Ziarah di Makam Kyai Ageng Muhammad Besari, Mahaguru Raja dan Ulama dari Ponorogo

Daftar Isi

Laduni.ID, Jakarta – Kiai Ageng Besari adalah tokoh penyebar Islam di wilayah Ponorogo pada abad ke-17. Beliau dikenal mahaguru para Raja Jawa. Beliau merupakan kakek dari Kiai Muhammad Hasan Besari, ulama abad ke-18 yang disebut Gus Dur sebagai monumen perpaduan antara Islam dan nasionalisme.

Kiai Ageng Besari pun demikian. Beliau merupakan perpaduan antara karakter agamawan dan bangsawan. Dari jalur ayah, yakni Kiai Anom Besari Caruban, Madiun, Kiai Ageng Besari merupakan keturunan dari Kerajaan Majapahit, yaitu Raja Brawijaya V. Sedangkan dari garis keturunan Ibu (Nyai Anom Besari), nasab beliau sampai kepada Rasulullah SAW melalui garis Sayyidati Fatimah Az-Zahra.

Pendiri Nahdlatul Ulama Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari juga keturunan dari Kiai Ageng Muhammad Besari dari jalur Kiai Basyariyah Sewulan, Kabupaten Madiun, yang menjadi menantu Kiai Bin Umar Banjarsari. Kiai Ageng Besari merupakan sosok pendiri Pondok Pesantren Tegalsari atau Gebang Tinatar.

Profil

Kiai Ageng Muhammad Besari berasal dari Caruban, Madiun, Jawa Timur. Tidak ada keterangan kapan beliau dilahirkan. Ayah beliau bernama Kyai Anom Besari dari Kuncen, Caruban, Madiun.

Kiai Ageng Muhammad Besari mempunyai sembilan orang anak. Di antaranya :

  1. Nyai Abdurrachman
  2. Kiai Yakub atau Kyai Jakub
  3. Kiai Ismail atau Kyai Ismangil
  4. Nyai Buchari
  5. Kiai Iskak Coper
  6. Kiai Cholifah
  7. Kiai Ilyas
  8. Nyai Bandjarsari menikah dengan Kyai Ibnu Umar yang selanjutnya menjadi tokoh agama di wilayah Banjarsari Madiun.
  9. Kiai Zainal ‘Abidin menjadi menantu Raja Selangor Malaysia

Guru-guru beliau di antaranya:

  1. Kiai Anom Besari (Ayah Kyai Ageng Muhammad Besari)
  2. Kiai Ageng Donopuro
  3. Kiai Nur Salim atau Kyai Ageng Mantup

Untuk kelanjutannya tentang Profil beliau silahkan baca di Biografi Kiai Ageng Muhammad Besari

Lokasi Makam

Kiai Ageng Muhammad Besari wafat pada 1773. Beliau dimakamkan di dekat Masjid Agung Tegalsari yang terletak di Jinontro, Tegalsari, Kec. Jetis, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur

Haul

Haul beliau diperingati tiap tahun pada bulan Dzulkaidah tahun Hijriah di Masjid Jami’ Tegalsari, Jetis, Ponorogo.

Motivasi Ziarah Menurut Syekh An Nawawi al Bantani

1. Untuk Mengingat mati dan Akhirat
2. Untuk mendoakan
3. Untuk mendapatkan keberkahan
4. Memenuhi hak ahli kubur yang diziarahi, seperti ke makam orang tua

Fadilah

Makam Kiai Ageng Besari banyak dikunjungi para peziarah dan santri. Tak hanya datang dari wilayah Ponorogo saja. Banyak peziarah yang datang dari luar kota dan bahkan dari luar Jawa yang makamnya berada di Komplek pemakaman di Ponorogo.

Ada keyakinan dari masyarakat dan santri yang datang ke sana bahwa dengan berziarah, berdoa dan bertawassul di makam  Kiai Ageng Besari, maka akan dimudahkan dalam hajatnya, ditingkatkan derajat hidupnya, dimudahkan mendapatkan keturunan yang sholeh dan sholehah.

Oleh-oleh

Oleh-oleh yang bisa dibeli dan dibawa pulang usai ziarah di Ponorogo di antaranya:
Tiwul, Gethuk Golan, Serabi Ponorogo, Jenang Mirah, Thoring, Dawet Jabung, Bumbu Rujak Petis Welirang

Raden Fatah adalah pendiri dan raja Demak pertama dan memerintah tahun 1500-1518.
 

