Ulama Pendakwah Bukan Ulama Pendakwa

Laduni.ID, Jakarta – Semangat berhijrah yang tidak dibarengi dengan pengetahuan, maka akan sangat mudah untuk diarahkan kepada pemikiran yang sifatnya radikalisme. Tersiar beberapa waktu lalu, bahwa system perekrutan calon anggota teroris adalah mereka yang memiliki semangat berhijrah yang besar, dan itu terdapat pada para pemuda.

Potensi-potensi tersebut akan menjadi kecenderungan yang besar jika ditambah dengan pedisposisi yang kuat. Oleh karena itu mengapa pentingnya mencari seorang guru (agama) yang benar-benar guru, mencari seorang kyai yang benar-benar kyai, dan mengikuti ulama yang benar-benar ulama.

Di zaman yang semuanya mudah didapat ini, semua orang bisa menjadi dokter dadakan, semua orang bisa menjadi politisi dadakan, dan semuarang bisa menjadi ‘ulama’ dadakan. Mengapa begitu? Ya, mereka tinggal akses google dan mencari apa yang ingin mereka ketahui. Padahal untuk menjadi seseorang yang bisa dipanut, seperti ulama, tidak lah mudah, perlu melalui langkah panjang dan terjal ditambah tanggung jawab besar yang akan dipikulnya.

Dalam tulisannya di laman Facebook (22/5) lalu, Gus Nadirsyah Hosen menjelaskan bahwa tugas ulama itu sebagai mubaligh yang harus menguasai ilmu-ilmu islam.

“Tidak sekadar hafal al-Qur’an dan Hadis saja, tapi juga paham ilmu fiqih, tafsir dan juga tasawuf,”  tulisnya di laman Facebook Nadirsyah Hosen.

Beliau juga menyayangkan jika ada seseorang yang ingin berdakwah (atau sudah berdakwah) namun memiliki keilmuan yang pas-pasan, bahkan sangat kurang. Karena, dampak yang ditimbulkan bukanlah untuk meningkatkan ketaqwaan umat, melainkan mengajak orang lain untuk ikut membenci suatu kelompok, atau pihak tertentu yang berbeda pendapat dan haluan. Seperti yang ditulis Gus Nadir, “bahkan kemudian menjadi pendakwa (tanpa h).”

“Para ulama klasik menyampaikan ajaran Islam tidak memaksa dan mencaci maki, tidak juga dengan hanya modal retorika menawan mengolah kata-kata semata seperti penomena pendakwah zaman sekarang. Akan tetapi, mubaligh yang sekaligus ulama itu menyampaikan Islam secara ikhlas, tekun, membimbing umat perlahan-lahan dengan sabar dan contoh akhlak yang baik,” jelasnya.

Namun, saat ini sudah banyak bertebaran dai-dai yang bahkan membaca ayat Al Quran pun salah. Bahkan ada sebagian dari mereka yang menafsirkan ayat Al Quran jauh dari referensi yang pernah disampaikan oleh ulama dan mujtahid, tidak jarang ada yang menafsirkannya dengan semaunya sendiri.

“Punya semangat dakwah itu bagus, tapi dakwah itu bukan menghakimi. Tugas pendakwah  itu hanya menyampaikan bukan menginvestigasi, dan menyelidiki, atau mengorek-ngorek yang ujung-ujungnya menghakimi (mendakwa). Pegangan dai itu ada dalam selogan, ‘Nahnu du’at wa lasna qudhat,’” tutupnya.

https://www.laduni.id/post/read/71960/ulama-pendakwah-bukan-ulama-pendakwa.html