Daftar Isi
Laduni.ID, Jakarta – KH. Ahmad Basyir , beliau adalah seorang kiai yang teladan yang patut di contoh. Beliau adalah seorang ulama yang mentradisikan riyadhoh (laku prihatin) sejak mudanya. Tradisi itu masih beliau pegangi hingga usia 88 tahun.
Keseharian beliau dihabiskan untuk beribadah, berjama’ah, ngucal kitab kuning, ziarah, menyuguh tamu serta selebihnya untuk keluarga dan masyarakat.
Saat malam hari sehabis mendidik santri beliau istirahat sesaat. Disaat orang tertidur lelap, beliau dipastikan bangun ba’da nisfu lail (tengah malam) beliau melakukan rutinitas. KH. Ahmad Basyir wirid, sholat malam dan ibadah lainnya hingga waktu subuh tiba.
Sehabis menjadi imam jamaah sholat subuh di Masjid Baitussalam, rutinitas beliau adalah berziarah ke makam masyayekh dan auliya’ sebagai guru beliau, yang sampai saat itu tidak pernah beliau tinggalkan. Itu adalah bentuk ta’dzim beliau tehadap para ulama yang telah mewariskan ilmu kepada beliau. Pada masa muda beliau terbiasa dengan puasa ‘Dalail Khairat’ dan riyadhah lainnya, sampai akhirnya beliau diutus menjadi mujiz Dalail Khairat.
Profil
KH. Ahmad Basyir atau yang dikenal dengan KH. Basyir Jekulo lahir pada tanggal 30 November 1924 M. Beliau merupakan putra dari pasangan KH. Muhammad Mubin dan Nyai Dasireh.
KH. Ahmad Basyir melepas masa lajangan dengan menikahi Hj. Sholikhah binti KH. Abdul Ghoni yang lahir di Desa Hadiwarno Mejobo Kudus pada tanggal 31 desember 1946 M. Buah dari pernikahannya, beliau dikaruniai sembilan anak.
Beliau selalu memberi teladan kepada keluarganya, keuletan dan kesabaran beliau menjadi inspirasi bagi putra putrinya. Sosok KH. Ahmad Basyir di tengah keluarga tidak sekedar kepala rumah tangga, tetapi juga sosok idola yang menjadi inspirasi teladan putra-putrinya.
KH. Ahmad Basyir adalah sosok ayah yang bertanggung jawab, penuh dedikasi dan berfikir progresif. Perjuangan beliau untuk keluarga tak pernah letih, apalagi putus asa. Tidak sedikit perjuangan beliau untuk anak-anaknya.
Pada saat itu, konon tidak ada tradisi sekolah. Sekolah formal di mata masyarakat Bareng adalah tabu. Kendati demikian, KH. Ahmad Basyir meminta anaknya sekolah. Setiap pagi beliau menggayuh sepeda hingga Kudus Kulon untuk mengantarkan putrinya sekolah. Saat itu beliau menyekolahkan putrinya dimadrasah Mualimat. Di mata masyarakat KH. Ahmad Basyir juga dilihat sebagai sosok yang moderat dan menjadi pembaharu.
Guru-guru beliau di antaranya:
- KH. Dahlan
- KH. Mansyur Kaelani
- KH. Yasin,
- Kiai Hudlori
- KH. Zainuddin
- Kyai Muhammad Mubin (ayahnya sendiri)
- Kyai Mukhib
- KH. Mansyur Jekulo
- KH. Ma’mun Ahmad
- KH. Arwani Amin
- KH. Irsyad
- KH. Khandiq (kakak dari KH. Turaichan Adjhuri Kudus)
- KH. Muhammadun Pondohan Tayu
Untuk kelanjutannya tentang Profil beliau silahkan baca di Biografi KH. Ahmad Basyir
Lokasi Makam
KH. Ahmad Basyir wafat, Selasa (18/03/2014) pada pukul 00.10 WIB. Makam beliau di komplek pemakaman umum Dusun Kauman, Desa Jekulo, Kecamatan Jekulo, Kudus, tak jauh dari kediaman beliau.
Haul
Haul beliau diperingati tiap tahun pada bulan Jumadil Awal tahun Hijriah, Haul diperingati di pesantren Darul Falah Jekulo, Kudus.
Motivasi Ziarah Menurut Syekh An Nawawi al Bantani
1. Untuk Mengingat mati dan Akhirat
2. Untuk mendoakan
3. Untuk mendapatkan keberkahan
4. Memenuhi hak ahli kubur yang diziarahi, seperti ke makam orang tua
Fadilah
Makam KH. Ahmad Basyir banyak dikunjungi para peziarah dan santri. Tak hanya datang dari wilayah Kudus saja. Banyak peziarah yang datang dari luar kota dan bahkan dari luar Jawa yang makamnya berada di Komplek pemakaman di Jekulo,Kudus.
