Laduni.ID, Jakarta – Baghdad, ibu kota Irak yang kaya akan sejarah dan kebudayaan, telah menjadi simbol kebangkitan dari Timur sejak zaman kuno. Dibangun pada tahun 762 Masehi oleh Khalifah Al-Mansur dari Dinasti Abbasiyah, kota ini telah menjadi pusat perdagangan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan di dunia Islam. Dengan perpaduan antara kekayaan sejarahnya dan semangat inovasi, Baghdad terus menjadi pusat kegiatan intelektual yang berpengaruh di wilayah Timur.
Selama Zaman Keemasan Islam, Baghdad menjadi kiblat bagi ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Pada masa pemerintahan Khalifah Al-Mamun, rumah perpustakaan Baitul Hikmah didirikan, menjadi pusat pembelajaran terkemuka di dunia. Para cendekiawan dari berbagai bidang ilmu seperti matematika, astronomi, kedokteran, dan filsafat berkumpul di sini untuk bertukar gagasan dan menyebarkan pengetahuan.
Namun, sejarah Baghdad juga dipenuhi dengan tantangan dan cobaan. Selama Abad Pertengahan, kota ini sering kali menjadi sasaran penyerangan oleh bangsa asing, seperti Mongol dan Persia. Penaklukan oleh Mongol pada abad ke-13 mengakibatkan kehancuran besar-besaran, termasuk kehancuran perpustakaan Baitul Hikmah yang legendaris. Meskipun demikian, Baghdad terus bangkit dari puing-puingnya dan mempertahankan warisan budaya dan intelektualnya.
Dalam beberapa dekade terakhir, Baghdad telah menjadi saksi perubahan yang signifikan di Irak. Meskipun terkena dampak oleh konflik dan ketegangan politik, penduduk Baghdad terus menunjukkan ketahanan dan semangat untuk membangun kembali kota mereka. Pemerintah Irak dan masyarakat sipil bekerja sama untuk merevitalisasi warisan kota ini, memperbaiki infrastruktur, dan mempromosikan pariwisata budaya. Dengan upaya ini, Baghdad terus memancarkan cahaya kebangkitan dari Timur, menegaskan peran pentingnya dalam sejarah dan masa depan bangsa Irak serta dunia Islam secara keseluruhan.
https://www.laduni.id/post/read/51079/tahun-762-767-m-simbol-cahaya-kebangkitan-dari-timur.html