jika tidak ada tamr, maka beliau berbuka dengan beberapa teguk air.” (HR. At-Tirmidzi)
Dalam Hadis lain, Rasulullah SAW bersabda:
إذا أفطَرَ أحدُكم؛ فليُفطِرْ على تَمرٍ، فإنْ لم يَجِدْ تَمرًا، فليُفطِرْ على ماءٍ، فإنَّهُ له طَهورٌ
“Jika seorang dari kalian berbuka, berbukalah dengan kurma karena kurma itu adalah berkah. Jika tidak mendapatkan kurma berbukalah dengan air, sebab air itu suci dan mensucikan.” (HR. At-Timidzi)
2. Membaca doa ketika berbuka
Termasuk salah satu doa yang dikabulkan oleh Allah SWT adalah doanya orang yang berbuka puasa. Hal ini sebagaimana diterangkan di dalam Hadis berikut ini:
ثَلَاثَةٌ لَا تُرَدُّ دَعْوَتُهُمْ الْإِمَامُ الْعَادِلُ وَالصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ يَرْفَعُهَا اللَّهُ دُونَ الْغَمَامِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَتُفْتَحُ لَهَا أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَيَقُولُ بِعِزَّتِي لَأَنْصُرَنَّكِ وَلَوْ بَعْدَ حِينٍ
“Ada tiga orang yang tidak akan ditolak doanya; imam yang adil, orang yang berpuasa hingga berbuka dan doa orang yang teraniaya. Allah akan mengangkatnya di bawah naungan awan pada Hari Kiamat, pintu-pintu langit akan dibukakan untuknya seraya berfirman: ‘Demi keagungan-Ku, sungguh Aku akan menolongmu meski setelah beberapa saat.’” (HR. Ibnu Majah)
Sebagaimana Hadis tersebut, maka sangat dianjurkan untuk berdoa ketika berbuka. Bisa berdoa apa saja yang dikehendakinya. Namun, yang paling utama adalah doa yang dibaca oleh Rasulullah SAW sebagaimana terdapat di dalam Hadis berikut ini:
اللهمَّ لَكَ صُمْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ
“Ya Allah untuk-Mu aku berpuasa dan dengan rizki dari-Mu aku berbuka.” (HR. Abu Dawud)
Kemudian ditambah dengan doa berikut:
ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتِ الْعُرُوْقُ وَثَبَتَ الْأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللهُ
“Telah hilang dahaga, telah basah urat-urat, dan telah ditetapkan pahalanya, insya Allah Ta’ala.” (HR Abu Dawud dan Nasai)
Selain itu, juga bisa membaca doa dari sahabat Abdullah bin Amr berikut ini:
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ بِرَحْمَتِكَ الَّتِيْ وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ أَنْ تَغْفِرَ لِيْ
“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu dengan rahmat-Mu yang mencakup segala sesuatu agar Engkau mengampuniku.” (HR. Ibnu Majah)
3. Memberi makan untuk berbuka kepada orang yang berpuasa
Disunahkan untuk menyediakan makanan berbuka bagi yang berpuasa. Dalam tradisi di Indonesia, hal itu dikenal dengan istilah takjil, yang sebenarnya memang berasal dari bahasa Arab yang berarti bersegera.
Sahabat Zaid bin Khalid Al-Juhani r.a. meriwayatkan sabda Nabi SAW berikut ini:
مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لاَ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا
“Siapa yang memberikan makanan berbuka bagi orang yang berpuasa, maka ia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang berpuasa itu tanpa mengurangi sedikit pun pahalanya.” (HR. At-Tirmdzi)
Sebagian ulama mengatakan, bahwa pahala ini didapatkan walaupun dengan hanya memberikan makanan yang sedikit untuk orang yang berbuka puasa, namun bernilai lebih sempurna jika memberikan makanan yang dapat mengenyangkan.
Dalam Hadis lain diriwayatkan berikut ini:
مَنْ فَطَّرَ فِيْهِ صَائِمًا كَانَ لَهُ مَغْفِرَةٌ لِذُنُوْبِهِ وَعِتْقُ رَقَبَتِهِ مِنَ النَّارِ، وَكَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْتَقِصَ مِنْ أَجْرِهِ شَيْءٌ. قُلْنَا: يَا رَسُوْلَ اللهِ، لَيْسَ كُلُّنَا نَجِدُ مَا نُفَطِّرُ بِهِ الصَّائِمَ، فَقَالَ رَسُوْلُ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: يُعْطِي اللهُ هَذَا الثَّوَابَ مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا عَلَى مِذْقَةِ لَبَنٍ أَوْ تَمْرَةٍ أَوْ شُرْبَةٍ مِنْ مَاءٍ، وَمَنْ أَشْبَعَ صَائِمًا سَقَاهُ الله مِنْ حَوْضِيْ شُرْبَةً لَا يَظْمَأُ حَتَّى يَدْخُلَ الْجَنَّةَ
“‘Siapa yang menyediakan makanan berbuka untuk orang yang berpuasa di dalam bulan Ramadhan, maka itu akan menjadi penghapus dosanya dan pembebasan dari api neraka. Dan ia juga akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang berpuasa itu tanpa dikurangi sedikit pun pahalanya.’ Para sahabat bertanya, ‘Tidak semua dari kita mampu memberikan makanan untuk orang yang berpuasa.’ Maka Rasulullah SAW bersabda: ‘Allah memberikan pahala ini bagi orang yang menyediakan makanan berbuka untuk orang yang berpuasa walau hanya dengan setetes susu, atau sebutir kurma, atau seteguk air. Dan barang siapa mengenyangkan orang yang berbuka puasa, maka Allah akan memberinya minuman dari telagaku yang membuatnya tidak pernah merasa haus, hingga kelak dia masuk surga.’” (HR. Ibnu Khuzaimah)
Pahala memberi makan berbuka bagi orang yang berpuasa sangat istimewa. Karena itu sangat dianjurkan untuk melakukannya. Tetapi dalam melakukan kebiasaan yang sangat istimewa ini harus diusahakan disertai dengan niat yang tulus untuk mengikuti sunnah Nabi SAW, dan bukan hanya sekadar mengikuti trend atau karena dapat giliran diwajibkan oleh takmir masjid belaka.
4. Ketika berbuka di rumah seseorang, maka disunnahkan untuk mendoakan penghuni rumah
Apabila kita berbuka di tempat orang lain, maka disunnahkan agar kita mendoakan kebaikan bagi penghuni rumah yang menghidangkan makanan tersebut. Nabi SAW pernah berbuka di kediaman Sahabat Sa’ad bin Ubadah, lalu beliau berdoa sebagaimana berikut:
أَفْطَرَ عِنْدَكُمُ الصَّائِمُوْنَ وَأَكَلَ طَعَامَكُمُ الْأَبْرَارُ وَصَلَّتْ عَلَيْكُمُ الْمَلَائِكَةُ
“Orang-orang yang berpuasa telah berbuka di tempat kalian, orang-orang yang baik telah memakan makanan kalian, dan semoga malaikat bershalawat kepada kalian.” (HR. Abu Dawud)
Semoga bermanfaat. []
Penulis: Hakim
Editor: Roni
https://www.laduni.id/post/read/525666/sunnah-sunnah-dalam-berbuka-puasa.html