Banyak orang tahu sosok ulama Bernama Sulaiman al-Jazuli, penulis kitab wirid yang amat terkenal, Dalailul Khairat tetapi banyak juga orang yang tak tahu bahwa ada ulama lain bernama Sulaiman al-Jazuli. Sosok pertama adalah Abu Abdillah Muhammad bin Sulaiman al-Syarif al-Hasani al-Jazuli sementara sosok yang kedua bernama Muhammad bin Sulaiman bin Daud bin Basyir bin Abu Bakar al-Jamal al-Jazuli.
Meskipun mirip, keduanya adalah dua orang yang berbeda. Nama pertama adalah penulis kitab Dalailul Khairat, makamnya ada di Marakesh, Maroko sementara nama kedua makamnya ada di pekuburan Ma’la, Mekkah. Tulisan ini akan membahas nama pertama.
Syaikh Sulaiman al-Jazuli dikenal seorang alim, ahli ibadah dan seorang ulama dalam mazhab Malikiyah. Ia hafal kitab al-Mukhtashar karya Ibnu Hajib dalam bidang fikih Malikiyah. Setelah malang melingtang mencari ilmu ia kemudian menepi dari keramaian dan melakukan khalwat dalam masa yang cukup lama.
Setelah menuntaskan masa khalwat, ia kemudian membuka pengajian. Konon yang hadir ke pengajiannya lebih dari 12 ribu orang. Termasuk di antara ribuan muridnya itu adalah Syaikh Ahmad Zaruq, Syakh Ahmad bin Umar al-Haritsi al-Maknasi, Syaikh Abdul Azis bin Abdul Qodir al-Tabba’, dan Syaikh Abu Abdillah Muhammad al-Shagir al-Suhaili.
Al-Jazuli memiliki beberapa karya dalam bidang tasawuf dan zikir akan tetapi karyanya yang berjudul Dalalilul Khairat adalah karya yang mendapatkan perhatian luas dan diterima banyak orang, termasuk di Indonesia. Bahkan bisa disebut, Dalailul Khairat sudah menjadi “trade mark” milik Sulaiman al-Jazuli.
Menurut Ibnu al-Qadhi al-Maknasi, seorang ahli fikih sekaligus sejarawan klasik, al-Jazuli menulis Dalailul Khairat di kota Fes, Maroko, tepatnya di Madrasah Halafiwin.
Di samping ulama sufi yang terkenal, semasa hidup ternyata al-Jazuli juga seorang juru damai di negerinya. Beberapa kali ia telibat gerakan damai, terlibat sebagai pihak yang melakukan rekonsiliasi jika ada kelompok yang hendak berseteru. Menurut beberapa penulis sejarah, itu semua tak akan terjadi jika ia tak memiliki keramat dan kharisma yang terpancar dalam dirinya.
Kewafatan Syaikh Jazuli diceritakan oleh muridnya yang Bernama al-Suhaili. Menurut penuturannya, sang guru wafat pada salat subuh dalam keadaan sujud. Entah dalam rakat pertama atau kedua, ulama berbeda pendapat. Yang pasti, penulis kitab Dalailul Khairat itu wafat dalam keadaan sujud.
Termasuk yang menjadi perbedaan sejarawan adalah tahun kewafatannya. Pendapat pertama mengatakan ia wafat pada tahun 875 HIjriyah, pendapat kedua menyebut ia wafat pada tahun 609 hijriyah. Namun kedua pendapat ini dianggap lemah. Dalam Idzhar al-Kamal, disebut bahwa dua pendapat tersebut dianggap salah, yang benar, dan konon pendapat ini dianggap kesepakatan ulama, adalah tahun 870 Hijriyah, tepatnya pada bulan Rabiul Awwal. Ia wafat sebab efek racun yang menimpa dirinya.
Makam tempat peristirahatan terakhir Syaikh Jazuli pada awalnya bukan di Marrakesh tetapi di sebuah daerah Bernama Sus, Maroko. Namun karena ada beberapa alasan, jasadnya dipindah ke daerah Marrakesh. Proses pemindahan ini tejadi setelah 77 tahun kematiannya, namun yang ajaib, jasadnya masih utuh, tak ada yang berubah sama sekali.