Laduni.id, Jakarta – Khalifah Utsman bin Affan meninggal dunia karena pembunuhan pada tahun 35 Hijriah atau sekitar tahun 656 Masehi. Pembunuhan tragis ini dilakukan oleh sekelompok pemberontak yang berasal dari berbagai wilayah, termasuk Mesir, Basrah, dan Khufah.
Peristiwa tersebut menjadi titik puncak dari ketegangan yang telah memuncak dalam masyarakat Islam, yang merasa tidak puas dengan kebijakan dan tindakan yang dilakukan oleh Khalifah Utsman selama pemerintahannya. Penyebab ketidakpuasan ini mencakup berbagai masalah, mulai dari isu administrasi, kebijakan politik, hingga dugaan korupsi dan nepotisme di dalam pemerintahan.
Hal ini menunjukkan betapa kompleksnya dinamika politik dan sosial pada masa itu, yang akhirnya mengarah pada tragedi wafatnya salah satu khalifah yang paling dihormati dalam sejarah Islam.
Ada beberapa masalah yang terjadi di berbagai daerah kekuasaan Islam, di daerah Basrah dan Kuffah masalah tanah, pada masa khalifah Umar tanah para Ahl-al-Oura (Penetap, penduduk asli) tidak bisa dikuasai oleh orang luar, dengan satu syarat yaitu orang asli harus membayar jizyah dan pajak tanaman.
Tetapi kemudian kebijakan itu dirubah di masa khalifah Utsman bin Affan. Kebijakan ini membuka peluang bagi masyarakat yang bukan asli pribumi untuk menguasai tanah mereka, akibat dari kebijakan ini pada masa itu adalah banyaknya perpindahan masyarakat dari Iraq menuju daerah Mesir.
Kemudian masalah lain juga terdapat pada daerah mesir, gubernur Mesir yang bernama Abdullah bin Sarh membuat suatu kebijakan yang membuat kesal angkatan militer. Beliau membedakan pembagian harta rampasan perang.
Yaitu angkatan militer yang muda mendapatkan harta rampasan perang lebih banyak, sementara angkatan yang tua mendapat harta lebih sedikit.
Abdullah bin Sarh menimbang bahwa angkatan muda lebih berguna dan lebih berpengaruh dibanding dengan militer yang tua. Kebijakan ini membuat veteran militer merasa tidak adil, karena melihat sudut pandang dari sejarahnya.
Walaupun veteran militer saat ini tidak berpengaruh banyak dalam pertempuran karena termakan usia, tetapi dimasa lampau justru mereka semua yang membuat islam tersebar dimana-mana dalam berbagai pertempuran masa ekspansi Islam.
Bahkan setelah itu Abdullah bin Sarh menaikan beban pajak masyarakat dan juga membatasi pengeluaran keuangan Negara dengan alasan dana tersebut dialokasikan untuk pendanaan angkatan laut yang baru terbentuk yang direncanakan untuk menangani kekuatan Romawi, Byzantium.
Ketidakadilan berbagai kebijakan yang dibuat oleh para gubernur dimasa pemerintahan Khalifah Utsman bin Affan membuat sebuah gerakan pemberontak yang awalnya dibawa dari daerah Mesir.
Para pendemo dari Mesir mulai begerak menuju Madinah untuk bertemu dengan khalifah, kabar ini terdengar oleh masyarakat yang ada di kuffah dan Basrah. Mereka akhirnya juga ikut bergerak ke Madinah untuk meminta keadilan dengan Khalifah Utsman.
Gerakan pemberontak dari Mesir diredakan oleh sahabat Ammar bin Yaseen, salah satu veteran militer atas perintah Khalifah Utsman. Setelah emosi mereka dapat dikendalikan, mereka segera bermanuver kembali ke daerahnya.
Gerakan pemberontak dari Basrrah dan Kuffah kemudian dihadang oleh beberapa sahabat Rasulullah SAW untuk membela Khalifah Utsman bin Affan, beliau yaitu Ali bin Abu Thalib, Zubair bin Awwam, Thalhah bin Zubair. Mendengar penjelasan dari para sahabat membuat mereka semua tenang dan kembali ke daerah mereka masing-masing.