Ada keyakinan dari masyarakat dan santri yang datang ke sana bahwa dengan berziarah, berdoa dan bertawassul di makam KH. Ahmad Basyir, maka akan dimudahkan dalam mencari ilmu, dimudahkan dalam mendapatkan derajat, dimudahkan dalam mencari rezeki, dimudahkan dalam mendapatkan anak sholeh dan sholehah.
Oleh-oleh
Oleh-oleh yang bisa dibeli dan dibawa pulang usai ziarah di Kudus di antaranya:
Jenang Kudus, Madu Mongso, Keciput, Jangklong, Kopi Muria, Kacang Bawang Sumber Gelis, Rengginang, Sirup Parijoto, Kopi Jetak, Intip ketan.
Profil
KH. Ahmad Sholeh adalah putra kedua dari KH. Muhammad Nur pendiri Pondok Pesantren Langitan. Beliau lahir di Tuban sekitar tahun 1820 an. KH. Ahmad Sholeh menikah 1287 Hijriyah dengan Raden Nyai Asriyah, puteri KH. Mukhtar (pengasuh Pondok Pesantren Cepoko, Kabupaten Nganjuk). Dari pernikahan tersebut lahir putera dan puteri diantaranya:
- Nyai Shofiyah (dinikahkan dengan KH. Khozin, penerus estafet K.H. Ahmad Sholeh di Pondok Pesantren Langitan)
- KH. Dahlan Hasbullah
- KH. Adnan
- Nyai Sholihah (dinikahkan dengan KH. Zainuddin Mojosari, Kabupaten Nganjuk)
- Nyai Khodiyah (dinikahkan dengan KH. Rofi’i Gondanglegi, Kabupaten Nganjuk)
- Satu puteri lagi yang dinikahkan dengan KH. Nur Iman (berdomisili di Tuban).
Guru-guru beliau di antaranya:
- KH. Muhammad Nur (Ayahanda KH. Ahmad Sholeh)
- K.H. Abdul Qodir atau Abdul Qohhar (Pesantren Al-Najiyah Sidoresmo, Surabaya)
- K.H. Hasbullah (Pesantren Sambilangan, Madura)
- Syekh Nawawi Banten
- Syekh Ahmad bin Zaini Dahlan (Imam dan Mufti Mahzab Syafi’i di Mekkah al-Mukaromah)
- Syekh Muhammad Al-Muqri
- Syekh Muhammad bin Sulaiman Hasbullah Al-Makki
- Syekh Ahmad Nahrowi
- Sayyid Muhammad Saleh bin Sayyid Abdur Rahman Az-Zawawi
- Syekh Zahid, Syekh Umar Asy-Syami
- Syekh Yusuf Al-Mishri
- Syekh Jamal (Mufti Mazhab Hanafi)
Untuk kelanjutannya tentang Profil beliau silahkan baca di Biografi KH. Ahmad Sholeh
Lokasi Makam
KH. Ahmad Sholeh mengasuh Pondok Pesantren Langitan, selama kurang lebih 32 tahun. Beliau wafat pada tahun 1320 H./1902 M. dan dimakamkan di kompleks pesarean di Desa Widang, kurang lebih 400 meter sebelah utara kompleks Pondok Pesantren Langitan.
Haul
Haul beliau diperingati tiap tahun pada bulan Shofar tahun Hijriah di pesantren Langitan Tuban
Motivasi Ziarah Menurut Syekh An Nawawi al Bantani
1. Untuk Mengingat mati dan Akhirat
2. Untuk mendoakan
3. Untuk mendapatkan keberkahan
4. Memenuhi hak ahli kubur yang diziarahi, seperti ke makam orang tua
Fadilah
Makam KH. Ahmad Sholeh banyak dikunjungi para peziarah dan santri. Tak hanya datang dari wilayah Tuban saja. Banyak peziarah yang datang dari luar kota dan bahkan dari luar Jawa yang makamnya berada di Komplek pemakaman di Desa Widang, Tuban.
Ada keyakinan dari masyarakat dan santri yang datang ke sana bahwa dengan berziarah, berdoa dan bertawassul di makam KH. Ahmad Sholeh, maka akan dibukakan alam pikiran dan hatinya dalam menerima ilmu, Diberi kemudahan dalam mencari rezeki, diberi kemudahan dalam mencari jodoh, dan diberi kemudahan dalam mendapatkan anak sholeh dan sholehah.
Oleh-oleh
Oleh-oleh yang bisa dibeli dan dibawa pulang usai ziarah di Tuban di antaranya:
Cumi Crispy, Kecap Laron, Keripik Gayam, Buah Siwalan, Legen, Terasi Udang, Amplo, Gemblong, Ikan asin Tuban, Kerupuk ikan