Daftar Isi
Laduni.ID, Jakarta –
Profil
KH. Manshur Anwar lahir pada tanggal 20 Sya’ban 1325 H atau bertepatan pada tahun 1907 M, Di dusun Paculgowang Diwek Jombang. Beliau merupakan putra ke empat dari 12 bersaudara, dari pasangan Anwar Alwi dengan Nyai H. Khodijah, dengan nama bayi Abdul Barr.
Untuk kelanjutannya tentang Profil beliau silahkan baca di Biografi KH. Manshur Anwar
Guru-guru beliau selama menuntut ilmu adalah:
- KH. Baidlowi
- KH. Hasyim Asy’ari
- KH. Abdul Karim
Lokasi Makam
KH. Manshur Anwar wafat pada 23.00 hari Ahad tanggal 15 Agustus 1983 M / 6 Dzulqo’dah 1402 H, karena sakit, jenazah beliau dimakamkan di Maqbarah Keluarga pesantren Tarbiyatunnasyi’in Jombang.
Haul
Haul KH. Manshur Anwar diperingati setiap tahun sekali pada tahun Islam pada bulan Dzulqo’dah, tanggal haul akan diberitahukan oleh pihak keluarga besar pesantren Az-Ziyadah. Acara haul beliau diadakan di pesantren Tarbiyatunnasyi’in Jombang.
Motivasi Ziarah Menurut Syekh An Nawawi al Bantani
1. Untuk Mengingat mati dan Akhirat
2. Untuk mendoakan
3. Untuk mendapatkan keberkahan
4. Memenuhi hak ahli kubur yang diziarahi, seperti ke makam orang tua
Fadilah
Makam KH. Manshur Anwar banyak dikunjungi para peziarah dan santri. Tak hanya datang dari wilayah Jombang saja. Banyak peziarah yang datang dari luar kota dan bahkan dari luar Jawa yang berziarah di makam beliau yang berada di Komplek Pemakaman Keluarga Tarbiyatunnasyi’in Jombang.
Ada keyakinan dari masyarakat dan santri yang datang ke sana bahwa dengan berziarah, berdoa dan bertawassul di makam KH. Manshur Anwar Muhajir, dimudahkan dalam mencari ilmu, dimudahkan dalam hajatnya, dimudahkan dalam mencapai cita-citanya, dan dimudahkan dalam mendapatkan keturunan anak sholeh dan sholehah
Peninggalan
Pengasuh Pondok Pesantren
Setelah wafatnya KH. Anwar Alwi, beliau merupakan sosok yang dianggap mumpuni sebagai pengganti ayahnya sebagai penerus cita-cita sang ayah. Seperti juga ayahandanya KH. Manshur Anwar mewarisi ketekunan dan ketelatenan dari ayah dalam mendidik para santri dan muridnya, terutama dalam mengajarkan bacaan al-Qur’an. Kefasihan dalam membaca al-Qur’an adalah tolak ukur dalam membaca kitab kuning.
Beliau sangat rajin membaca al-Qur’an sambil berkeliling dibagian dalam masjid. Meskipun beliau bukan seorang yang Hafidzul al-Qur’an (orang yang hafal al-Qur’an) tetapi beliau betul-betul menguasai dan mendalami tentang bacaan al-Qur’an serta menguasai tafsirnya.
Dedikasi dan semangat beliau dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan tidak hanya terbatas pada pengajian kitab kuning secara sarasehan. Bahkan lebih dari sekedar itu, beliau juga merintis sistim sekolah yang terbagi menjadi beberapa kelas.
Tepatnya pada tahun 1931 M, beliau mendirikan sekolah madrasah diniyyah. Materi pelajarannya di ambil dari kitab-kitab salaf. Kelebihan dari sistim ini, pelajaran disampaikan secara tertulis dan ditambahi keterangan secara mendalam.
Pada awal berdirinya, madrasah ini diselenggarakan di serambi masjid yang kemudian dipindahkan ke gedung baru yang terletak di depan masjid (sekarang kantor lama). Semula jam petama di mulai setelah maghrib. Tetapi kemudian waktu itu dipindah setelah dzuhur, karena waktu maghrib dianggap terlalu sempit. Sejak mulai inilah siswa mulai bertambah.
Pada awal berdirinya, KH. Manshur Anwar dibantu oleh antara lain bapak Muhsin (pindah ke Sidoarjo yang kemudian menjadi Kiai disana) dan Almarhum Bapak Abdul Qodir.
Sementara itu KH. Manshur Anwar sebagai pengasuh pondok sibuk mengisi pengajian-pengajian di pondok maupun di masyarakat. Dalam kesehariannya, beliau selalu membaca kitab kuning. Dari sekian kitab yang beliau baca ada satu kitab yang dijadikan sebagai wiridan yaitu tafsir jalalain yang mengikuti kebiasaan ayahandanya.
Oleh-oleh
Oleh-oleh yang bisa dibeli dan dibawa pulang usai ziarah di Jombang di antaranya:
Onde-Onde Kacang Merah, Bolu Plemben, Tahu Pong, Jambu Bol Gondang Manis, Kerupuk Beras, Jenang Kelapa Muda, Manik-manik Kaca, Brondong Ketan,Pia Kacang Ijo.