Tetapi kelompok yang bergerak dari Mesir memilih untuk kembali lagi ke Kota Madinah setelah mereka mengetahui bahwa ada sebuah surat yang isinya memerintahkan apabila mereka sudah sampai di Mesir maka supaya cepat dibunuh.
Ketika kelompok tersebut sampai di kota Madinah, mereka langsung mengepung rumah Khalifah Utsman bin Affan. Kejadian itu terjadi saat waktu subuh, beberapa sahabat mencoba melindungi rumah Khalifah Utsman bin Affan serta menghadang serangan kelompok tersebut.
Saat itu kondisi Khalifah Utsman sedang puasa dan sedang membaca Al-Qur’an.
Dalam keadaan ricuh pada saat itu, kekuatan para penjaga tidak mampu menahan serangan. Dengan kebrutalannya, para pemberontak tersebut berhasil menembus pertahanan dan masuk ke rumah Khalifah. Ironisnya, di antara para penyerang tersebut terdapat Muhammad bin Abu Bakar, anak dari Khalifah Abu Bakar yang merupakan salah satu pendahulu Khalifah Utsman.
Terjadi percakapan saat beliau berhadap-hadapan dengan Khalifah Utsman,
“Wahai anak dari saudaraku, Arwah ayahmu menyaksikan segala tindakan yang ingin kamu lakukan. Bagaimana menurutmu reaksi beliau jika engkau melakukan tindakan kekerasan terhadapku dengan tanganmu sendiri?”
Mendengar hal itu, Muhammad bin Abu Bakar berlari keluar sambil menangis, serta membantu para sahabat yang lain menahan kelompok itu. Tetapi usaha tersebut nihil, para pemberontak tersebut mulai mengayunkan pedang mereka kepada tubuh Khalifah.
Terluka dan terlempar ke sana kemari, tubuh Khalifah tertusuk oleh banyak pedang. Tidak butuh waktu lama bagi Khalifah Utsman untuk menghembuskan nafas terakhirnya dalam keadaan yang menyedihkan seperti itu.
Demikianlah berakhir masa kepemimpinan Khalifah Utsman bin Affan, yang menjabat selama 12 tahun. Para sejarawan membagi masa kepemimpinannya menjadi dua periode: enam tahun pertama yang relatif tenang, dan enam tahun sisanya yang ditandai oleh ketegangan dan pergolakan internal.
Namun, penting untuk memahami bahwa periode yang penuh ketegangan tersebut tidak muncul secara alami, melainkan disulut oleh aksi seorang individu yang dikenal sebagai pemfitnah, yaitu Abdullah bin Saba’.
Dan benarlah apa yang dikataan Rasulullah SAW, dari Ibnu Abbas r.a menceritakan, “Saya duduk di samping Rasulullah SAW ketika Utsman bin Affan r.a. datang. Rasulullah SAW kemudian berkata kepadanya, ‘Wahai Utsman, suatu saat engkau akan dibunuh sedang engkau sedang membaca surat Al-Baqarah, dan darahmu akan menciprat pada ayat:
فَسَيَكْفِيكَهُمُ ٱللَّهُ ۚ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْعَلِيمُ
“Maka Allah akan mencukupkanmu [dengan pertolongan-Nya] dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. Al-Baqarah ayat 137). []
Sumber:
1. Buku Usman bin Affan: Antara Kekhalifahan dengan Kerajaan karya Muhammad Husain Haekal (Terjemah oleh Litera AntarNusa).
2. Tesis yang ditulis oleh Muhammad Arif, (UIN Alauddin Makassar), PEMERINTAHAN KHALIFAH USMAN BIN AFFAN (Analisis Historis Sebab-Sebab Munculnya Pemberontakan), 2015
—————-
Penulis: Muhammad Iqbal Rabbani
Editor: Kholaf Al Muntadar