Ulama sepakat bahwa Surat Al-Jinn ini termasuk ke dalam kategori Surat Makiyyah. Keseluruhan ayatnya berjumlah 28 ayat. Berikut adalah paparan mengenai alasan penamaan, munasabah, dan kandungan dari Surat Al-Jinn.
Syekh Wahbah Zuhaili dalam kitab Tafsirul Munir mengatakan bahwa surat ini dinamakan dengan Surat Al-Jinn karena berkaitan dengan keadaan para jin. Yakni ketika pada waktu itu saat mereka mendengar Al-Qur’an, mereka lalu mengimaninya. Kemudian setelah itu mereka juga menjelaskan hubungan mereka dengan manusia, upaya mereka untuk mencuri pendengaran, mereka dilempar dengan bintang yang dibakar dan hal-hal lain mengenai pembicaraan jin yang menakjubkan di mana di antara mereka ada yang Mukmin dan ada juga yang kafir.
Jin, lanjut Syekh Wahbah, adalah suatu alam yang kita tidak bisa melihatnya, tidak ada jalan untuk mengetahuinya, kecuali dengan wahyu Ilahi. Perlu dicatat bahwa penamaan-penamaan surat-surat dalam al-Qur’an, terang Syekh Wahbah, akan membangkitkan analisa dan pemikiran. (Syekh Wahbah bin Musthafa Az-Zuhaili, At-Tafsirul Munir, [Damaskus, Darul Fikr: 1991 M], juz 15, hal. 155).
Munasabah
Menurut Syekh Wahbah, Surat ini mempunyai munasabah (keterkaitan) dengan surat sebelumnya dari dua sisi.
1. Allah swt. dalam surat sebelumnya, yakni surat Nuh berfirman,
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوْا رَبَّكُمْ اِنَّهٗ كَانَ غَفَّارًاۙ ١٠ يُّرْسِلِ السَّمَاۤءَ عَلَيْكُمْ مِّدْرَارًاۙ ١١
Artinya: “Lalu, aku berkata (kepada mereka), “Mohonlah ampun kepada Tuhanmu. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun. (Jika kamu memohon ampun,) niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit kepadamu,” (QS. Nuh: 10-11)
Sementara dalam Surat Jin ini, Allah berfirman kepada orang-orang kafir Makkah,
وَّاَنْ لَّوِ اسْتَقَامُوْا عَلَى الطَّرِيْقَةِ لَاَسْقَيْنٰهُمْ مَّاۤءً غَدَقًاۙ ١٦
Artinya: “Seandainya mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), niscaya Kami akan mencurahkan air yang banyak (rezeki yang cukup).” (QS. Jin: 16)
2. Allah menyebutkan dalam kedua surat ini (Surat Nuh dan Surat Jin), suatu hal yang berkaitan dengan langit, sebagaimana Dia menyebutkan juga azab bagi orang-orang yang membangkang dalam kedua surat tersebut.
