Daftar Isi
Laduni.ID, Jakarta – Datuk Ibrahim Bauzir beliau adalah ulama besar dari Yaman yang menyebarkan agama Islam di Banyuwangi dan Pulau Bali. Datuk Ibrahim Bauzir merupakan bangsawan asal Yaman keturunan Bani Hasyim. Datuk Ibrahim Bauzir menikah seorang wanita di Loloan, Bali.
Datuk tinggal di Kampung Arab yang saat kedatangannya sudah ada ratusan orang Arab yang tinggal. Mereka kebanyakan juga berasal dari Yaman. Pada 1876 atau pada usia 86 tahun, Datuk tutup usia.
Saat Ramadan, makam ini tak pernah sepi dari peziarah. Mereka datang dari berbagai penjuru Indonesia baik Jawa, Kalimantan hingga Aceh. Berbagai macam niatan mereka, mulai berdoa untuk meminta kesembuhan, kesuksesan dan rejeki.
Makam Datuk dikeramatkan hingga kini karena cerita kesaktian Datuk terus menjadi cerita turun-temurun. Menurut Munif, dulunya setiap hari Datuk selalu salat Duha di atas laut yang berada di ujung Kampung Arab.
Profil
Datuk Malik Ibrahim (Abdurrahim Bauzir) yang akrab disapa Mbah Datuk merupakan bangsawan asal Yaman keturunan Bani Hasyim. Beliau adalah wali besar yang berperan dalam menyebarkan Islam di Banyuwangi serta di Loloan, Jembrana, Bali. Datuk Ibrahim Bauzir datang ke Nusantara, sekitar tahun 1770 dan transit di Banyuwangi yang dulunya bernama Blambangan. Datuk kemudian memilih siar Islam ke daerah Loloan, Bali, karena penduduk daerah ini mayoritas masih beragama Hindu. Sekarang di Loloan mayoritas warganya beragama Islam.
Saat di Loloan, Datuk menikah dengan gadis setempat yang bernama Zaenab. Dari pernikahan tersebut Datuk dan istri dikaruniai dua putra yang diberi nama Syekh Sayyid Bakar Bauzir dan Datuk Ahmad. Namun, putra sulungnya tersebut meninggal terlebih dahulu yang kemudian disusul istrinya. Keduanya dikebumikan di Loloan.
Setelah kepergian/wafat istri dan anaknya, Datuk kemudian pindah kembali ke Banyuwangi dengan mengajak anak kedua beserta sahabatnya, Sayyid Hasan, pada 1840. Datuk meneruskan siar Islam di Banyuwangi semasa Banyuwangi dipimpin oleh Bupati Pringgokusumo.
Abdul Munif, keturunan keenam Datuk Bauzir, menceritakan bahwa dulunya setiap hari Datuk selalu salat duha di atas laut muara kerobokan yang berada di ujung Kampung Arab. Pada 1876 atau pada usia 86 tahun, Datuk Abdurrahim Bauzir tutup usia.
Biasanya Saat Ramadhan, makam Datuk tak pernah sepi dari peziarah. Para peziarah datang dari berbagai penjuru Indonesia dengan berbagai macam niatan. Ada yang datang hanya sekadar ingin mengaji, berdoa untuk mencari keberkahan, meminta kesembuhan, bahkan tak sedikit yang datang dengan maksud meminta kesuksesan duniawi. Hal itu dikarenakan cerita kesaktian Datuk yang terus menjadi cerita turun-temurun.
Dalam ruangan khusus seluas 5×7 meter itu, Datuk Bauzir dimakamkan. Tirai tipis menutupi nisannya yang berkeramik putih. Makam Datuk diapit makam putranya, Syekh Ahmad, dan sahabatnya, Sayyid Hasan.
Lokasi Makam
Kompleks makam menempati area hampir satu hektare di daerah yang dulunya bernama Kampung Arab. Di halaman depan dan belakang tersebar puluhan makam kerabat dan sahabat Datuk. Makam Datuk sendiri berada di ruangan khusus sebelah utara kompleks. Makam Datuk Ibrahim Bauzir berada di 3 kilometer arah utara kota Banyuwangi atau tepatnya Jalan Basuki Rahmat, Kelurahan Lateng.
Haul
Haul Datuk Ibrahim Bauzir diperingati pada bulan Sya’ban, haul beliau diadakan di Komplek pemakaman Lateng, Banyuwangi.
Motivasi Ziarah Menurut Syekh An Nawawi al Bantani
1. Untuk Mengingat mati dan Akhirat
2. Untuk mendoakan
3. Untuk mendapatkan keberkahan
4. Memenuhi hak ahli kubur yang diziarahi, seperti ke makam orang tua
Fadilah
Makam Datuk Ibrahim Bauzir banyak dikunjungi para peziarah dan santri. Tak hanya datang dari wilayah Banyuwangi saja. Banyak peziarah yang datang dari luar kota dan bahkan dari luar Jawa yang berziarah di makam beliau yang berada di Komplek pemakaman Lateng, Banyuwangi.
Ada keyakinan dari masyarakat dan santri yang datang ke sana bahwa dengan berziarah, berdoa dan bertawassul di makam Datuk Ibrahim Bauzir
Maka dimudahkan dalam mencapai hajatnya, dimudahkan dalam mencari rezeki, ditingkatkan derajatnya, dimudahakan dalam mendapatkan keturunan anak yang sholeh dan sholehah
Oleh-oleh
Oleh-oleh yang bisa dibeli dan dibawa pulang usai ziarah di Banyuwangi di antaranya:
Kue Ladrang, Sale Pisang, Batik Banyuwangi, Bolu Kuwuk, Kue Bagiak, Kue Tambang, Rengginang, Pia Glenmore, Sego Tempong, Rujak Soto.