Daftar Isi
Laduni.ID, Jakarta – KH. Mastur Asnawi beliau adalah ulama kharismatik yang mendapat dukungan semua kalangan masyarakat Lamongan pada umumnya dan mendapat penghormatan khusus oleh warga Nahdlatul Ulama di Lamongan.
KH. Mastur Asnawi juga aktif di organisasi Nahdlatul Ulama (NU). KH. Mastur Asnawi juga merupakan Ketua Rais Syuriah PCNU Lamongan pertama dan terlama, beliau menjabat selama 30 tahun dalam rentang waktu 1952-1982, pada saat itu KH. Mastur Asnawi terpilih pada acara konferensi Cabang NU Lamongan pertama yang diselengarakan pada tahun 1952 di Sendangduwur, Paciran Lamongan di tempat Raden Maulani sebagai salah satu penggagas sekaligus tuan rumah konferensi.
Profil
KH. Mastur Asnawi atau yang akrab disapa Mbah Yai Mastur lahir pada 3 Juli 1895. Ayah beliau merupakan seorang saudagar dengan latar belakang santri. Adapun ibundanya berasal dari keturunan Arab yang lama menetap di Solo, Jawa Tengah.
Untuk kelanjutannya tentang Profil beliau silahkan baca di Biografi KH. Mastur Asnawi
Guru-guru beliau selama menuntut ilmu adalah:
- Kiyai Mastur
- KH. Muhammad Khozin
Lokasi Makam
Saat usianya mencapai 87 tahun, Kiai Mastur Asnawi sudah mulai sakit-sakitan hingga akhirnya wafat pada 2 Agustus 1982. Jenazah beliau dimakamkan di Masjid Agung Lamongan.
Motivasi Ziarah Menurut Syekh An Nawawi al Bantani
1. Untuk Mengingat mati dan Akhirat
2. Untuk mendoakan
3. Untuk mendapatkan keberkahan
4. Memenuhi hak ahli kubur yang diziarahi, seperti ke makam orang tua
Fadilah
Makam KH. Mastur Asnawi banyak dikunjungi para peziarah dan santri. Tak hanya datang dari wilayah Lamongan saja. Banyak peziarah yang datang dari luar kota dan bahkan dari luar Jawa yang berziarah di makam beliau yang berada di Masjid Agung Lamongan.
Ada keyakinan dari masyarakat dan santri yang datang ke sana bahwa dengan berziarah, berdoa dan bertawassul di makam KH. Mastur Asnawi, dimudahkan dalam mencari ilmu, dimudahkan dalam derajatnya, dimudahkan dalam hajatnya, dimudahkan dalam mencari rezeki, dan dimudahkan dalam mendapatkan keturunan anak sholeh dan sholehah
Peninggalan
1. Masjid Agung Lamongan
KH. Mastur Asnawi juga berperan besar dalam pembangunan Masjid Agung Lamongan. Pada 1922, pemugaran masjid diserahkan sepenuhnya kepada sang kiai.
Adapun dalam bidang ekonomi, KH. Mastur Asnawi mendirikan Syirkah Tijaroh dalam bentuk koperasi berdasarkan syariat agama. Koperasi ini didirikan untuk membantu umat yang memerlukan modal. Namun, koperasi ini hanya mampu bertahan sampai 10 tahun.
2. Pendiri Pondok Pesantren
Beliau mendirikan Pondok Pesantren al-Masturiyah di Kampung Kranggan pada 1942. Di sanalah, Kiai Mastur mengajarkan ilmu-ilmu yang berkaitan dengan Alquran dan hadis.
KH. Mastur Asnawi juga membangun beberapa Lembaga pendidikan Islam di bawah bendera NU. Misalnya, Madrasah Tsanawiyah Putra-Putri Lamongan dan Madrasah Aliyah Pembangunan Lamongan. Selain itu, ia juga mendirikan Madrasah Ibtidaiyah yang sekarang menjadi SD NU Banat Banin di Jalan Kyai Amin, Lamongan.
Madrasah Tsanawiyah Putra Putri didirikan oleh KH. Mastur Asnawi pada 1958. Dalam proses pembangunan itu, beliau dibantu para ulama Lamongan. Pusat pemerintahan itu di Jalan Lamongrejo, Kelurahan Jetis. Adapun Madrasah Aliyah Pembangunan didirikan pertama kali di Jalan KH. Ahmad Dahlan.
Tidak hanya mendirikan pesantren, KH. Mastur Asnawi juga membangun beberapa lembaga pendidikan Islam di bawah bendera NU. Misalnya, Madrasah Tsanawiyah Putra-Putri Lamongan dan Madrasah Aliyah Pembangunan Lamongan. Selain itu, ia juga mendirikan Madrasah Ibtidaiyah yang sekarang menjadi SD NU Banat Banin di Jalan Kyai Amin, Lamongan.
Oleh-oleh
Oleh-oleh yang bisa dibeli dan dibawa pulang usai ziarah di Kabupaten Lamongan di antaranya:
Wingko Babat, Jumbrek, Ental, Marning Khas Lamongan, Keripik Sunduk, Gula Merah Siwalan, Rempeyek Cita Rasa, Tenun Ikat Desa Parengan.