UINSA-isme dan Studi Islam Mazhab Surabaya: Orasi Ilmiah Prof. Zamzami

Pada acara pengukuhan guru besarnya, 27 Desember 2023 lalu, Prof. Dr. Mukhammad Zamzami, Lc., M.Fil.I membawakan orasi ilmiah mengenai studi Islam mazhab Surabaya. Orasi ini adalah pemadatan dari buku berjudul Studi Islam Indonesia: Senarai Disertasi IAIN/UIN Sunan Ampel Surabaya 2004-1019 karya Prof. Zamzami yang baru terbit. Studi Islam mazhab Surabaya adalah bagian puzzle dari mazhab studi Islam yang ada di wilayah lain, seperi Ciputat, Sapen, dan Malang.

Mazhab Surabaya di Tengah Mazhab Ciputat, Sapen, dan Malang

Prof. Zamzami menjelaskan bahwa secara umum terdapat tiga mazhab studi Islam di Indonesia. Pertama, mazhab Ciputat (UIN Jakarta) yang, dibawah bimbingan Harun Nasution dan Nurcholis Madjid, melahirkan pemikir seperti Budhy Munawar Rahman, Ahmad Sahal, Fachri Ali, Saiful Muzani, dan lain-lain. Belakangan, gerbong pemikir mazhab ciputat dimotori oleh Prof. Azyumardi Azra.

Kedua, mazhab Sapen (UINSUKA Yogyakarta). Di wilayah ini pemikir berpengaruh yang sekaligus menjadi mentor banyak akademisi adalah Prof. Amin Abdullah. Namun jauh sebelum itu, kiblat penting—untuk tidak mengatakan kiblat utama—mazhab Sapen adalah Prof. Mukti Ali. Sosok inilah yang melahirkan jurusan perbandingan agama, dan mengadakan kajian rutin beranggotakan Ahmad Wahib, Dawam Rahardjo, Djohan Efendi, Kuntowijoyo, Syafii Ma‘arif, dan lain-lain (Damami dkk, 2000).

Ketiga, mazhab Malang (UIN Malang). Mentor utama mazhab malang adalah Prof. Imam Suprayogo dengan konsep pohon ilmu, poros utama integrasi ala UIN Malang. Di tengah ketiga mazhab tersebut, mazhab Surabaya (UINSA Surabaya) seolah terisoloasi tanpa gema. Padahal wacana kajian akademisi UIN Surabaya turut mewarnai dinamika intelektual di tanah air. Mazhab-mazhab ini telah melakukan eksplorasi isu sedemikian kaya, meliputi kajian aktual di dunia akademik maupun merespon persoalan di tengah masyarakat (Zamzami, 2023).

Kontribusi Akdemisi UINSA Surabaya

Hingga saat ini, sebagaimana dijelaskan Prof. Zamzami ketika orasi, belum ada satu pun karya komprehensif mengenai kontribusi akdemisi UIN Sunan Ampel Surabaya. Fakta ini sekaligus menjadi latar belakang mengapa Prof. Zamzami menelusuri disertasi mahasiswa UINSA dari tahun 2004 hingga 2019. Dalam bentang waktu 15 tahun tersebut, 455 disertasi berhasil dikumpulkan, ditulis ulang, dianalisis, dan seterusnya sehingga muncul gambaran utuh meliputi corak pemikiran maupun metodologi seluruh disertasi.

Sama seperti karya eksiklopedis serupa—misalnya karya Waryani Fajar Riyanto—dan dengan 455 objek materil, ketebalan buku Profesor ke-94 UINSA ini mencapai 907 halaman. Hasil analisis Prof. Zamzami menyatakan, berdasarkan judul riset, ada 87 naskah membahas isu pendidikan, disusul dengan 57 riset mengenai pesantren, lalu isu hukum Islam (57), ekonomi (44), pemikiran Islam (42), Alquran dan tafsir (38), pernikahan (18), studi hadis (13), etnografi Islam (11), tasawuf dan tarekat (10), kesetaraan gender (9), pluralisme agama (7), dan seterusnya (PPT orasi Ilmiah).

Penggunaan metodologi riset disertasi juga merefleksikan variasi yang cukup beragam. 55 doktor menggunakan fenomenologi sebagai pendekatan, dan 17 doktor menggunakan fenoenologi mix dengan pendekatan lain. 34 doktor menggunakan metode kepustakaan dengan kombinasi pendekatan lain. 25 disertasi menggunakan hermeneutika mix pendekatan lain. 16 disertasi menggunakan etnografi. Disusul pendekatan lain seperti sosiologi, medis, maqasid al-shari‘ah, usul al-fiqh, dan seterusnya (PPT orasi ilmiah).

Jika di tulisan ini data di atas tidak lebih hanya sebagai deretan angka, tentu tidak demikian dalam analisis buku, sebab disertakan juga abstrak lengkap. Dengan demikian pembaca dapat mengikuti secara utuh poin-poin yang disimpulkan dan menilai kedalaman riset-riset tersebut.

Lebih lanjut guru besar berusia 42 tahun itu menjelaskan hasil wawancara dengan pimpinan awal Pascasarjana. Untuk membedakan antara IAIN Surabaya saat itu dengan IAIN Jakarta dan IAIN Yogyakarta, pendirian strata tiga IAIN Sunan Ampel menginginkan nuansa riset lapangan dengan pengayaan ilmu sosial dan humanities. Lebih lajut produk riset S3 dapat menguatkan pengetahuan ilmu agama dan kajian ilmu sosial humaniora.

UIN Surabaya, yang terletak di ibu kota Jawa Timur memiliki peran strategis untuk mengeksplorasi kajian Islam di Jawa Timur. Peran ini telah terlaksana dengan baik dalam beberapa disertasi yang mengurai warisan budaya Islam Jawa Timur, meliputi budaya Islam, pesantren tradisional, tradisi, dan toleransi. Tanpa menafikan prespektif global dalam disertasi yang dihasilkan, kajian lokalitas ini menempati posisi penting.

Di kesempatan orasi singkat itu, Prof. Zamzami menggarisbawahi peran kepemimpinan, bahwa para doktor-doktor awal banyak menggunakan metode etnografi. Namun seiring pergantian kepemimpinan, ada pergeseran dari riset lapangan beralih pada riset kepustakaan. Dengan kata lain, sekilas penulis dapat menyimpulkan bahwa kepemimpinan menjadi faktor penting dalam menentukan produk riset tugas akhir.

Itulah kenapa, dalam memuncaki orasi itu, ia berharap riset-riset UINSA memunculkan karakteristik rektor yang menjabat, dari Ridwanisme, Nur Syamisme, A‘laisme, Masdarime, dan sekarang Muzakkiisme. “Tetapi kelima ‘isme’ ini saya berharap menjadi satu kesatuan menjadi UINSA-isme,” pungkas Prof. Zamzami.

UINSA-isme, simpul penulis, merujuk pada karakteristik studi Islam mazhab Surabaya. Sebelumnya, sependek penelusuran penulis, istilah ini belum muncul secara masif dalam nuansa mazhab studi Islam. Sebagai guru besar baru di bidang Pemikiran Modern dalam Islam, Prof. Zamzami tentu memiliki modal kepakaran untuk menelaah lebih lanjut–bahkan turut mendesain—mengenai UINSA-isme yang telah dimunculkan tersebut. Selamat untuk Prof. Zamzami.

Katalog Buku Alif.ID

https://alif.id/read/mdl/uinsa-isme-dan-studi-islam-mazhab-surabaya-orasi-ilmiah-prof-zamzami-b248816p/