Tentang Keistimewaan dan Keberkahan Hadrah Basaudan

Laduni.ID, Jakarta – Hadrah Basaudan adalah sebuah kumpulan doa, dzikir, munajat, qasidah, dan tawassul yang disusun oleh Syaikh Abdullah bin Ahmad Basaudan. Namun, penyusunannya dimulai oleh Habib Umar bin Abdur Rahman Al-Baar dan dilanjutkan oleh muridnya, Syaikh Abdullah Basaudan, hingga akhirnya disempurnakan oleh Habib Abdur Rahman Al-Masyhur, penulis kitab terkenal “Bughyatul Mustarsyidin“. Di beberapa wilayah, hadrah ini dikenal dengan nama “Hadrah Al-Baar“, merujuk pada kontribusi awal Habib Umar Al-Baar dalam menyusunnya.

Nama Hadrah Basaudan belakangan lebih dikenal di kalangan Muslim di berbagai belahan dunia. Nama tersebut dinisbatkan kepada Syaikh Abdullah bin Ahmad Basaudan, yang dikenal sebagai salah satu ulama besar, lahir di Hadramaut pada tahun 1178 H/1764 M. Nasab beliau tersambung dengan sahabat Rasulullah SAW, Sayyidina Miqdad bin Al-Aswad r.a.

Habib Muhammad bin Ali Masyhur menegaskan bahwa Hadrah Basaudan pada awalnya disusun oleh Habib Umar Al-Bar, kemudian diteruskan oleh Syaikh Abdullah Basaudan dan disempurnakan oleh Habib Abdurrahman Al-Masyhur. Syaikh Abdullah Basaudan dikenal sebagai salah satu ulama besar dengan gelar “Hujjatul Islam” yang sangat dihormati. Ia bukan keturunan ahlul bait, tetapi diposisikan seperti Salman Al-Farisi yang diakui sebagai bagian dari keluarga Nabi karena kecintaannya yang mendalam kepada ahlul bait.

Hadrah Basaudan merupakan salah satu tradisi Islam yang berkembang di Nusantara, seperti halnya pembacaan kitab Maulid dan Qasidah Burdah. Hadrah ini berisi sanjungan kepada Nabi Muhammad SAW, doa, dan tawassul kepada para sholihin. Di Hadramaut, Yaman, tradisi ini biasa dilaksanakan setiap hari Selasa, baik pagi maupun sore.

https://www.laduni.id/post/read/526174/tentang-keistimewaan-dan-keberkahan-hadrah-basaudan.html