Profil

KH. Ahmad Sholeh adalah putra kedua dari KH. Muhammad Nur pendiri Pondok Pesantren Langitan. Beliau lahir di Tuban sekitar tahun 1820 an.  KH. Ahmad Sholeh menikah 1287 Hijriyah dengan Raden Nyai Asriyah, puteri KH. Mukhtar (pengasuh Pondok Pesantren Cepoko, Kabupaten Nganjuk). Dari pernikahan tersebut lahir putera dan puteri diantaranya:

  1. Nyai Shofiyah (dinikahkan dengan KH. Khozin, penerus estafet K.H. Ahmad Sholeh di Pondok Pesantren Langitan)
  2. KH. Dahlan Hasbullah
  3. KH. Adnan
  4. Nyai Sholihah (dinikahkan dengan KH. Zainuddin Mojosari, Kabupaten Nganjuk)
  5. Nyai Khodiyah (dinikahkan dengan KH. Rofi’i Gondanglegi, Kabupaten Nganjuk)
  6. Satu puteri lagi yang dinikahkan dengan KH. Nur Iman (berdomisili di Tuban).

Guru-guru beliau di antaranya:

  1. KH. Muhammad Nur (Ayahanda KH. Ahmad Sholeh)
  2. K.H. Abdul Qodir atau Abdul Qohhar (Pesantren Al-Najiyah Sidoresmo, Surabaya)
  3. K.H. Hasbullah (Pesantren Sambilangan, Madura)
  4. Syekh Nawawi Banten
  5. Syekh Ahmad bin Zaini Dahlan (Imam dan Mufti Mahzab Syafi’i di Mekkah al-Mukaromah)
  6. Syekh Muhammad Al-Muqri
  7. Syekh Muhammad bin Sulaiman Hasbullah Al-Makki
  8. Syekh Ahmad Nahrowi
  9. Sayyid Muhammad Saleh bin Sayyid Abdur Rahman Az-Zawawi
  10. Syekh Zahid, Syekh Umar Asy-Syami
  11. Syekh Yusuf Al-Mishri
  12. Syekh Jamal (Mufti Mazhab Hanafi)

Untuk kelanjutannya tentang Profil beliau silahkan baca di Biografi KH. Ahmad Sholeh

Lokasi Makam

KH.  Ahmad  Sholeh  mengasuh  Pondok Pesantren Langitan, selama kurang lebih 32 tahun. Beliau wafat pada tahun 1320 H./1902 M. dan dimakamkan di  kompleks pesarean di Desa Widang, kurang lebih 400 meter sebelah utara kompleks Pondok Pesantren Langitan.

Haul

Haul beliau diperingati tiap tahun pada bulan Shofar tahun Hijriah di pesantren Langitan Tuban

Motivasi Ziarah Menurut Syekh An Nawawi al Bantani

1. Untuk Mengingat mati dan Akhirat
2. Untuk mendoakan
3. Untuk mendapatkan keberkahan
4. Memenuhi hak ahli kubur yang diziarahi, seperti ke makam orang tua

Fadilah

Makam KH. Ahmad Sholeh banyak dikunjungi para peziarah dan santri. Tak hanya datang dari wilayah Tuban saja. Banyak peziarah yang datang dari luar kota dan bahkan dari luar Jawa yang makamnya berada di Komplek pemakaman di Desa Widang, Tuban.

Ada keyakinan dari masyarakat dan santri yang datang ke sana bahwa dengan berziarah, berdoa dan bertawassul di makam  KH. Ahmad Sholeh, maka akan dibukakan alam pikiran dan hatinya dalam menerima ilmu, Diberi kemudahan dalam mencari rezeki, diberi kemudahan dalam mencari jodoh, dan diberi kemudahan dalam mendapatkan anak sholeh dan sholehah.

Oleh-oleh

Oleh-oleh yang bisa dibeli dan dibawa pulang usai ziarah di Tuban di antaranya:
Cumi Crispy, Kecap Laron, Keripik Gayam, Buah Siwalan, Legen, Terasi Udang, Amplo, Gemblong, Ikan asin Tuban, Kerupuk ikan

https://www.laduni.id/post/read/517200/ziarah-di-makam-kyai-ageng-muhammad-besari-mahaguru-raja-dan-ulama-dari-ponorogo.html