Waliyullah itu Tidak Harus Memiliki Karomah yang Ditampakkan

Di berbagai kitab tasawwuf kita sering menemukan istilah waliyullah atau kekasih Allah, mereka adalah orang-orang yang dekat atau dicintai oleh Allah. Namun perlu kita diketahui bahwa waliyullah atau kekasih Allah terbagi menjadi dua bagian.

Pertama, kekasih Allah yang bersifat umum. Kekasih Allah yang bersifat umum ini, seperti yang telah dijelaskan dalam Al-Qur’an. Allah berfirman:

ٱللَّهُ وَلِىُّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ يُخْرِجُهُم مِّنَ ٱلظُّلُمَٰتِ إِلَى ٱلنُّورِ

Artinya: “Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman)” (QS. Al-Baqarah: 257)

Syekh Muhammad Al-Khalili dalam Fatwanya, Fatawa Al-Khalili Alal Madzahib As-Syafii (Juz, 2 Hlm. 268) menegaskan kekasih Allah yang bersifat umum, adalah setiap orang yang beriman kepada Allah, dan beriman kepada perkara yang datang dari Nabi Muhahammad SAW.

Kedua, kekasih Allah yang  bersifat khusus, yaitu, kekasih Allah yang wushul (sampai kepada Allah atau dekat dengan Allah) biasanya kekasih Allah yang bersifat khusus ini, disandang oleh para salik (orang yang berjalan menuju Allah)  Kekasih Allah diibaratkan seseorang yang fana’ ( leburnya hati seorang hamba dengan tuhannya ) dan baqo’ (menetapnya hati hamba bersama tuhannya) Dan para kekasih Allah itu, identik dengan karomah (kemampuan diluar nalar manusia pada umumnya)

Baca juga:  Melawan Syahwat dengan Syahwat

Dan para kekasih Allah tidak disyaratkan mempunyai karomah yang harus ditampakan, atau dipertontonkan di khalayak umum, akan tetapi syarat kewalian itu harus mempunyai karomah yang bersifat batiniyyah (samar) karomah yang bersifat batiniyyah dimiliki seorang hamba Allah yang benar-benar bersih hatinya dari segala sifat-sifat tercela. Sehingga dengan kebersihan hatinya ia dapat mengetahui berbagai pengetahuan.

Karomah dzahiriyyah (tampak) dan karomah batiniyyah (samar) terkadang dua-dunya dimiliki oleh para kekasih Allah, seperti, Syekh Abdul Qadir Al-Jilani dan Syekh Abi Madyan Al-Maghribi. Syekh Abdul  Qadir Al-Jilani koromahnya masyhur dikalangan Masyriq (irak) sedangkan Syekh Abi Madyan karomahnya masyhur dikalangan Maqhrib (maroko)

Adapun Karomah yang bersifat dzahiriyyah (tampak) seperti bisa berjalan di atas air, terbang ke angkasa, dan melipat bumi, karomah semacam itu, terkadang juga bisa dipraktekkan oleh orang diluar agama Islam, seperti, para pendeta dan ahli filsafat dimasa lampau. Oleh karena itu, kita jangan sampai tertipu oleh Khariqul Adat ( kebiasaan di luar kemampuan manusia) karena terkadang kemampuan itu bersifat istidraj dari Allah SWT.

Kemampuan di luar kebiasaan manusia, tampa di dasari keimanan dan ketaqwaan, pada dasarnya bukan karomah yang sesungguhnya, akan tetapi kemampuan itu adalah tipu daya syaitan untuk menyesatkan manusia. Al-Imam Al-Kabir Syekh Ahmad Ar-Rifai dalam karyanya Halatu Ahli Al-Haqiqati Ma’allahi Ta’ala (Juz, 1 Hlm. 75) mengutip tentang karomah Syekh Abu Yazid Al-Bustami:

Baca juga:  Ngaji Suluk Sunan Muria (3): Memaknai Tapa Ngeli Sunan Muria dalam Pandangan Tasawuf Falsafi

وقيل لأبي يزيد: سمعنا أنك تمرُّ على الماء وتطيرُ في الهواء، فقال:  المؤمن أعزُّ على الله من السماوات السبع، فأي عجبٍ أن يبلغ مقام طير أو حوت

Dikatakan kepada Abu Yazid : “Kami telah mendengar bahwasanya anda berjalan diatas air dan terbang di udara” Kemudian Abu Yazid berkata, seorang mukmin itu lebih mulia dari tujuh langit, maka apanya yang menakjubkan seseorang yang sampai pada tingkatan burung dan ikan.

Kenyataannya tidak semua para kekasih Allah dianugerahi koromah yang ditampakkan dan disaksikan oleh seseorang. Dan yang pasti orang yang menyandang gelar sebagai kekasih Allah hatinya bersih dan terhindar dari sifat yang tercela. Wallahu A’lam Bissawab.

https://alif.id/read/hosi/waliyullah-itu-tidak-harus-memiliki-karomah-yang-ditampakkan-b244651p/