Allah berfirman dalam Surat Nuh,
اَلَمْ تَرَوْا كَيْفَ خَلَقَ اللّٰهُ سَبْعَ سَمٰوٰتٍ طِبَاقًاۙ ١٥
Artinya: “Tidakkah kamu memperhatikan bagaimana Allah telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis?” (QS. Nuh: 15)
Sementara di Surat Jinn ini, Allah berfirman,
وَّاَنَّا لَمَسْنَا السَّمَاۤءَ فَوَجَدْنٰهَا مُلِئَتْ حَرَسًا شَدِيْدًا وَّشُهُبًاۖ ٨
Artinya: “(Jin berkata lagi,) “Sesungguhnya kami (jin) telah mencoba mengetahui (rahasia) langit. Maka, kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api.” (QS. Jin: 8)
Selain itu, pada surat terdahulu (Surat Nuh), Allah berfirman,
مِمَّا خَطِيْۤـٰٔتِهِمْ اُغْرِقُوْا فَاُدْخِلُوْا نَارًا ەۙ فَلَمْ يَجِدُوْا لَهُمْ مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ اَنْصَارًا ٢٥
Artinya: “Disebabkan kesalahan-kesalahan mereka, mereka ditenggelamkan, lalu dimasukkan ke neraka. Mereka tidak mendapat penolong selain Allah.” (QS. Nuh: 25)
Sementara di Surat Al-Jinn ini Allah berfirman,
وَمَنْ يَّعْصِ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ فَاِنَّ لَهٗ نَارَ جَهَنَّمَ خٰلِدِيْنَ فِيْهَآ اَبَدًاۗ ٢٣
Artinya: “Siapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya sesungguhnya akan mendapat (azab) neraka Jahanam. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.” (QS. Jin: 23) (Syekh Wahbah bin Musthafa Az-Zuhaili, At-Tafsirul Munir, [Damaskus, Darul Fikr: 1991 M], juz 15, hal. 155).
Kandungan Pokok Surat Jin
Menurut Syekh Wahbah dalam Tafsirul Munir-nya, ada dua tema penting dalam surat ini, yaitu kabar mengenai hakikat-hakikat yang berkaitan dengan jin dan arahan-arahan kepada Nabi dalam penyampaian dakwah kepada manusia.
Surat ini dimulai dengan kabar mengenai imannya sekelompok jin terhadap Al-Qur’an ketika mereka mendengar bacaan Nabi dalam shalatnya di Mina setelah kembali dari Thaif menjelang Isra’ dan Mi’raj.
قُلْ اُوْحِيَ اِلَيَّ اَنَّهُ اسْتَمَعَ نَفَرٌ مِّنَ الْجِنِّ فَقَالُوْٓا اِنَّا سَمِعْنَا قُرْاٰنًا عَجَبًاۙ ١ يَّهْدِيْٓ اِلَى الرُّشْدِ فَاٰمَنَّا بِهٖۗ وَلَنْ نُّشْرِكَ بِرَبِّنَآ اَحَدًاۖ ٢
Artinya: “Katakanlah (Nabi Muhammad), “Telah diwahyukan kepadaku bahwa sekumpulan jin telah mendengarkan (Al-Qur’an yang kubaca).” Lalu, mereka berkata, “Kami telah mendengarkan bacaan yang menakjubkan, yang memberi petunjuk kepada kebenaran, sehingga kami pun beriman padanya dan tidak akan mempersekutukan sesuatu pun dengan Tuhan kami.” (QS. Jin: 1-2)
Al-Qur’an, sebagaimana sekelompok jin katakan dalam ayat tersebut, adalah kitab yang bisa memberi petunjuk pada jalan kebenaran.
Kemudian, surat ini menjelaskan pengagungan mereka terhadap Allah swt, hanya beribadah kepada-Nya, penyucian mereka kepada Allah dari beristri dan beranak, menghapus anggapan bahwa Allah memiliki anak dan hubungan jin dengan manusia.
