Laduni.ID, Jakarta- Saat wafatnya Kyai Romli, Peterongan, Jombang Jawa Timur, Mursyid Thoreqot Qodariyah, Gus Miek masih berusia 9 tahun. Hari itu datang utusan keluarga Kyai Romli dari Peterongan ke Ploso untuk menyampaikan kabar wafatnya Kyai Romli ke kediaman Kyai Ahmad Djazuli Usman.
Mendengar kabar duka itu, Kyai Djazuli beserta keluarga bersiap-siap berangkat guna berangkat untuk melayat ke Peterongan. Sedangkan Gus Miek kala itu sedang bermain di halaman (ada sebagian cerita menyatakan Gus Miek enak-enakan tidur di kamar).
“Miek semua mau ta’ziyah ke Kyai Romli Peterongan kamu iku tidak..?” tanya sang ayah kepada putranya.
“Males Bah,” jawab Gus Miek sambil terus bermain-main.
Akhirnya seluruh keluarga berangkat menuju Peterongan kecuali Gus Miek yang masih sibuk bermain. Begitu tiba di Peterongan, kedatangan Kyai Djazuli dan keluarga disambut oleh Nyai Romli.
“Alhamdulillah kyai bisa datang,” kata Nyai Romli.
“Nyuwun sewu, Amiek (panggilan Gus Miek) tidak ikut, tadi diajak tidak mau,” kata Kyai Djazuli kepada Nyai Romli.
“Lah, Gus Miek sudah seminggu disini menunggu Kyai Romli sampai meninggal,” jawab Nyai Romli.
“Itu sedang bermain di halaman,” tambah nyai Romli.
Setelah merasa cukup, Kyai Djazuli kemudian berpamitan dengan penuh rasa penasaran terhadap putranya. Sesampainya di Ploso, Kyai Djazuli memanggil Juwirin (santri yang ditugasi untuk menjaga Gus Miek)
“Selama aku pergi ke Peterongan, Amiek pergi kemana saja?” tanya Kyai Djazuli
“Gus Miek tidak kemana-mana. Sejak kyai pergi sampai sekarang Gus Miek masih tidur dikamar,” jawab Juwairin.
“Kamu jujur saja, tidak perlu berbohong untuk membela Amiek,” sergah Kyai Djazuli yang masih belum percaya dengan informasi tersebut.
“Benar Kyai, saya tidak bohong,” jawab Juwairin. Itulah satu diantara karomah yang dipunyai Gus Miek sejak kecil. Apakah benar kisah ini? Waallahu a’lam bishowab (Disadur dari IG: omahsantri.id)
https://www.laduni.id/post/read/72154/taziyah-ala-gus-miek.html