Ulama Bangsawan Banjar

KETURUNAN Sultan Banjar yang menjadi ulama di Masjidil Haram, antara lain adalah Al-Allamah Al-Muhaddis Syekh Ahmad Gusti bin Yusuf Al-Banjari (1296-1367 H / 1882-1948 M ).

Nama beliau jarang dikenal. Bahkan setahu saya, tidak pernah dimuat profilnya dalam buku-buku biografi. Saya dapat info ini dari buku yang ditulis oleh Syekh Zakariya Bela, sahabat Syekh Yasin Al-Fadani, yang berjudul “Al-Jawahirul Hisan”. Setelah itu saya lacak juga dalam buku Siyar wa Tarajim yang ditulis oleh Syekh Umar Abdul Jabbar, ternyata juga ada dimuat.

Syekh Ahmad bin Yusuf bin Muhammad Said Gusti Al-Banjari lahir pada 10 Dzulhijjah 1299 H. Masa kanak-kanaknya ia habiskan di Makkah Mukarramah, dididik oleh ayah dan kakeknya.

Sejak kecil ia menimba ilmu di Masjidil Haram. Berguru kepada ulama terkemuka pada masa itu, antara lain: Syekh Muhammad Ali al-Maliki, Syekh Said Yamani (Mufti Syafi’iyyah), Syekh Umar Sumbawa, Syekh Umar Syatha, Sayyid Ahmad Syatha, Sayyid Abdullah Dahlan, Syekh Muhammad Husain al-Khayyath, Sayyid Umar asy-Syami,  Syekh Abdul Hamid Kudus, Syekh Muhammad Said Babashil,Syekh Umar Bajunaid, Syekh Muhammad Shalih Bafadhal, Syekh Ibrahim Arab, Syekh Abdussattar ash-Shiddiqi al-Hanafi, Syekh Syu’aib al-Magribi, Syekh Umar Hamdan, Sayyid Mahmud Abdul Lathif, Sayyid Mujahid, dll.

Pada tahun 1325 ia pernah melakukan perjalanan dari Mekkah menuju India, Indonesia dan Malaysia, mukim di Batupahat sekitar 11 tahun. Ia belajar Bahasa Melayu dari orang-orang setempat. Pada tahun 1332-1338 H, Syekh Ahmad Gusti Al-Banjari pernah mengajar di Madrasah as-Saqqaf dan Madrasah Al-Bayan di Singapura, juga Madrasah Al-Athas Johorbaharu. Kemudian ia juga pernah menjadi Qadhi di Batupahat Johor Baharu hingga tahun 1347 H.

Tahun 1348 ia pulang ke Makkah, mengajar di Masjidil Haram dan di rumahnya. Sejak tahun 1349 ia juga mengajar di Madrasah Darul Ulum Makkah, dengan materi sastra arab, fiqh, dan hadis. Pelajaran yang ia sampaikan mudah dicerna para murid, penjelasannya baik.

Syekh Ahmad Gusti Al-Banjari tidak meninggalkan karya berbahasa Arab, namun banyak kitab berbahasa Melayu yang menjadi karyanya, antara lain: 1) Terjemah Tafsir Jalalain, 2) Terjemah Tafsir Al-Jawahir, karangan Syekh Thanthawi Jauhari, 3) Tarikh Islam, 4) Terjemah Thawali’ul Huda wal Fashl bi Tahdzir al-Muslimin ‘an al-I’lam bi Waqtis Sholah bi Dhorbin Naqus aw ath-Thabl, yang dikarang oleh gurunya Syekh Muhammad Ali bin Husain al-Maliki, dll.

Ia berpulang ke rahmatullah pada tanggal 21 Muharram 1367 H, dimakamkan di Ma’la Makkah.

Di antara nasihat yang sering beliau sampaikan adalah agar semangat menjemput rezeki, apapun pekerjaannya, asal sesuai syariat, meski berdagang atau menjadi tukang kayu bakar. Sebab Allah mencintai seorang lelaki yang giat bekerja. Makanan terbaik adalah makanan yang dihasilkan dari keringat sendiri. Harus giat bekerja, agar anak dan istri tidak meminta-minta.

Sumber:

  1. Siyar wa Tarajim Ba’dhi ‘Ulama-ina fil Qornir Rabi’ asyar lil Hijrah, karya Syekh Umar Abdul Jabbar.
  2. Al-Jawahirul Hisan fi Tarajiml Fudhala’ wal A’yani min Asatidzah wa Khullan, karya Syekh Zakariya Bela.
  3. Daur ‘Ulama Makkah al-Mukarramah fi Khidmati Sunnah was Sirah an-Nabawiyyah Khilal al-Qarnir Rabi ‘Asyar lil Hijri, karya Dr. Ridho As-Sanusi.
Katalog Buku Alif.ID

https://alif.id/read/nur-hidayatullah/ulama-bangsawan-banjar-b248047p/