وَّاَنَّهٗ تَعٰلٰى جَدُّ رَبِّنَا مَا اتَّخَذَ صَاحِبَةً وَّلَا وَلَدًاۖ ٣ وَّاَنَّهٗ كَانَ يَقُوْلُ سَفِيْهُنَا عَلَى اللّٰهِ شَطَطًاۖ ٤ وَّاَنَّا ظَنَنَّآ اَنْ لَّنْ تَقُوْلَ الْاِنْسُ وَالْجِنُّ عَلَى اللّٰهِ كَذِبًاۙ ٥ وَّاَنَّهٗ كَانَ رِجَالٌ مِّنَ الْاِنْسِ يَعُوْذُوْنَ بِرِجَالٍ مِّنَ الْجِنِّ فَزَادُوْهُمْ رَهَقًاۖ ٦ وَّاَنَّهُمْ ظَنُّوْا كَمَا ظَنَنْتُمْ اَنْ لَّنْ يَّبْعَثَ اللّٰهُ اَحَدًاۖ ٧
Artinya: “Sesungguhnya Maha Tinggi keagungan Tuhan kami. Dia tidak beristri dan tidak (pula) beranak. Sesungguhnya orang yang bodoh di antara kami selalu mengucapkan (perkataan) yang melampaui batas terhadap Allah. Sesungguhnya kami mengira bahwa manusia dan jin itu tidak akan mengatakan perkataan yang dusta terhadap Allah.” Sesungguhnya ada beberapa orang laki-laki dari (kalangan) manusia yang meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki dari (kalangan) jin sehingga mereka (jin) menjadikan mereka (manusia) bertambah sesat. Sesungguhnya mereka (jin) mengira sebagaimana kamu (orang musyrik Makkah) mengira bahwa Allah tidak akan membangkitkan kembali siapa pun (pada hari Kiamat).” (QS. Jin: 3-7)
Dilanjutkan dengan kabar mengenai upaya jin untuk mencuri pendengaran dari langit guna mengetahui kabar alam atas. Mereka terhalangi untuk mencapai langit karena penjagaan malaikat. Mereka dibakar dengan panah-panah api setelah Nabi Muhammad saw diutus, kekaguman mereka mengenai berita langit ini, pertanyaan mereka apakah ini dimaksudkan dengan pengazaban penduduk bumi. (dijelaskan dalam Surat Al-Jinn ayat 8-10)
Setelah itu, jin menjelaskan bahwa mereka terbagi menjadi dua kelompok, Mukmin dan kafir, kabar gembira kepada orang-orang Mukmin berupa kebaikan dan keagungan dunia dan akhirat, peringatan keras terhadap orang-orang kafir yang berpaling dari petunjuk Allah dan kitab-Nya dengan azab yang besar. (dijelaskan dalam Surat Jin ayat 11-18).
Mereka juga menyifati bagaimana mereka berkumpul di sekeliling Nabi ketika mereka mendengar beliau saw membaca Al-Qur’an,
وَّاَنَّهٗ لَمَّا قَامَ عَبْدُ اللّٰهِ يَدْعُوْهُ كَادُوْا يَكُوْنُوْنَ عَلَيْهِ لِبَدًاۗࣖ ١٩
Artinya: “Sesungguhnya ketika hamba Allah (Nabi Muhammad) berdiri menyembah-Nya (melaksanakan salat), mereka (jin-jin) itu berdesakan mengerumuninya.” (QS. Jin: 19)
Adapun tema kedua dari surat ini mencakup arahan-arahan kepada Nabi saw, yakni perintah untuk menyampaikan dakwah kepada manusia, ikhlas beramal karena Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan apa pun, memberitahukan bahwa Nabi tidak memiliki manfaat atau bahaya untuk dirinya sendiri. Dia tidak bisa diselamatkan oleh siapa pun dari hukuman Allah jika dia membangkang-Nya, dan bahwasanya dia tidak mengetahui waktu datangnya azab. (dijelaskan dalam Surat Jin ayat 20-25).
Surat ini diakhiri dengan penjelasan bahwa hanya Allah swt saja yang mengetahui ilmu gaib, pengetahuan-Nya akan semua yang ada pada makhluk serta penghitungan jumlah mereka. (dijelaskan dalam Surat Jin ayat 26-28). (Syekh Wahbah bin Musthafa Az-Zuhaili, At-Tafsirul Munir, [Damaskus, Darul Fikr: 1991 M], juz 15, hal. 156-157). Wallahu a’lam.
M. Ryan Romadhon, Alumnus Ma’had Aly Al-Iman Bulus Purworejo, Jawa Tengah
https://islam.nu.or.id/tafsir/surat-al-jinn-alasan-penamaan-munasabah-dan-kandungannya-fl0tv