Laduni.ID, Jakarta – Pada abad ke-8 hingga ke-9, dunia Islam dan Eropa Barat berada di bawah kepemimpinan dua tokoh besar, yaitu Harun Ar-Rasyid mewakili Islam dan Charlemagne dari Kekaisaran Frangka.
Charlemagne atau Karl yang agung mempunyai pengaruh yang penting dalam menyatukan sebagian besar Eropa Barat di bawah kekuasaan Kekaisaran Frangka, meletakkan dasar bagi pembentukan Kekaisaran Romawi Suci. Meskipun kedua pemimpin ini berasal dari latar belakang agama dan budaya yang sangat berbeda, merekea berhasil menjalin hubungan diplomatik.
Dibanding dengan Raja Bizantium, sumber-sumber dari Barat mengisahkan bahwa Khalifah Harun Ar-Rasyid memiliki sikap yang berbeda terhadap Raja Franka, Charlamagne. Dua penulis memberikan gambaran tentang hubungan mereka:
Pertama, Ernihar menulis dalam sebuah karyanya bahwa Harun Ar-Rasyid menerima utusan dari Charlamagne yang datang membawa hadiah. Sebagai balasannya, khalifah Harun Ar-Rasyid mengirimkan utusan dengan membawa hadiah pula, salah satunya adalah sebuah jam air yang dapat bergerak. Jam ini menimbulkan kekaguman dan keheranan luar biasa di kalangan orang-orang Franka pada masa itu.
Kedua, pendeta Saint Gall mengklaim bahwa “penguasa yang terhormat” (Harun Ar-Rasyid) menerima duta dari Charlamagne dan kemudian memberikan hadiah kepada sang raja. Di antara hadiah tersebut adalah kunci Baitul Maqdis dan Gereja Al-Qiyamah. Menurut sumber ini, peristiwa tersebut terjadi pada tahun 800 Masehi.