Ziarah di Makam KH. Masrochan Pendiri Pesantren Durrotu Aswaja (PPDA) Gunungpati, Semarang

Daftar Isi:
1. Profil
2. Guru-Guru
3. Lokasi Makam
4. Haul
5. Motivasi Ziarah Menurut Syekh Nawawi Al-Bantani
6. Oleh-oleh
7. Referensi

1. Profil
KH. Masrochan lahir pada 30 September 1965 adalah salah satu contoh santri yang taat terhadap guru dan tekun membina masyarakat. Atas perjuangan tersebut, beliau berhasil mendirikan Pesantren Durrotu Ahlissunnah Waljamaah (Durrotu Aswaja/PPDA) di Desa Banaran, Gunungpati, Kota Semarang.

Kyai Masrochan yang sudah boyong dari pondok menikah dengan warga Banaran dan mulai mengamalkan ilmunya dengan mengajar di teras rumah dan di mushala yang ada di Desa Banaran. 

Kyai Masrochan pernah mondok di pesantren Brumbungan Mranggen dibawah asuhan KH. Ibrahim terus melanjutkan di Kyai Masruhan Mranggen.

Lalu beliau bertemu dengan KH. Syaikhun di Pasar Mranggen. Kemudian oleh Kyai Syaikhun beliau diajak ke pesantren Taqwal Ilah Desa Tunggu, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang. Di tempat itulah beliau menempa diri sebagai santri yang berkhidmah dan menimba ilmu dari Kyai Syaikhun.

Berawal ketika Abah Kyai Masrochan, yang seorang ulama yang berasal dari Demak mulai mengajar ilmu agama dimushola sebelah timur Pondok Pesantren Durrotu Aswaja (saat itu belum berdiri) kepada anak-anak dukuh Banaran dan sekitarnya. Selang 2 tahun kemudian tepatnya pada tahun 1988, Beliau mulai mengajar dirumahnya sendiri. Dengan lebih dari 30 santri saat itu, dan santri yang terjauh berasal dari Limbangan, Boja, Kendal.

Pondok Pesantren Durrotu Ahlissunnah Waljama’ah atau sering disebut Pondok Pesantren Durrotu Aswaja, berlokasi disebelah utara kawasan kampus UNNES yang merupakan tempat yang strategis bagi mahasiswa, sehingga dapat memperoleh ilmu dunia akhirat.

2. Guru-Guru
1. KH. Ibrahim Brumbungan,
2. Kyai Masruhan Mranggen,
3. KH. Syaikhun.

Simak juga biografi beliau di: Biografi KH. Masrochan

3. Lokasi Makam
KH. Masrochan wafat pada 10 Maret 2016 dan dimakamkan bagian selatan UNNES Semarang. 

Menurut menantu KH. Masrochan yang saat ini melanjutkan perjuangan di Pesantren Durrotu Aswaja, ketika KH. Masrochan meninggal muncul wacana untuk dimakamkan di Watusari sekaligus mendirikan pondok cabang. Desa ini jauh dari Banaran, sebab melewati Desa Sekaran, Patemon, Ngijo. Namun pada akhirnya dimakamkan bagian selatan Unnes.

“Riyen makam niku kesane angker, sepi, tapi alhamdulillah sekarang ramai ada santri yang ziarah, kadang juga santri tahfidz tirakatan darusan di sana, apalagi malam Jumat Kliwon dan ada jadwal ziarah khusus,” pungkasnya.

4. Haul
Haul KH. Masrochan dilaksanakan setiap tahunnya di Pesantren Durrotu Ahlussunnah Waljamaah (Durrotu Aswaja/PPDA) di Desa Banaran, Gunungpati, Kota Semarang. Haul KH. Masrochan akan diinformasikan oleh pihak pesantren melalui situs instagram pesantren dorrotuaswaja.

5. Motivasi Ziarah Menurut Syekh Nawawi Al-Bantani
1. Untuk Mengingat mati dan Akhirat
2. Untuk mendoakan
3. Untuk mendapatkan keberkahan
4. Memenuhi hak ahli kubur yang diziarahi, seperti ke makam orang tua

5. Oleh-Oleh
1. Lumpia
2. Wingko Babat
3. Bandeng Presto
4. Ayam Tulang Lunak
5. Lontong Spekkoek Waiki
6. Kue Sarang Madu
7. Tahu Petis
8. Tahu Bakso Ungaran.

6. Referensi
Diolah dan dikembangkan dari data-data yang dimuat di situs: NU Online Jateng

https://www.laduni.id/post/read/525644/ziarah-di-makam-kh-masrochan-pendiri-pesantren-durrotu-aswaja-ppda-gunungpati-semarang.html